PART 10

1.9K 379 85
                                    

🥀 Menabrak dinding. 🥀

Kendati bekerja sebagai komposer sejak SMA, Park Chanyeol bukanlah tipe pekerja yang akan kelihatan nongkrong di studio dan berkeliaran dalam gedung agensi. Park Chanyeol lebih senang melakukan pekerjaannya di rumah. Di tempat ia merasa nyaman tanpa perlu merasa risih ketika orang asing tiba-tiba masuk ke tempat kerjanya, mengajak makan siang atau segala hal yang membuatnya perlu bersosialisasi dengan orang luar.

Tidak. Chanyeol bukan introvert, ia hanya tidak suka berbicara dan berbasa-basi. Ketika ia bekerja, Chanyeol butuh kesendirian tanpa gangguan. Fokus 100%.

Oleh karena itu pula, ketika ia menampakkan dirinya di gedung agensi, beberapa orang yang tau kebiasaannya merasa sedikit terpana.

Apa yang dilakukan si tuan ekslusif di kantor siang-siang begini?

"Chanyeol..." Jiyong melambaikan tangan. Pria dengan seringai manis itu berdiri di depan mesin minuman, menunggu cola yang ia beli bergulir jatuh.

Kwon Jiyong adalah alasan Chanyeol ke agensi hari ini.

"Lama tidak bertemu." sapanya disertai senyum lebar yang membuat matanya menyipit.

Chanyeol bodo amat. "Mau apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Garang sekali. Kau masih sewot soal kejadian malam itu?" Jiyong memungut cola-nya dari mesin minuman.

"Aku tidak tau kau membahas apa, dan aku tidak mau tau juga." Chanyeol menjawab datar. Ia kemudian mengikuti Jiyong yang melangkah santai menuju ruang kerjanya.

"Welp, kalau kau memutuskan untuk melupakan momen itu, maka antara kita baik-baik saja, kan?"

"Bisa langsung ke intinya?"

Jiyong memutar mata jengkel. Si jangkung ini tidak bisa digoda sama sekali. "Baiklah, baiklah. Aku punya project baru untukmu." Jiyong mendorong pintu kerjanya dan membiarkan Chanyeol melenggang masuk terlebih dahulu.

"Kita bicarakan di dalam."

🥀


Tori benci ketinggian.
Ia benci berada di tempat yang tinggi dan terbuka.
Ia benci ketika angin bertiup deras menerbangkan rambutnya, memberikan sensasi dingin yang membuatnya menggigil.
Tori benci ketinggian, oleh karena itu, ketika Yuqi mengajaknya ke rooftop sebuah cafe bertingkat lima, Tori memelas ingin turun.

"Kenapa buru-buru. Di sini menyenangkan tau." Yuqi menolak ajakannya. Gadis muda berseragam SMA biru laut itu melenggang enteng menuju bibir balkon. Tangan membentang lebar, menyambut angin yang menabrak tubuh kurusnya.

"Jangan terlalu di pinggir!" Tori menyambar lengan Yuqi secepat kilat, menariknya menjauh dari pagar.

"Kita duduk di sana." ujar Tori, mengalihkan pembicaraan. Yuqi menatapnya heran, namun tak mengatakan apa-apa.

"Mengenai novelmu..."

"Nah, kak Tori...," Yuqi menyela. "Bisa kita tidak membahas pekerjaan hari ini?"

"Eh?"

Tori membalikkan badannya menghadap Yuqi. Sedikitnya ia merasa ada yang tidak beres dari gadis itu. Raut datar dan acuhnya yang biasa kini terlihat muram.

RESONATE (PCY)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora