PART 34

1.7K 384 80
                                    

🌷

"Kopi?"

"Oh, terima kasih."

Waktu nyaris mencapai pukul delapan malam ketika Sehun hadir di sisi Tori, tangan menyodorkan sekaleng kopi dingin ke depan wajah gadis itu yang begitu serius menatap naskah.

"Melakukan proofreading?" tanya Sehun, mata ikut memindai fotocopy-an naskah di pangkuan Tori.

"Oh, hanya membantu Seulgi." Tori nyengir tipis.

"Kau tau itu bukan tugasmu, kan?" Sehun berucap retoris. Jemarinya dengan nakal menusuk pusar kepala Tori.

"Karena pekerjaanku tidak ada, aku pikir ada baiknya membantu yang lain menyelesaikan pekerjaan mereka."

Dia berdusta, sebenarnya. Belakangan ini rasanya pulang ke rumah agak kurang nyaman. Terlebih ketika si jangkung yang menumpang di rumahnya selalu menyambut ia dengan ceria.

Bukannya Tori membenci sikap ramah dan super manis itu sih, hanya saja, mengetahui Chanyeol sedang dalam suasana hati yang tak sesuai dengan ekspresinya menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri Tori.

Tori tidak mengerti mengapa Chanyeol harus memaksakan diri untuk terlihat imut dan manja setiap bersamanya, padahal Tori juga tidak apa-apa jika pria itu hanya menjadi dirinya sendiri. Mau menangis atau merengek, bermuram durja ataupun putus asa, hal seperti itu lebih baik daripada melihatnya menebarkan senyum palsu.

"Tidak ada pekerjaan?" Sehun meninggikan sebelah alisnya. "Bukankah selama ini aku memintamu untuk membantuku di EXBC agar kau dapat menjadi editor yang lebih kompeten?"

"Eh?"

"Apa itu artinya selama bersamaku kau tidak belajar apa-apa?"

E-EH??????????????

"Yah, uh, mana mungkin. Bukan seperti itu maksudku..."

"Tinggalkan pekerjaanmu sekarang."

"Kenapa?" Apa dia marah?

Sehun membuang napas dengan berat. "Dari awal itu sudah bukan pekerjaanmu, kan? Terkecuali kau mau beralih profesi sebagai copyeditor, aku dengan suka hati memindahkanmu---" Sehun menyeringai tipis, sangat tau kalau ialah yang akan memenangkan konversasi ini.

"Tidak! Tidak!" Tori kontan berdiri. "Yah, aku nyaman dengan pekerjaanku sekarang jadi...,"

Kan!

"Kalau begitu, ayo." Sehun menyampirkan tasnya ke pundak. "Temani aku makan."

"Sekarang?"

"Memang kapan lagi?"

Tori tertawa aneh. "Uh, ya, aku hanya merasa sekarang terlalu awal untuk makan."

"Kalau lebih malam lagi aku bisa mengganti menu makananku loh." seringai tipis nan irit Sehun mengembang, menghiasi paras pucatnya.

"Eh, apa selera makanmu berganti tergantung jam?" Tori menyambung ucapan Sehun sambil mengekori pria itu menuju elevator. Raut lugunya membuat Sehun mengerutkan dahi.

RESONATE (PCY)Where stories live. Discover now