BAB 25 :. Masa Lalu

589 76 6
                                    

Satu tahun lalu, tepatnya di hari Rabu malam. Faros dan Salsha pergi ke sebuah restoran ternama untuk memenuhi ajakan makan malam dari orang tua Faros. Tapi, langit tampak tidak bersahabat.

Faros yang saat itu memang lagi tergila-gila dengan motor, sok iede menjemput Salsha menggunakan motor kesayangannya. Salsha mengenakan dress hitam selutut sambil duduk miring dan melingkarkan tangan kanannya ke perut Faros. "Berasa emak-emak gue," kata Salsha setelah melihat pantulan dirinya dari body mobil hitam avanza ketika Faros menyalip mobil tersebut.

"Kenapa, yang?"

"Enggak." Salsha menengadahkan kepalanya. "Ros, kayaknya mau hujan deh."

"Udah santai aja."

Salsha menengadahkan tangannya, merasakan rintik hujan di telapak tangan perempuan itu. "Ih, Ros hujan, nih!"

Faros menatap spion untuk melihat Salsha. "Gak apa-apa, nanti juga reda sendiri."

Salsha tertawa. "Kalau itu aku juga tahu!" katanya sambil memukul punggung Faros pelan. "Ini kalau kita basah gimana?"

"Masa mau neduh dulu? Tanggung nih, bentar lagi sampai."

Salsha sempat ragu sejenak. Bukannya dia rewel atau bagaimana, tapi ini bertemu calon mertua masa iya dia gak tampil cantik? Kalau gak direstui gimana?

"Gimana, Sal? Lanjut gak nih? Aku nurut kamu aja."

Salsha menatap langit kelabu itu. Perempuan itu kemudian nekat berkata, "oke deh, lanjut!"

Lima menit berlalu, suara petir memekikkan telinga, bau petrichor juga semerbak di hidung sepasang kekasih itu. Firasat Salsha tidak enak dan benar saja semenit setelahnya hujan turun dengan deras.

"Faros!" teriak Salsha ketika tiba-tiba saja Faros tancap gas, melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Faros tertawa ketika dia merasakan Salsha mengeratkan pelukannya. "Doa yang banyak, Sal!" teriaknya.

Salsha tidak mendengar, perempuan itu hanya meringkuk sambil memejamkan mata. Dalam hati dia mengumpati Faros bukannya berdoa.

Tidak ada lima menit, mereka sudah sampai di restoran, tapi tetap saja keduanya sudah basah kuyub. Faros turun dari motor sembari melepaskan pelukan Salsha dengan lembut. "Sal, ayo," katanya sambil melepas helm yang digunakan Salsha.

Salsha sendiri berusaha menemukan kesadarannya sebelum tangannya ditarik oleh Faros untuk berlari.

"Ros, ini yakin kita gak apa-apa basah gini?" tanya Salsha untuk kesekian kalinya saat para pegawai restoran menatap mereka dengan sengit.

"Restorannya punya om aku kok, Sal. Tenang aja," jawab Faros tetap menggandeng tangan Salsha, menuntunnya masuk ke kawasan VIP dari restoran tersebut.

Salsha segera sibuk mengagumi interior restoran yang sangat klasik dan mampu menenangkan pikirannya. Rasanya, dia ingin tidur di sini kalau bisa.

"Ma, Pa."

Suara Faros segera menyadarkan Salsha. Perempuan itu menatap ayah dan ibu Faros yang sudah lebih dulu memakan steik mereka. Salsha tersenyum canggung. "Malam Om, Tante," sapanya sambil melepaskan genggaman tangan Faros.

"Kenalin Ma, Pa. Ini Salsha, cewek yang aku ceritain kemarin," kata Faros memperkenalkan.

Ando, ayah Faros terlihat tidak tertarik dan hanya menganggukkan kepalanya sambil berkata, "duduk."

About DimasOù les histoires vivent. Découvrez maintenant