[18] Sebuah Kenyataan

10.2K 409 5
                                    

18 :: Sebuah Kenyataan

"Kenapa mencintaimu harus sesakit ini? Mencintaimu bagaikan memeluk ratusan pecahan kaca yang hanya mampu menanamkan luka tanpa tau apa obatnya."- Fabian Lazuardi

-Just be Mine-

F

ABIAN hari ini melangkah kearah ruang osis  dengan tatapan aneh yang ia tujukan saat melihat sepasang insan yang tengah berdiri didepan kelas 11 IPA-1.

Tidak terlalu aneh memang. Tapi tetap saja bagi Fabian itu adalah hal yang aneh saat melihat cowok itu berjalan beriringan kearah kelas sang gadis sambil sesekali menggengam tangan gadis itu. Dan tepat saat sampai didepan pintu kelas gadis itu pemuda tampan tadi lantas mengacak rambut sang gadis dengan gemas dan berjalan meninggalkan anak perempuan yang tengah mencebikkan bibirnya kesal.

Kenapa mereka bisa akrab gitu?

Fabian membuang sebuah opini yang mendadak muncul diotaknya melihat kejadian tadi. Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya untuk membuka pintu ruangan osis Bibang. 

Cowok jangkung itu lalu duduk dikursi kebesaraannya dan menatap file-file dihadapannya. Walaupun tatapannya seolah mengarah pada lembaran kertas itu pikirannya tetap bercabang kemana-mana.

Tentu saja mengarah pada kejadian tadi itu yang benar-benar mengusik pikirannya. Tentang mereka yang saling mengumbar tawa dan menegaskan sebuah jalinan kalau dia tidak salah tanggap.

"Lo kenapa, man?" Tanya cowok tampan berwajah chinese dengan rambut hitamnya, Gabriel. Wakilnya dalam organisasi ini.  Cowok itu memang baru saja masuk keruangan ini dan melihat Fabian yang tengah melamun.

Merasa tak ada respon dari cowok jangkung itu membuatnya kesal, "Fab!" Ucapnya sambil menepuk bahu Fabian cukup keras.

"Eh? Kenapa Gab?" Tanya Fabian yang baru saja tersadar dari lamunanya dan mendapati Gabriel tengah menatapnya aneh.

Gabriel memutar bola matanya malas. "Emang ya jatuh cinta itu bikin orang linglung. Kayak lo ini," cibir Gabriel sambil terkekeh kecil lalu dengan santainya duduk diatas meja yang membuat Fabian mencibir pelan.

"Ngomong apa sih lo?" Fabian menatap heran sahabatnya yang satu itu.

"Halah. Gue tau lo pasti lagi mikirin si model itu kan? Itu si Nats?" Ucap Gabriel tepat pada sasaran.

"Jangan ngaco! Engga, gue tadi emang baru mikirin gimana kelanjutan persiapan pensi," kilah Fabian sambil menatap file-file itu.

"C'mon lo bukan pembohong yang handal, man. Tell me now, lo lagi mikirin dia kan?"

Fabian lalu menghela nafasnya kasar "You I'll right," gumamnya.

"Emang dia siapa lo sih, Fab? Gebetan?"

Fabian mengernyit seolah baru menyadari jika ada yang memperhatikan kedekatannya dengan Nats. "Cuma sahabatan doang. Baru kali ini gue punya sahabat cewek ya...sedeket sama dia."

"Seriusan?" Ucap Gabriel tak percaya.

"Euhmn..awalnya cuma deket biasa sih, terus ngga tau gimana bisa sahabatan. Tapi kalo lagi sama dia rasanya beda, Gab." Fabian menjawabnya dengan antusiasmenya.

Gabriel mengerjapkan matanya melihat eskpresi Fabian yang meletup-letup saat menceritakan Nats,"Do you love her?" Cecar Gabriel lagi membuat Fabian tersenyum kecil dan Gabriel dapat mengetahui arti senyuman kecil tadi.

Just Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang