Chapter 11

3.6K 169 1
                                    

Beruntung pada nada tunggu terakhir, akhirnya Dr. Arthur mengangkatnya. Yang padahal itu semua adalah kesengajaan Dr. Arthur. Dia hanya akan mengangkat telpon Fea pada deringan terakhir ponselnya.

"Halo Dr. Arthur, aku sedang dalam masalah. Aku dan Furla baru saja mengalami kecelakaan. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dan takut juga " Fea nyerocos saja berbicara tanpa jeda.

"Apa yang terjadi? Dimana kau sekarang?" Dr. Arthur menanggapi tetap dengan nada datarnya. Sepertinya urat panik dan terlalu bahagia dalam tubuhnya benar-benar sudah terputus. Jadilah Dr. Arthur yang dingin hampir beku.

"Aku di persimpangan jalan dekat mall biasa kita belanja. Banyak kerumuman orang disini, tidak susah menemukannya" terang Fea masih dengan nada yang sama.

"Baiklah, aku akan segera kesana. Tunggu aku sampai, jangan kemana-mana!" Sekelebat teringat seringaian Sondea yang amat menggemaskan, Dr. Arthur menjadi sangat mengkhawatirkan keselamatan anak dan istrinya.

Dalam kondisi genting dan panik seperti ini, ada beberapa orang dari kerumunan itu yang menyadari siapa Fea. Salah seorang ibu-ibu yang pastinya sinetronholic, menangkap wajah Fea dengan pertanyaan "Shafea Esmeralda ya? Yang sering tayang di tv itu kan?".

Fea tak mengindahkan pertanyaan itu, dia tiba-tiba menjadi berani. Fea melangkahkan kaki mendekati korban yang sudah dibaringkan di pinggir selokan. Ada luka goresan besar dan panjang di betisnya. Luka-luka kecil di lengan, dagu, tulang pipi, dan keningnya.

Korban itu masih sadar, dengan tangannya yang terluka merogoh saku belakang celananya. Mengambil sebuah ponsel, mengetapkan sidik jari tangannya. Kemudian memberikan kepada salah seorang warga yang menolong untuk meneleponkan kerabatnya.

Fea menyukai tipe korban yang seperti ini. Korban yang tidak banyak mengaduh, menyalahkan, menuntut ganti rugi, perbuatan lemah dan rendahan lainnya. Fea menghampiri korban itu, berjongkok di sebelahnya. Menyalaminya sambil mengucapkan permintaan maaf. Tak lupa pula menanyakan namanya. Diketahuinya korban itu bernama Rendra anak kelas sebelas SMA. Ketika ditanya sekolah dimana. Anak itu menyebutkan kalau dia bersekolah di salah sebuah sekolah yang memang reputasinya kurang baik. Tapi Fea tidak menjudge orang dengan semudah itu.

Fea melihat ada pecahan kaca menancap di leher Rendra. "Astaga, lehermu!" Pekik Fea sambil menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya. Anak itu menatap Fea dengan tatapan ngeri membayangkan akan adanya serpihan kaca menancap di lehernya.

"Di.. dimana?" Tanya Rendra gelagapan ketakutan kalau-kalau menancap di urat nadinya.

Fea menyentuh leher Rendra dengan ujung telunjuknya tepat di sisi tancapan kaca. Sejak awal Rendra sudah menyadari kalau Fea adalah seorang aktris. Dia merasa senang lehernya disentuh oleh Fea, beberapa detik terlupa akan nasib sialnya saat itu.

Fea mencabut tancapan kaca di leher Rendra. Anak itu berjingkat kesakitan, mengembalikan kesadarannya yang sempat hilang sesaat. "Aduh Bu! Ngawur sekali". Mengalirlah lelehan darah kental dari bekas kulit yang terkoyak.

"Aw Bu, sakit Bu. Sembarangan banget anda!" teriak anak itu dengan kesal. Fea meringis sambil memberikan kode maaf dengan dua jari.

***********************************

Sebuah mobil putih yang Fea kenali bentuk dan platnya, berhenti di ujung keramaian. Turunlah seorang dokter masih dengan jas putihnya. Refleks Fea melambai-lambaikan tangan kearah penyelamat itu. Mata Fea memancarkan harapan besar terhadap penyelamat itu.

Tak berapa lama Dr. Arthur tiba-tiba sudah disisi Fea. Fea nyengir lebar kepada suaminya, merasa malu atas kecerobohannya. Meskipun lebih tepatnya itu kecerobohan Furla. Tapi bagaimanapun juga Fea terlibat didalamnya. Terlebih Fea lah yang menjadi alasan Furla meleng.

"Egh Dr. Arthur tepat sekali kedatanganmu. Hmmmm beruntung sekali Fea punya suami yang sigap sepertimu". Furla memuji-muji Dr. Arthur untuk sedikit menutupi rasa malunya. Entah benar bisa tertutupi atau tidak, ya itulah cara Furla.

"Haduh memalukan sekali dua wanita dewasa ini. Selalu berkata bisa mengatasi sendiri, aku baik-baik saja, aku merasa bisa melakukannya, tak perlu bantuan ahahahahaha dan masih banyak sekali sebenarnya tapi kucukupkan segitu saja". Dr. Arthur menirukan gaya dan logat bicara yang biasa Fea lakukan.

Fea merasa tau diri, kali ini dia benar-benar membutuhkan bantuan suaminya. Sekalipun ejekan suaminya tadi telah membuatnya sebal, Fea tak mau mengekspresikannya. "Ya itulah yang namanya kesialan Dr. Arthur, tidak bisa dihindari".

************************

Mobil ambulance menyusul kedatangan Dr. Arthur. Segera petugas rumah sakit mengangkat Rendra dengan tandu. Mobil ambulance menuju rumah sakit tempat Dr. Arthur praktek. Fea dan Furla turut bersama Dr. Arthur mengikutinya.

"Kalian berdua sama saja dengan anak itu, ugal-ugalan di jalan" ejek Dr. Arthur sambil fokus menyetir.

"Terserah kau sajalah. Yang penting kamu membantu kami selesaikan perkara ini" Fea pasrah mendapat ejekan dari suaminya.

Furla hanya diam, sibuk mengabari klien akan keterlambatannya nanti. Belum bisa memastikan pula kapan sampai di kantor Mr. Ransom.

To be continued...............................

Wonder Woman RushWhere stories live. Discover now