BAB 22 :. Teman

710 84 10
                                    

Yang merasa biasa saja, kini sangat resah. Dimas bahkan tidak bisa merasa baik-baik saja setelah dia berbohong pada dirinya sendiri. ketika dia melihat Salsha tertawa bersama Mala, cowok itu justru merasa sakit hati karena perasaan Salsha berbeda dengannya.

Sedari tadi yang dilakukan Dimas hanya menghela napas panjang sambil berusaha mengalihkan perhatiannya, hingga hari mulai gelap.

"Dim? Masa tadi ada bintang jatuh," katanya berusaha menarik perhatian temannya itu.

Dimas menoleh menatap Juna datar. "Di matamu?"

Juna berdecak. "Itu pelangi," katanya kesal.

Dimas terkekeh geli seraya meluruskan kakinya yang tadinya ia tekuk. "Ini Makrab kapan dah, selesainya?"

"Baru aja mulai, kenapa, sih? Bete banget habis keluar sama Salsha tadi?"

"Kelihatan emang?"

Juna mengangguk mantap. "Tanya aja sama tukang jualan es degan, pasti bapaknya tau lo lagi galau."Dimas langsung bersiap berdiri, Juna segera menahannya. "Mau kemana, anjir?"

"Tanya bapaknya."

"Lucu lo!" kata Juna sambil menyentak tangan Dimas yang dicekalnya.

Di tengah candaan dua laki-laki itu tanpa mereka sadari seorang perempuan mendekati kerumunan mereka. Perempuan dengan Universitas yang sama dengan mereka. Ebi yang tengah menyiapkan kayu bakar bersama Lukman yang pertama kali sadar akan kehadiran perempuan tersebut. "Alana?"

Perempuan yang menguncir rambutnya menjadi satu itu menoleh pada Ebi, senyumnya langsung terukir lebar. "Pantesan gue gak asing sama kalian!" serunya.

Lukman segera menoleh pada Alana. "Lah? Lo ngapain di sini Al?"

"Tempat umum kali, gue juga boleh main ke sini," katanya sambil berjalan mendekati mereka.

Lukman mengusap tengkuknya, dia kemudian meneruskan kegiatannya setelah bergumam, "salah mulu jadi cowok."

"Sendirian lo?"

Alana mengangguk, dia memperhatikan wajah-wajah sekitarnya. "Ini anak panorama ya? Lagi ada acara?"

Ebi menganggukkan kepalanya, dia menghampiri Alana membiarkan Lukman mengambil alih semua tugas mereka. "Iya, makrab kita. Jurnalistik gak ada makrab emang?"

"Gak ada, kita mah langsung praktek aja buat mini outline majalah. Gak seru ya?"

"Banget," kata Ebi jujur membuat Alana terkekeh geli. "Mau gabung gak lo? Atau lo mau langsung pulang."

Alana tampak berpikir. "Sebenarnya, gue pengin langsung pulang, sih. Tapi, karena lo maksa ya ..."

"Anjir, gak ada yang maksa lo!" kata Ebi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara Alana hanya terkekeh geli. "Yaudah lo bantuin cewek-cewek sana, siapin makan malam kita."

"Yah, masa gue langsung gabung, sih. Kenalin dong."

"Yaelah, Al. Ada Alin sama Bia itu."

"Malu guenyaa."

Ebi menghela napas berat kemudian dia memilih mengantar Alana sekaligus mengenalkan perempuan itu pada anggota Panorama yang baru.

Mata Juna dan Dimas sama-sama mengikuti Ebi yang berjalan bersama Alana di sampingnya. "Itu bukan anak jurnalis yang kemarin ya? Yang nanyain lo soal ataxia?"

About DimasWhere stories live. Discover now