BAB 8 :. Ataxia

1.1K 112 6
                                    

Salsha menatap Dimas tanpa berkedip detik kemudian cewek itu tertawa keras sampai memukul sofa hitam milik Dimas.

Dimas yang tengah bersandar di pagar pembatas menatap Salsha dengan alis bertaut. Cowok itu mematikan rokoknya dengan menyudutkan ke pagar besi lalu membuangnya ke bawah sembarangan.

Dimas berjalan mendekat. Menatap Salsha dengan tangan terlipat di atas perut. "Apa yang lucu?"

Salsha mengusap air matanya yang keluar akibat tertawa berlebihan. "Elo sama gue," katanya.

"Apa?" Dimas masih tidak mengerti.

Salsha menopang kepalanya, menatapi Dimas dari atas sampai bawah. "Gue tadinya niat loh, paling enggak pelukan sama cowok ganteng."

Dimas ternganga mendengar jawaban frontal Salsha.

"Harus seganteng Lee Min Ho, tapi." Salsha kemudian menyampirkan sling bag-nya ke bahu. "Dan berhubung lo gak ada apa-apanya dari Lee Min Ho jadi, gue gak napsu sama lo!"

Dimas mendengus sambil sedikit terkekeh. "Gini-gini banyak yang suka sama gue, asal lo tau!"

"Masa?"

"Sumpah!"

Salsha mengibaskan tangannya tidak peduli. Cewek itu kemudian bangkit lalu sambil mengangkat susu stroberi pemberian Dimas dia berkata, "thanks asupannya, kapan-kapan gue mampir kalau kangen lagi sama lo."

Saat Salsha keluar dari apartemennya. Dimas buru-buru masuk ke dalam kamar, mengambil ponselnya di nakas sambil duduk di tepi kasur dia mengetikkan nama Lee Min Ho di kolom pencarian pada browser-nya.

🐾

Dimas tergesa-gesa melangkah menuju kantin kampus begitu mendapat panggilan dari Juna. Begitu sampai di kantin Dimas menyusuri ruangan terbuka dengan mata mencari sosok Juna.

Lalu saat dia melihat temannya itu ada di meja paling pojok bersama dua perempuan di hadapannya, Dimas melangkah cepat.

Sampai di sana dia menarik bangku di samping Juna tanpa permisi membuat tiga orang itu langsung menatapnya sedikit terkejut.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Dimas pada Juna.

Juna meringis. Sebenarnya, dia menghubungi Dimas karena dirinya sudah lelah menjelaskan pada dua perempuan yang mengaku berasal dari junalistik kampus itu.

"Elo, Dimas?" tanya salah seorang dari perempuan yang duduk di depan Dimas dan Juna.

"Iya, gue Dimas."

Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Kenalin, gue Alana dari tim jurnalistik."

Dimas menyambut uluran tangan itu seraya menggumamkan namanya. Dia kemudian beralih pada perempuan satu lagi. "Gue Risa dari tim jurnalistik juga."

Juna menatap Dimas khawatir saat Alana mulai mengutarakan maksud kedatangannya mencari Dimas. "Sorry sebelumnya, tapi gue denger lo kena ataxia, ya?"

"Enggak!" Dimas mendengus keras. "Seratus persen, gue sehat wal afiat."

Alana tersenyum tipis. "Gak usah malu. Niat kita baik buat bantu lo. Dengan share cerita lo ke kita, kita bisa buka bantuan galang dana buat lo berobat."

Dimas memejamkan matanya rapat. Menahan emosinya agar tidak meluap apalagi saat dia melihat wajah Risa yang menatapnya sedih. Diam-diam Dimas mengutuk Salsha.

"Sumpah, gue sama sekali gak sakit. Dan kejadian di parkiran enam bulan lalu itu cuma akal-akalan temen gue karena... " Dimas menggantungkan kalimatnya, tidak mungkin dia menceritakan semua dari awal. "Karena sesuatu," kata Dimas akhirnya.

About DimasWhere stories live. Discover now