"Iya Pa, aku ingin main dengan mereka, pasti lebih seru."

"Tidak."

"Pergilah, Papa urusan Mama." 

"Terimakasih Mama." Sarada mengecup pipi Sakura dan melesat pergi sebelum Papanya lebih tegas lagi melarang. 

"Aunty Sakura memang terbaik." Boruto mengacungkan jempol pada Sakura lalu mengejek Sasuke dengan membalik jempolnya kearah Sasuke. 

"Baiklah kau sudah mengajarinya menjadi pembangkang. Aku harap tidak lagi terjadi perdebatan seperti ini di depannya, ini tidak baik untuknya, dia bisa selalu mencari perlindungan pada salah satu dari kita."

"Aku rasa tidak buruk jika membiarkannya sedikit bermain, agar dia tidak besar menjadi orang yang manja."

"Aku tidak memanjakannya asal kau tau saja, aku hanya tidak mau dia terluka. Sebaiknya menghindari luka dari pada menyembuhkan luka. Aku tidak suka dia melihatnya kesakitan."

"Inilah masalahnya Sasuke, kasih sayangmu itu keterlaluan, tidak seperti itu caranya menyayangi anak, secara tidak langsung kau mengurungnya untuk terhindar dari bahaya. Akan jadi apa dia? Pengalaman bermainnya sebagai anak-anak akan kurang jika kau mengurungnya terus."

"Aku tidak mengurungnya, aku melindunginya."

"Ya, tapi kau terlalu kencang menggenggamnya, kau tau dia bisa hancur."

"Bagaimana jika melepaskannya, dia juga akan hancur, terluka."

"Dan saat inilah aku bersyukur kalian berpisah." Ucap Mebuki yang sudah muak dengan perdebatan mereka. Dia hanya merasa mereka terlalu berlebihan, dulu dengan suaminya, dia tidak pernah memperdebatkan masalah izin-izinan seperti itu. Jika salah satu sudah mengizinkan maka satu lainnya akan mendukung begitu juga sebaliknya. 

Mungkin karena mereka telah lama terpisah, dan masih ada sakit hati yang dulu pernah mereka alami. Juga karena mereka tidak lagi sepemikiran, kurangnya kebersamaannya membuat mereka tidak lagi memiliki kecocokan. 

"Ya aku setuju." Jawab Sakura. "Sudah aku mau mandi." Sakura beranjak meninggalkan lelaki yang selalu menjadi masalah baginya. Mungkin ibunya benar, mereka memang sudah ditakdirkan untuk berpisah dari awal, karena tidak ada lagi kecocokan. 

Setelah mandi dan mengenakan baju rapi, bersiap berangkat kerja. Tapi ketika dia turun dari lantai atas rumahnya. dia mendengar suara anak-anak di luar rumahnya yang memanggil-manggil namanya. 

"Mom Sakura, Sarada terluka di hutan." Mendengar itu Sasuke langsung berlari meminta antar oleh anak-anak untuk mendatangi Sarada yang terluka. Kata terluka sendiri sudah membuatnya ngeri apalagi dengan embel-embel nama anaknya.

Sakura sampai kelabakan mengikuti cepatnya Sasuke berlari. Melihat itu dia kembali digulung rasa bersalah yang amat sangat, seolah dia sudah menjadi pembawa sial untuk Sarada. Berlari di hutan dengan tumpukan salju yang setinggi lutut membuatnya kesulitan, dia tidak tau bagaimana Sasuke bisa tetap berlari sekencang itu dengan kondisi jalanan yang sangat tidak bersahabat. 

Tidak hanya Sasuke sepertinya yang tidak kesulitan berlari di tumpukan salju, anak-anak yang mengantaran Sasuke, terlihat berlari lebih cepat. 

Beberapa meter kemudian dia melihat Sasuke sudah bertemu dengan Sarada yang duduk di atas batu, dengan dua kaki yang terjulur ke depan, air mata mengalir di pipinya, Boruto di sampingnya dan Mitsuki memangku kaki Sarada. 

"Bagaimana keadaanmu sayang?" Ucap Sasuke menatap nanar kaki Sarada. 

Setelah sampai pada gerombolan itu Sakura langsung menyentuh pergelangan Sarada yang bentuknya tidak seperti seharusnya.

Comeback [SasuSaku Fanfiction] CompletedWhere stories live. Discover now