BAB 27 :. Kiss Me

833 83 10
                                    

"Lo kenapa, anjir?" kata Dimas setelah dia berdiri di depan Salsha. Wajah laki-laki itu terlihat sangat panik ketika Salsha menangis kencang. "Sal?" panggil Dimas dengan lembut.

Salsha masih terisak sambil berusaha menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. "Balikin minum gue," lirihnya dengan suara gemetar.

"Gila kali gue ngasih minum ke cewek nangis."

Salsha menghentakkan kakinya. "Balikin!"

"Enggak!"

"Dimaaas! Balikin! Lo kenapa sih, ngusik gue mulu?! Lo pikir gue suka, apa? Lo pikir gue kelihatan gampang—"

"SAL!" bentak Dimas membuat Salsha menurunkan tangannya, memperlihatkan matanya yang sudah berlumuran wana hitam akibat maskara yang luntur. "Ayo pulang, gue gak mungkin biarin lo sendirian di sini," katanya penuh penekanan.

Bibir perempuan itu melengkung ke bawah. Detik kemudian Salsha berjongkok dan menangis kencang. Bahu perempuan itu kembali bergoncang kuat bahkan beberapa pengunjung kelab yang akan pulang menoleh pada keduanya dengan senyum tipis.

Dimas menghela napasnya. Dia berjongkok sambil menurunkan kucing yang ia gendong. Laki-laki itu menyentuh bahu Salsha lalu menepuknya pelan. Dimas terus menenangkan Salsha hingga perempuan itu berhenti menangis dengan sendirinya.

Dua puluh menit berlalu, mata Salsha mulai bengkak dan terasa berat. Perempuan itu mengangkat kepalanya, tapi tetap menyembunyikan wajahnya di balik uraian rambutnya. "Lo kok diem aja, sih?'

Dimas menarik tangannya lalu kembali menggendong si kucing. "Terus gue harus ikut nangis?"

"Ck!" Salsha mendengus kesal. "Ya gak gitu juga."

Dimas meraih tangan Salsha lalu memaksanya berdiri. "Ayo pulang."

"Lo mau nganterin gue?"

Saat ini Dimas sangat ingin menoyor kepala Salsha atau mengikat mulut perempuan itu agar bisa berpikir lurus dan berhenti bertanya. "Ck! Buruan, gue kuliah pagi ini!"

***

Dimas menekan password apartemennya, laki-laki itu membukakan pintu mempersilahkan Salsha masuk ke dalam. Sementara yang perempuan diam bergeming menatap ke dalam apartemen Dimas. "Gue bener-bener berasa cewek gampagan," gumamnya.

"Bukan salah lo kalau pintu kosan lo dikunci dan gak ada yang bukain pintu." Dimas menatap Salsha kesal. "Lagian siapa suruh sih, nangis di parkiran sampai jam satu pagi?"

Salsha mendengus lalu berjalan masuk setelah berkata, "gue bakal pulang kalau Gia atau Mala bales chat gue, ya."

"Terserah lo deh," kata Dimas lalu menutup pintu.

Salsha duduk di sofa, perempuan itu memperhatikan Dimas yang memasukkan vodka miliknya ke dalam kulkas lalu mengeluarkan satu kotak susu dari sana lalu menuangkannya ke mangkuk dan memberikannya pada kucing yang Dimas bawa pulang.

"Harusnya jangan susu yang itu, Dim."

"Lo mau gue gedorin pet shop satu Bogor atau gimana?"

Salsha mendengus. Perempuan itu kemudian melangkah menuju Dimas, duduk di samping kucing yang sedang meminum susu. "Lo kasih nama siapa?"

"Pus."

"Dih! Masa gitu doang?"

"Ya siapa dong?"

"Hmm ... Boni?"

Dimas menaikkan sebelah alisnya, dia kemudian melihat merk susu yang diminum si kucing. "Bisaan lo."

About DimasWhere stories live. Discover now