[6] Hate?!

12.3K 595 24
                                    

6:: Hate?!

"Apakah hanya karena kesalahan segelintir orang membuat kita menanamkan benci ke semua orang?" - Fabian Permana Lazuardi

-Just be Mine-

"

LO habis dari mana aja???” Kata Fabian yang menuruni tangga dan hendak kearah dapur tetapi langkahnya terhenti saat melihat Harris tengah menuang air putih dalam gelasnya.

Mendengar pertanyaan hangat, ah atau lebih tepatnya sarkas dari pemuda jangkung itu membuat Harris mendecih sinis, memilih mengabaikannya dan meneguk air putih tadi dengan segera, tenggorokannya benaran kering rasanya setelah berdebat yang bahkan masih dipikirkannya, kenapa harus dia lakukan?

“Gue tau Lo punya kuping yang bisa denger.”

Harris mendengus mendengarnya, menaruh gelasnya dengan agak keras di atas meja, lantas menoleh, menatap Fabian dengan tatapan datarnya. "Lo ngga ada kerjaan? Lucu banget peduli sama gue?" balasnya ketus.

Fabian mengerti nada dingin itu masih ada dalam nada suara Harris ketika berbicara begini dengannya. Fabian mengerti, tapi tetap saja rasanya ada rasa menyengat yang dirasakannya melihat bagaimana Harris menatapnya begitu dingin dan tak peduli begitu.

Entah siapa yang patut disalahkan di sini, tapi rasanya semuanya melelahkan saja. Seakan tak ada habisnya yang membuatnya lelah bertahan dalam keadaan seperti ini terus menerus.

"Mau gimanapun lo ngelak, ngga ada yang bisa ngerubah fakta. Lo adik gue, apa salah gue mencoba peduli sebagai kakak lo?" ucapnya sembari menghela napasnya lelah, lantas melirik pada jam dinding yang menunjukan pukul setengah satu malam. "Dan ini udah malem, gue hanya ingin peduli dengan lo."

Harris mendecih. "Sejak kapan lo masih peduli sama gue?" Balasnya terdengar santai, mengisi lagi gelasnya sebelum kembali menegaknya. "Gue ngga inget?"

"Kalo gue ngga peduli. Gue ngga akan tanya sama lo."

"Sayangnya gue ngga peduli sama itu," balasnya dengan nada sinisnya, "lagipula gue ngga butuh pertanyaan basi lo itu."

Begitu saja Harris mengatakan hal itu dengan dinginnya, memilih berjalan melewati Fabian, tapi yang ada pemuda jangkung itu justru menahan lengannya, membuat keduanya jadi saling berlawanan arah tanpa menoleh.

"Semarah itu lo sama gue?"

Harris terdiam mendengarnya, menggeram pelan meyakinkan hatinya mendengar kalimat itu. Marah katanya? "Marah terlalu simple buat di dengar," kekehnya dengan getir. "Gue benci lo asal lo tau, jadi stop berhenti peduli kayak gini, karena gue muak."

Harris lantas menghempaskan tangan Fabian dengan keras lantas melangkah begitu saja melewatinya seakan tak peduli banyak membuat Fabian menghela napasnya pelan. Memilih melangkah menuju pantry buat menunaikan niatnya tadi, minum.

Menunangkan air dalam gelasnya, lantas tersenyum getir. "Sampai kapan semuanya bakalan kayak gini?" ujarnya dengan miris, "asal lo tau Ris, sebenci apa lo sama gue. Dengan begonya gue ngga bisa benci sama lo. Ngga adil ya?" Fabian bermonolog sambil tersenyum getir.

Enam tahun berlalu tapi hubungannya tak pernah bisa membaik dengan Harris seberapa kuatnya dia mencoba memperbaikinya tapi benteng pertahanan Harris terlalu sulit ditembusnya.

Mungkin hanya waktu yang memiliki jawabannya? Hanya waktu yang bisa membuat semua luka berdamai dengan keadaan.

-Just be Mine-

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang