Extra Chapter 3

4.6K 222 25
                                    








“Kamu tahu, satu kenangan manis tentang kamu rupanya lebih bertahan lama ketimbang puluhan kenangan pahit mengenai kamu.” - Dia.




“Sedetik aku mencoba melupakan kamu, seribu detik juga kenangan tentang kamu menyerbu. Membuat semua berubah menjadi rindu kembali.” - Natchadiary.






Kadang ya... sebuah apresiasi sekecil apapun pasti sangat berharga. Apalagi sebuah apresiasi yang datang dari hati. Yang membuat semuanya terasa lebih ringan.





HALO SEMOGA MASIH SUKA YA 💘




SELAMAT DATANG DI CERITA MEREKA LAGI 🎈🎈

Enjoy yaaa..



• W E L C O M E •




NATS?”

Nats yang semula baru keluar dari kamar mandi menatap heran keempat temannya yang sudah duduk manis diatas tempat tidurnya membuatnya jadi curiga.

Mereka tuh kalau manis malah bikin dia curiga sendiri. Pasti ada maunya.


“Hm?” balasnya sembari duduk di atas tempat tidurnya di antara Tara dan Ulli.

Risa menghela napasnya pelan. “Lo... beneran udah move on?” tanyanya hati-hati. “.... seriusan?”

Mendengarnya membuat Nats ikutan menghela napasnya lelah. “Udahlah, gue males kalau mau ngebicarain dia,” balasnya dengan nada enggan. “Udah ngga ada lagi yang dibicarain.”

Ulli mengusap bahunya pelan. “Nats, jangan gitu dong,” sambungnya yang membuat Nida menganguk.

Tara mendesah pelan. “Sebenernya kenapa sih? Lo jadi ngga jelas habis putus sama Harris,” decaknya. “Lo... jadi ngejauh, kayak orang ngga kenal. Log out grup chat, jarang bales chat dan lo beda aja, jadi anteng. Lo tuh kenapa?”

Telak. Perkataan Tara jelas membuat Nats jadi bungkam, kehabisan kata-kata. Hal itu membuat Tara menghela napasnya lelah.

“Lo kalau mau move on jangan ngejauh jugalah dari kita-kita. Cerita, lo itu sebenernya kenapa sih?”

Nida mengusap bahu Tara lembut lantas menatap Nats. “Lo serius beneran udah move on dari Harris?” tanyanya dengan hati-hati. “... yakin banget?”

Nats terdiam, sebelum akhirnya menganguk patah-patah mengiyakan.

Tapi jelas Risa menatapnya memicing. “Arkais? Lo sama Arkais sekarang?” pancingnya yang membuat Nats menatapnya tepat.

“Arkais?”

Ulli menganguk. “Hm, Arkais. Lo pacaran sama dia? Kapan? Kok ngga ada cerita sama kita-kita. Tega lo.”

“Bentar-bentar kok jadi nyolot ih,” decak Nats sembari menggembungkan pipinya sebal. “Sel—” ucapannya jadi terhenti begitu saja karena deringan pelan ponselnya. “Wait,” ujarnya menunjukan gestur menunggu dari keempat sahabatnya sebelum beranjak dari atas tempat duduknya.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang