BAB 26 :. Menangis

644 82 5
                                    

Gia tengah berada di apartemen Dimas bersama Juna dan Marissa, empat orang itu tangah menggarap laporan praktikum yang ditugaskan oleh salah satu dosen mereka. "Gue bingung, ah," kata Juna lalu merebahkan badannya di atas karpet.

"Kalau Net B/C lebih dari satu?" tanya Dimas sambil menatap Marissa dan Gia bergantian.

"Usahanya layak dijalankan."

"Why?"

"Sok inggris kampret," sahut Juna sambil membuka aplikasi instagramnya, memperhatikan postingan teman-teman sosial medianya.

"Ya berarti layak dijalankan secara finansial," jelas Gia. "Kalau Net B/C sama dengan nol berarti usahanya ada di BEP?"

"What the meaning of BEP?" kata Juna.

Marissa berdecak. "Sumpah Jun, gue dari awal kuliah udah denger BEP ratusan kali dan lo masih gak ngerti singkatan dari apa?"

"Masa? Orang pertama kuliah kita pada kenalan, kok."

"Rese nih, orang!" katanya sambil melepar buku ke dada Juna.

Juna tertawa sementara Gia hanya geleng-geleng kepala. "Break Even Poin, Jun. Catet di otak lu, jangan gebetan mulu yang diinget."

"Tau lo!" kata Dimas lalu bergabung dengan Juna.

"Dim, jangan ikutan dong!"

Dimas memegang kepalanya. "Pusing gue, tensi naik nih."

Marissa merengut, dia menutup bukunya kemudian berjalan ke sofa dan bersantai di sana. "Tensi gue turun," katanya saat Juna akan memprotesnya.

Dimas tertawa lalu menatap Gia. "Tutup dulu Gi, istirahat. Kesehatanmu, lho."

"Basi!"

Gia hanya terkekeh pelan. Perempuan itu mengalihkan pandangannya pada ponselnya. Dia melihat beberapa notifikasi salah satunya adalah dari Salsha.

Salshabilla : Gi, kalau gue gak pulang sampai jam 12 malem, lo telponin taksi ya. Ke Victoria.

Gia mengernyit ketika ingat Victoria adalah nama sebuah kelab malam. "Dih, gak tobat-tobat nih, anak," gerutunya kemudian mencoba menghubungi Salsha. Dua kali Gia menelpon, tapi Salsha tidak juga mengangkatnya. "Kenapa, sih nih anak?"

"Kenapa, Gi?" tanya Marissa.

Gia menggeleng. Masih berusaha menghubungi Salsha dia berkata, "enggak, temen gue nih."

"Salsha?" tanya Juna asal.

"Hmm," gumam Gia

Mendengar gumaman Gia membuat Dimas duduk dan menatap perempuan itu penasaran. "Kenapa?"

"Ha?"

"Salsha kenapa?"

Juna menendang pelan punggung Dimas. "Udah kali, punya orang itu."

"Diem lo, ah!" Laki-laki itu mulai tidak santai mungkin benar kata Dimas, tensinya sedang naik. "Salsha kenapa?" ulangnya.

"Gak tahu, makanya ini gue telepon. Dia cuma bilang suruh panggilin taksi kalau belum pulang lebih dari jam dua belas." Gia menjauhkan ponselnya, kali ini perempuan itu mengetik balasan untuk jawaban Salsha.

"Ke mana?"

"Victoria."

Marissa menatap Gia. "Gue kira dia berhenti minum."

About DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang