Extra Chapter 1

5K 224 6
                                    


“Mungkin, janji lebih sering diingkari ketimbang ditepati?” — Dia Perempuan.

“Apa kamu tahu, setidaknya kamu pernah menjadi alasan dimana aku bertahan sejauh ini, menuangkan rajutan kata untuk mengingat, bahkan melukiskan sosokmu. Sosok yang mempunyai warna tersendiri, seperti katamu. Kita pernah ada karena satu tema yang sama : warna.” — Untuknya, aku rindu Harris.



HAHAHAHA LAMA BANGET YAA NGGA KETEMU?


ADA EXSCHAP, SUKA?



ENJOY YA 🎈






HEHEHEH














• W E L C O M E •
































LIMA tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Masa putih abu-abu yang sangat menyenangkan, juga mengutas rindu tersendiri. Kenangan menyenangkan hingga menyedihkan yang dibalut manis masa remaja.

Nats nampak duduk sendirian di sebuah cafe, menikmati pemandangan gedung opera didepannya sembari menyesap minumannya, melirik pada laptop dan buku sketsa yang tergeletak di sampingnya.

Sydney dan kesendirian sudah menjadi kebiasannya beberapa tahun ini. Bukannya suka dengan kesendirian, Nats memang kadang merasa ingin sendirian menikmati imajinasinya.

Handphonenya yang berada di atas meja nampak mengedip, menarik atensinya untuk meraih benda pipih itu. Membuat senyumnya terulas.


Arkais : hello, look at back you :)


Sebaris chat singkat itu membuat Nats refleks menoleh. Mengulas senyum lebarnya melihat pemuda berambut cokelat terang itu tersenyum hangat hingga kedua matanya menyipit menunjukan eye smilenya yang manis.

“Hai,” ujarnya riang, begitu pemuda jangkung itu menarik kursi dan duduk di seberangnya. “Kamu selalu gitu ya, kalau datang. Ngga langsung aja?” kekehnya.

Arkais tersenyum. “This is Arkais style,” balasnya santai. “Itu identik,” tawanya kemudian. Lantas menatap Nats. “Udah lama?”

“Ya... cukuplah kalau untuk ngelihat pemandangan sampai bosan,” balasnya dengan nada dramatis yang justru membuat Arkais jadi tertawa. Gadis di depannya itu memang menyenangkan dan menggemaskan sejak awal pertemuan mereka di awal kuliah dulu hingga mereka lulus sekarang.

Pemuda itu menganguk kecil. “Cukup terharu mendengarnya,” balasnya kalem yang membuat Nats mencuatkan bibirnya.

“Kamu memang habis dari mana sih, Ka?” tanyanya, lalu sedetik kemudian seakan paham Nats jadi menganguk. “Seniman memang selalu sibuk sih, I know ya..”

Mengerti nada ledekan Nats barusan membuat Arkais tertawa geli, menepuk puncak kepala Nats dengan gemasnya. “How really cute,” tawanya dengan riang yang membuat Nats jadi ikutan tertawa.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang