[5] Sisi Lainnya

13.4K 516 21
                                    

5:: Sisi Lainnya

“Belum tentu yang buruk itu paling buruk, dan yang baik itu paling baik. Karena kadang seseorang memiliki topengnya sendiri. Entah itu berperan menjadi antagonis atau protagonis.” - Nats Wilona.

Karena benar kata pepatah, don't judge book by its cover. Terdengar klise memang, tapi kadang yang klise itu lebih bermakna ketimbang yang rumit.

-Just be Mine-

Suara kedipan kamera dan silau beberapa sinar blitz kamera nampak menjadi melodi tersendiri dalam ruangan itu. Memusatkan semua kegiatan pada satu titik di tengah ruangan yang didesain sedemikian rupa.

Seorang gadis dengan gaun berwarna putih tanpa lengan sebahu dan bunga bunga yang menghiasi rambut panjang dark brown dengan curly di bagian bawah itu tengah berpose mengikuti arahan sang photographer dengan lihai, seakan menunjukan bakat alaminya dalam hal berpose di depan kamera.

“Dagunya agak diangkat sedikit, okay tahan ya.”

Good!

“Selesai,” ucap seorang laki-laki yang ahli dalam bidang fotografi—laki-laki itu, Kak Dave tersenyum memandang hasil jepretannya. Dan melemparkan senyumnya pada gadis cantik yang hari ini menjadi modelnya, Nats Lacrymoza.

Beberapa kali Kak Dave melemparkan pujian pada Nats yang memang ahli dalam bidang modeling. Gadis itu mampu berimprovisasi sendiri tanpa pengarahan yang detail dari Kak Dave hanya perlu garis besarnya saja. Cukup menyenangkan bekerja sama dengan remaja seperti Nats.

“Makasih atas kerja samanya Nats sama Tante Gisel ya,” kata Dave sambil menjabat tangan Giselle yang membalas uluran tangan Dave sambil tersenyum.

“Iya sama sama, Mas. Seneng juga bisa kerja sama sama Mas Dave,” kata Gisel sambil tersenyum.

Keduanya lantas terlibat obrolan hangat mengenai karir Nats yang tengah di puncak popularitas sama dengan kedua kakaknya yang tengah disibukan dengan projek film mereka.

Sementara Nats selesai mengganti gaun putihnya tadi dengan kaus berwarna biru pastel dan celana jeans hitam lantas menghampiri Mamanya yang tengah berbincang dengan Kak Dave.

Setelah berbincang sebentar akhirnya Nats dan Gisel yang menjabat sebagai managernya itupun pamit untuk pulang karena jam sudah menunjukan pukul 9 malam saat ini.

“Ih iya, dear.” Ucap Giselle saat mereka berdua sudah berada dalam mobil mereka yang tengah melaju dijalanan malam ibu kota.

Nats jadi menoleh. “Kenapa Mom?” Tanya Nats sambil menyelipkan rambutnya kebelakang telinga.

Mendengar sahutan Nats barusan membuat Gisel tersenyum tipis, mengelus lembut puncak kepala Nats. “Mama hari ini flight nemenin Abang buat meet and greet di Bali ya sayang,” ujarnya dengan lembut, mencoba menenangkan Nats.

Benar saja putrinya itu langsung mencebikan bibirnya kesal, Gisel memang belum sempat memberi tahu Nats sejak kemarin. “Kok aku ngga dikasih tau dulu sih, Ma?” ujarnya dengan nada menuntutnya. “Kenapa tiba-tiba aja gitu?”

Melihat Nats mendengkus kesal justru membuat Gisel tersenyum hangat, menahan geli melihat wajah menggemaskan putrinya itu. Bibirnya tertekuk kesal dan pipinya yang tembam menggembung lucu, perpaduan yang manis.

“Mama minta maaf ya sayang, belum sempet bilang ke kamu,” balasnya sembari mengelus puncak kepala Nats dengan lembut. “Kamu sibuk banget kemarin-kemarin, tadinya mau Tante Anna yang ikut, tapi Tante ada keperluan lain jadinya Mama yang ikut kesana.”

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang