Chapter 1

19.9K 768 7
                                    

Fea baru saja menandatangani kontrak sebuah sinetron striping dengan peran sebagai anak SMA. Tiga hari yang lalu pun Fea juga telah menyetujui kolaborasi dengan brand kosmetik milik seorang pemodal yang sedang merintis bisnis. Dan selama delapan bulan ke depan Fea masih terikat kontrak dengan sebuah perusahaan majalah fashion sebagai model.Tak terbayang akan betapa hecticnya Fea.

Mengetahui keputusan istrinya yang sangat ngawur itu dari managernya, Dr. Arthur segera menelepon Fea. "Apa kau sudah gila?".

"Apa maksudmu berkata seperti itu?".

"Bagaimana bisa kamu mengambil semua tawaran tanpa pertimbangan terlebih dulu?, kau tak pernah mendiskusikannya denganku".

"Aku minta maaf, tapi selama ini aku merasa sanggup mengerjakan semuanya, kau tidak perlu khawatir". Fea mematikan teleponnya.

Fea tidak kasar terhadap suaminya, Dr. Arthur. Dia hanya melakukan yang seharusnya. Pernikahan yang mereka jalani sesuai dengan asal muasalnya. Bahwa Fea tidak pernah menginginkan pernikahannya. Dunianyalah yang telah mengatur pernikahannya.

Begitu juga dengan Dr. Arthur, dia tak pernah ambil pusing atas semua masalahnya dengan Fea. Mereka berdua secara alami telah membuat batasan sendiri, seolah-olah sudah saling paham mana bagian yang boleh dicampuri dan tidak.

Meski terkesan dingin, Fea tetap berusaha untuk memberikan kasih sayang seperlunya kepada suaminya. Bukan karena merasa tidak enak, melainkan memang itulah hak suaminya.

Sebelum bergegas ke lokasi pemotretan, Fea mengolesi kulit Sondea anak laki-lakinya yang sangat menggemaskan dengan lotion. Menyuruh managernya mempersiapkan dress, make up, perlengkapan pribadinya, dan yang terpenting perlengkapan Sondea.

Sambil menggendong Sondea, Fea berjalan dengan wedges setinggi tujuh centimeter menuju mobil Alphardnya. Dia membutuhkan ruang yang lega, terlebih karena Sondea sedang aktif bergerak.

Disumpalnya mulut Sondea dengan biskuit kaya nutrisi, selagi dia mengetik pesan kepada rekan kerjanya yang berada di lokasi. Belum sempat terkirim, rekannya itu telah terlebih dulu meneleponnya. Fea terkejut "Apa???? Disana hujan deras".

"Iya Bu, kemungkinan pemotretan hari ini dibatalkan".

"Apa tidak bisa kita ambil indoor saja? Lagian pemotretan kali ini bertema casual".

"Tidak bisa Bu, tim kreatif menekankan pada sisi produk yang tetap in meksipun di area outdoor".

"Kamu tahu sendiri kan, betapa padatnya jadwal saya, tertunda satu sesi saja bisa mengacaukan jadwal saya berminggu-minggu kedepan", bentak Fea dengan kesal.

Lawan bicara Fea yang tak lain bernama Mas Egi, mematikan begitu saja ponselnya. "Sialan" gerutu Fea dalam hati. Fea langsung mengganti strategi, diteleponnya sutradara sinetron striping.

"Halo Pak Berman, bisakah kalau kita mulai syutingnya hari ini saja?".

"Kenapa begitu mendadak Bu?".

"Tadinya saya sudah siap untuk pemotretan, tapi karena hujan jadi dibatalkan. Mumpung mood saya lagi di level 11 dari rentang 1-10, saya tidak mau menyia-nyiakan momen ini Pak".

"Haduuuh Ibu ini ada-ada saja, tidak bisa Bu tim kami saja belum siap. Lagian kayak aktris baru aja Bu" timpal Pak Berman.

"Maaf ni Bu, maaf sekali kalau saya lancang, tapi saya sarankan Ibu gunakan saja waktu ini untuk main ke psikiater. Bukan saya menghakimi kejiwaan Ibu, tapi ini pasti bermanfaat untuk keseimbangan jiwa Bu Fea".

"Hahhh... Apa kamu bilang? shock sekali saya mendapat tanggapan semacam ini".

"Tunggu dulu Bu, jangan langsung naik pitam. Kalau diperhatikan Bu Fea semenjak melahirkan anak pertama, Sondea. Bu Fea hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri. Bu Fea perlu bertukar pikiran dengan orang yang ahli, yang mengerti. Dalam artian pembicaraan serius bukan sekedar obrolan santai dengan sahabat".

Meskipun agak tersinggung, rupanya Fea mau mengerti juga masukan dari Pak Berman. Fea mempertimbangkan kunjungannya ke psikiater. Tapi tentunya bukan hari ini.

Fea memutuskan untuk pulang saja. Dia memerintah supirnya untuk jalan ke rumah. Sesampainya di rumah, Dr. Arthur telah lebih dulu pulang. Fea menghampiri suaminya yang sedang duduk dan mendudukan Sondea di sofa.

Sondea menyeringai menunjukan gigi-giginya yang belum tumbuh penuh. Fea menanggapinya dengan ciuman di pipi dan mencubit dagu anak itu. Dr. Arthur sepertinya tidak tertarik untuk bergabung dengan keceriaan istri dan anaknya.

Fea memulai pembicaraan, "hari ini satu pekerjaanku tertunda" keluhnya pada sang suami. "Bukannya itu yang kau inginkan". "Setidaknya beri aku dukungan daripada seperti itu".

"Aku ingin bersikap lebih lembut dan penyayang kepadamu, tapi tidak denganmu yang sulit diberitahu".

"Ohhh, jadi itu semua bersyarat. Lucu sekali ya pernikahan kita, sekonyong-konyong dilakukan tapi tidak menarik untuk dijalani".

Dr. Arthur tertawa, "jadi baru sebatas itu ya pemahamanmu".

"Ya, kita lewati saja setiap waktunya dengan tetap menjadi diri masing-masing, tak perlu merasa sungkan jika memang kau belum bisa memperlakukanku dengan manis, aku masih merasa baik-baik saja tanpa itu".

"Kau memang selalu menarik bahkan ketika kau sedang berpura-pura seperti itu", jawab Dr. Arthur sambil cengengesan. Fea hanya melirik dengan tatapan seram, menunjukan ketidaksetujuannya akan pernyataan suaminya itu.

To be continued....

Wonder Woman RushWhere stories live. Discover now