Chapter 31

1.9K 69 1
                                    

Semua jokes-jokes ringan yang sudah Dr. Arthur buat di sela-sela waktu senggangnya, sudah dia lontarkan semua. Kesemuanya berhasil membuat tawa nyaring keluar dari mulut Iora. "Sekarang sudah waktunya untuk membicarakan hal utama, mengorek status pernikahan Iora" Dr. Arthur manggut-manggut bersiap mengambil ancang-ancang.

"Kalau selama 24 jam kamu harus selalu standby memantau peristiwa terkini, apa nggak mengganggu aktivitasmu untuk diri sendiri Ra?"

"Awalnya sih iya, tapi lama kelamaan saya bisa menyesuaikan diri dan menikmati ini semua. Kenapa memangnya?"

"Apa kamu tidak mempunyai tanggung jawab lain yang tak kalah penting gitu misalnya?"

"Enggak, mami papi aku sibuk dengan keseharian masing-masing. Dan aku juga belum menikah, apalagi punya anak hahaha. Jadi ya hidupku hanya tentang aku sendiri dan hal-hal yang kusukai saja Dr. Arthur".

"Oh begitu. Masih nggak percaya sih, kok wanita secantik kamu bisa tidak mendapat perhatian laki-laki sampai umurmu kepala tiga bahkan".

"Hahaha mana saya tahu Dr. Arthur".

"Hmmm paling-paling kamu kan yang nggak mau didekati?" Dr. Arthur memicingkan mata.

*********************

Di belakang Iora dan Dr. Arthur, Fea yang sedari tadi menguping berbisik "ayo pepet terus Dr. Arthur" kepada Vivian sambil cengar cengir.

"Alah sa ae lo Fe, aslinya lo cemburu kan? Bahaha"

Fea memukul bahu Vivian dengan tasnya. Sigap tangan Vivian menepisnya dengan mimik wajah dan kalimat ledekan tetap terus ia lontarkan untuk Fea.

"Huuuuhhhh ngeselin juga lama-lama Lo Vi" teriak Fea.

Vivian gelagapan, kedua telapak tangannya refleks membungkam mulut Fea supaya tidak bicara keras-keras. "Kalau ketauan sama Dr. Arthur bakalan nggak seru lagi Fe, huh dasar!".

Fea memperbaiki duduknya dan mulai bersikap biasa. Kemudian memasang kuping lagi. Gara-gara sempat bertengkar syantik dengan Vivian, dia sudah kehilangan 5 menit obrolan di belakang kursinya.

*********************

Kini hanya tawa ringan yang terdengar di telinga Fea. Kemudian hening sejenak.

Masih hening....

Tetap hening....

Sedari tadi Iora tampak berpikir sambil bersimpul senyum untuk Dr. Arthur. Dr. Arthur menyambut senyuman itu dan tetap menunggu jawaban dari Iora. Belum ada sepatah katapun yang ditangkap oleh radar telinga Fea.

"Ah sial pertanyaan apa yang diucapkan Dr. Arthur, dan lama banget sih Iora jawabnya" Fea menyesali pertengkaran syantik yang dimulainya tadi.

Percakapan disambung lagi oleh Dr. Arthur.

"Ya sebenarnya saya juga sudah terlalu malas untuk perkara semacam ini. Saya hanya berusaha mengikuti siklus hidup manusia pada umumnya. Kalau kamu bersedia membuka diri untuk saya, mari saya tunjukan bagaimana kehidupan saya dan kita pecahkan semua masalahnya".

Iora masih bertahan dengan senyuman sebagai pilihan jawaban.

"Ra, saya tidak sedang berbicara sendiri kan?".

"Sebentar, biarkan saya menyelesaikan pikiran saya dulu Dr. Arthur".

"Okelah" sembari menyeruput kopi Dr. Arthur tampak tenang.

***************************

"Mmmmm mengapa dugaanku tentang Dr. Arthur benar ya. Selama ini aku selalu meletakkannya di chart teratas laki-laki yang kusukai. Dan sampai sekarang belum ada laki-laki yang menggeser posisinya di chart yang terbentuk secara alami di hatiku. Meskipun selama ini tidak pernah kuungkapkan, tidak pernah mencari-cari Dr. Arthur, perasaanku tetap saja tidak berubah. Aku mengira ini adalah salah satu miracle di hidupku. Terkesan agak lebay sih memang, tapi aku menyukainya. Terus gimana ya aku ngejawab pertanyaan itu? Haruskah aku tunjukan atau tetap kalem saja. Haduuuhhhh, tunggu Iora jangan tergesa-gesa" pikiran Iora terus berkecamuk menentukan bagaimana dia akan menjawab pertanyaan itu. Padahal Iora sangat bagus kalau membuat berita, sudah sangat terbiasa malah menyimpulkan dan memberikan pertanyaan lanjutan untuk narasumbernya. Tapi untuk perkara hati mengapa dia bisa menjadi sepayah ini.

To be continued...............................




Wonder Woman RushWhere stories live. Discover now