[37] Pengakuan

7K 354 3
                                    

37 :: Pengakuan

"Kadang sebuah pengakuan itu memang di butuhkan dalam suatu hubungan." - Larissa Claudya, cewek yang sudah mendapat pengakuan


• • •

"GUE jadian," ucap Fabian dengan nada santainya sambil menata tumpukan filenya. Dia dan anak laki-laki dengan wajah agak chinesenya itu memang sering berada diruang osis begini jika istirahat.

Gabriel menyesap jus mangganya perlahan lalu menatap Fabian dengan pandangan mengejek. "Lo jadian?" kekehnya, "Lo abis kena getok penggarisnya Mrs. Karl apa gimana? Jadi halu begitu," ledeknya pada Fabian.

Fabian mendengus pelan karena ucapan Gabriel barusan, "Gue  seriusan."

Gabriel malah tertawa terpingkal-pingkal melihat Fabian yang berhalusinasi tinggi begini, sakaw gara-gara minum jus mangga kali ya? "Sama siapa? Sama Naomi? Atau sama Nats?" ledeknya yang membuat Fabian kesal sendiri dengan kemampuan mulut Gabriel yang selalu tidak disaring dulu.

"Sama Risa kemaren sore."

Gabriel sempat tersedak mendengar penuturan Fabian yang kelewat santai barusan, "Risa?"

"Iya."

Gabriel tertawa kencang saat ini hingga matanya menyipit, ralat dia memang sudah sipit sih merem lebih tepatnya, "Halah bohong lo, mana mungkin."

Fabian menyesap perlahan jus mangganya, mengabaikan ledekan cowok sipit dihadapannya itu yang sialnya menjadi sahabatnya sejak SMP dulu, "Yasudah kalau lo ngga percaya dengan gue."

Gabriel menghentikan tawanya saat itu ketika mendengar nada serius Fabian, "Lo seriusan?"

Fabian memutar bola matanya malas, "Kenapa juga gue mesti bohong?"

Gabriel lalu mendekatkan kursinya dengan kursi Fabian, "Gini ya, Fab. Kalau lo cuma main-main sama Risa, mending jangan deh. Kasian dia cewek baik-baik, man."

"Lo kira gue cowok brengsek apa? Mana ada gue mainin cewek, Gab?"

Gabriel menganguk pelan. Memang sejauh dia mengenal Fabian sejak anak laki-laki itu bertransformasi dari seragam merah putih, menuju biru putih hingga putih abu-abu begini, Fabian memang jarang terlihat berurusan dengan cewek, walaupun yang mendekatinya banyak sih.

Yang Gabriel tau Fabian hanya terikat pada dua perempuan selama ini. Pertama Naomi, gadis masa lalu Fabian dulu dan sekarang Nats yang Gabriel yakin jika sahabatnya itu cinta benaran dengan gadis yang sayangnya malah berpacaran dengan adik Fabian sendiri.

"Fab."

Fabian menarik nafasnya dalam-dalam, "Bukannya lo sendiri yang minta gue belajar melupakan dia dengan move on ke cewek lain?"

Gabriel mengacak rambut hitamnya dengan gemas, dia jadi teringat jika selama ini dirinyalah yang gencar menjodohkan Fabian dengan cewek-cewek yang lolos seleksinya. Katakanlah kalau Gabriel ini mirip dengan sales yang menawarkan barang pada Fabian, tapi bedanya ini cewek.

"Oke. Tapi awas aja kalau gue denger lo nyakitin Risa, Fab. Gue bakal turun tangan buat nonjokin muka lo itu," ancamnya sambil terkekeh lalu menepuk pundak Fabian pelan. Dia serius saat itu, "Kasian kalau lo sia-siain cewek tangguh kayak Risa gitu, Fab. Seriusan jarang ada cewek yang berjuang mati-matian gitu buat cowok macam lo ini."

"Kampret, Gab." balasnya, "Puas-puasin deh lo nonjok muka gue kalau gue mainin dia."

Gabriel tau betul jika Fabian sudah berkata begitu pasti anak laki-laki itu teguh dengan pendiriannya. Dia yakin Fabian tidak akan main-main dengan perasaan kali ini.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang