Extra Chapter 5 - Final Ferse

5K 160 24
                                    











“Yang perlu kamu tahu, cukup sederhana. Seberapa jauh melangkah pun, aku selalu pulang. Seberapa hebat kita berdebat, anehnya. Kamu itu tetap rumah dimana aku kembali.” —Catatan Lacrymoza.




“Katanya cinta sejati itu dapat ditemukan ketika kamu menyelesaikan perjalanan jauh bersamanya dan perasaan itu masih ada. Aku berharap itu berlaku juga bagi kita, seberapa hebat kita berdebat anehnya perasaan itu tetap ada, sama, dan ngga pudar.” — Dia.




Aku kangen mereka, jadinya nulis mereka. Heran ya, kenapa yang manis cuma bisa ditulis dalam imajinasi? Apa kabar kita yang nyata? Teman saja masih lumayan, tapi kita? Entahlah.


—Welcome—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Welcome—

Ada ketegangan sendiri dalam ruangan luas itu. Arsya dan Damar yang saling sikut dengan tatapan penuh arti menatap bergantian antara Harris yang tetap santai dengan minumannya dan Arkais yang nampak serius balas menatapnya.

Rasanya sudah seperti terjebak ditengah debat yang berjalan dengan menggebu. Tegang dan membuat keduanya hanya bisa berbisik, walau jelas keterdiaman verbal diantara dua pemuda itu membuat suasana tambah jadi canggung dan aneh.

“Ekhm... Sya, laper nih gue. Makan kuy?” Damar mengatakannya sembari menginjak kecil kaki Arsya, mengirim sinyal pada temannya itu.

Arsya jelas menganguk mengiyakan, susah juga terjebak dalam suasana absurd begini. “Hoo, Dam. Gue ju—”

“Udah, duduk diem anteng. Gue ogah kalau cuma berduaan sama dia.”

Suara dingin Harris jelas membuat Arsya dan Damar jadi mengkerut, memilih diam saja walau tetap mendumel.

Walau tak paham apa yang tengah mereka bertiga perdebatkan, Arkais jelas tahu jika hal itu menyangkut tatapan dingin dan tidak suka Harris saat menatapnya. Kentara sekali mata pemuda itu mengatakan jika dia sangat kesal melihatnya.

“Oke oke,” decak Damar dengan sewotnya lantas mengalihkan pandangannya pada Arkais. “Lo mau bilang apa sih? Buruan aja lah.”

“... sorry?”

Arsya jadi melotot ke arah Damar, menyikut rusuknya yang membuat Damar jelas jadi mengumpat ke arahnya. “Ya elo bego, orang dia ngga bisa bahasa elo juga.”

“Ya kan refleks anjing.”

“Lo tuh sesuka itu sama anjing gue ya? Tuh dia di rumah.” Arsya membalas tak kalah sewotnya yang membuat Harris mendengkus melihat kedua temannya itu.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang