PART 41

2.1K 391 69
                                    




I wanna make you mine, but that's hard to say
Is this coming off in a cheesy way?

🌷



Pilih aku sekarang atau kehilangan aku selamanya?

Pertanyaan tersebut mengalir tenang dari bibir Chanyeol, akan tetapi, di balik ketenangan itu terselip sebuah penekanan. Dua opsi dan sebuah risiko.

Bagaimana bisa Chanyeol mengatakan hal itu dengan sangat percaya diri, Tori benar-benar tidak mengerti.

Park Chanyeol telah berhasil membuatnya kehilangan nyali; berhasil menarik keluar apa yang selama ini hati Tori takuti.

Sebuah perasaan yang paling familiar dalam benak gadis itu. Sebuah perasaan takut akan kehilangan. Takut mengulang kejadian yang sama.

Kehilangan aku selamanya?

Kenapa Chanyeol bisa begitu kejam dalam memberikannya pilihan?

Tori rasanya ingin menangis saja.

Aku ingin bersama Chanyeol. Tori ingin mengatakan hal itu dengan percaya diri dan berani. Tapi bagaimana bisa ia melafalkan kalimat itu dengan gampangnya bila sosok itu berada tepat di hadapannya. Menanti jawab dengan eksistensi yang sangat mengintimidasi.

Tori sungguh-sungguh tidak percaya diri sama sekali.

Apakah dia benar-benar bisa menjalin sebuah hubungan tanpa keegoisan? Apakah dia berhak memiliki Chanyeol? Apakah dia berhak menggapai tangan itu?

Bagaimana ia harus memulainya?

🌷

Pundak Chanyeol merosot lesu. Hilang semangat ketika menyadari detik demi detik waktu yang telah terlewat, dan Tori belum juga mengatakan sepatah kata pun.

Mungkin Tori tidak akan memberikannya jawaban. Chanyeol berasumsi seperti itu selagi menatap Tori dengan pandangan menilai. Raut muram dan kebingungan yang kentara, Chanyeol tidak suka dengan apa yang ia lihat saat ini.

Hal ini akan berakhir menjadi lebih buruk jika Tori membuka mulutnya.

"Maafkan aku." Chanyeol akhirnya memutuskan angkat suara. Mengakhiri situasi yang mencekam itu dengan suara yang miris.

Mungkin salahnya sudah menekan Tori hingga sejauh ini.

"Beberapa hal mungkin lebih baik tidak terjadi." Chanyeol
melanjutkan dan tertawa. Tawa hambar dan jelas sekali dipaksakan.

Ia tertawa. Menertawakan dirinya yang begitu percaya diri. Menertawakan dirinya yang mengira Tori akan membuka hati padanya dengan sangat gampang.

Benar-benar memalukan.

"Sebenarnya yang setengah hati itu..., Tori, kan?" Chanyeol menepuk pucuk kepala gadis itu dan berlalu.

"!!!"

Tori terperangah. Kalimat yang pria itu ucapkan sebelum beranjak meninggalkannya seperti sebuah cakaran yang menjejak di hatinya.

Tori terluka.

Hal yang ia takutkan, hal yang paling ia hindari...

"Aku paling benci orang yang setengah hati." ucapan yang sempat ia lupakan kembali membayang di kepalanya, dengan jelas dan tegas. Kata-kata yang pernah ia lontarkan, kata-kata terakhir yang pernah ia ucapkan pada orang itu.

"Kalau Luhan tidak begitu serius padaku..., lebih baik kita berpisah saja, kan?"

Apa ini..., perasaan yang menyesakkan napasnya?

Chanyeol berdiri di ambang pintu, memasang sepatu dan berniat keluar untuk menenangkan kepalanya yang terasa sangat berat. Mungkin pergi membeli segelas kopi akan membantu melepas stressnya.

Bagaimana pun, aku baru saja di tolak, kan? Chanyeol mencibir dirinya sendiri.

Saat itu, Chanyeol tidak sadar sama sekali. Kapan Tori menyusulnya dan kapan gadis itu berada di belakangnya, yang Chanyeol tau dan rasakan hanyalah kepala yang tiba-tiba menabrak punggungnya.

"Maaf." suara gadis itu bergetar, diikuti isakan. "Ma-maaf."

"Tori?" Chanyeol menoleh melalui pundaknya dan hanya menemukan punggung gadis itu. "Ada apa...?"

"Jangan pergi...." Tori berucap dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

Kehilangan sosok yang ia cintai, Tori hanya ingin hal itu terjadi sekali. Tidak peduli apapun yang terjadi, untuk kali ini saja, ia akan---

"Aku tidak benar-benar akan meninggalkanmu." Chanyeol berbalik secara perlahan dan membawa tubuh kecil itu ke dadanya.

----untuk kali ini, ia akan menjadi lebih egois dan mempertahankan apa yang ia inginkan tetap di sisinya.

"Aku menyukaimu." ucap Tori lirih disertai suara isakan. "Aku memilihmu."

"Tori, kau..." Chanyeol terkesima.

"Karena itu..." Tori mendongak. Wajahnya yang basah oleh air mata, menatap Chanyeol dengan putus asa. "Aku tidak akan melepaskanmu."

Senyum Chanyeol perlahan merekah. "Aku juga tidak berniat melepaskanmu." ucapnya menenangkan.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu." Chanyeol mengulang kalimat itu lagi layaknya sebuah mantra.

Tori pikir itu adalah hal memalukan yang pernah ia katakan sepanjang hidupnya. Tapi entah mengapa, saat itu ia merasa lebih dari sekedar bahagia---

Tori merasa lega.

Chanyeol, sosok yang selama ini hanya menjadi sebatas sahabat di sekitarnya, sosok yang ia tatap dengan rasa mendamba, kini telah berada dalam dekapannya.

"Hahahaha, aku tidak menyangka Tori orangnya romantis juga, ya." Chanyeol tertawa riang. Sepasang netranya menunjukkan keceriaan yang sama dengan suaranya.

Uh!!!

Tapi pria itu tetap saja menyebalkan!

"Jangan mengada-ada!" Tori membuang muka. Sikapnya telah kembali seperti semula. Ketus dan tidak bersahabat sama sekali.

"Tori juga cengeng." Chanyeol tidak mau berhenti.

"Diamlah, keparat! Apa yang kau tertawakan!"

Chanyeol terkekeh dan menggaruk pipi. "Aku hanya sangat senang..."

Senang? Apa karena kami sekarang sudah baikan...?

Tori menatap pria itu dengan sorot mata yang menyimpan tanya. Ia tidak mengerti sama sekali dengan apa yang berada di dalam kepala Chanyeol.

"Akhirnya, aku melihat Tori menangis." Chanyeol tersenyum sumringah dan----PAKK!!! Satu pukulan mendarat di pundaknya.

Tori berbalik cepat dengan wajah yang merah padam. Langkah kakinya ia hentak-hentakkan selagi ia meninggalkan Chanyeol menuju sofa.

Apa yang menyenangkan dari melihatku menangis, Sialan! Dia benar-benar pem-bully!!!

"Toooo~Riii~~ Tunggu~~~"

🌷

RESONATE (PCY)Where stories live. Discover now