(KW) Super Mario Bros

1.2K 32 0
                                    

Empat tahun yang lalu

"Here is the deal... Lo lompat , terus punggung gue lo injek aja..."

"Terus Mar?"

"Nanti kalau lo udah nginjek tanah di sana, kasih kode tepok tembok seperti biasa, terus tas kita gue lempar dari arah sini."

"Lah terus lo gimana mau manjat temboknya?"

"Gue kan ahlinya Mal... lo lupa gue siapa?"

"Ah... ya ya ya. Terus kalau lo Super Mario Bros, gue apa dong?"

"Lo mau jadi princessnya?"

"Kagak ah. Kebagusan."

"Luigi?"

"Itu kumisan macem Pak Jono, gue ga kumisan."

"Ya udah, lo jadi jamurnya aja, Mal."

"Hah? Jamur? Ah lo mah..."

"Ya Mal, terimain aja lah, karena lo selalu menguatkan gue... eh cepet Mal, satpamnya nggak ada noh."

"Ah lo sialan... eh ya, gue nggak mau jamur, gue pengen itu marshmallow tapi bentuk jamur." ucapku sambil naik ke punggung Mario, lalu meneruskan misi kami, yaitu masuk lewat belakang karena kami sudah sangat kesiangan.

"Ya, serah lo deh, yang penting kita masuk kelas nih. Kita kan udah buat perjanjian." Gerutunya kesal.

"Yayayaa... oke fine!"

Begitulah, kami partner of crime, dengan kasus kejahatan indiscipliner tingkat sekolah menengah pertama. Gue dan Mario selalu sukses melewati benteng yang menghalangi niat mulia kami untuk menuntut ilmu.

Suatu waktu ketika kami ketiban apes... tepatnya kemarin, sebelum kami melompat saat ini.

"Pak... saya ingin belajar dengan sungguh-sungguh walaupun kesiangan. Suwer deh pak. Jadi wajar kan pak saya lompati tembok ini?" sangkal Mario, si jago ngeles.

"Rio, bapak hargai keinginan dan semangatmu untuk menuntut ilmu. Sangat menghargai sekali..."

"Alhamdulillah, makasih banyak banget bapak sudah mau mengerti kebutuhan saya menuntut ilmuUUH!!!" kuinjakkan kakinya Mario, karena telah memotong ucapan Pak Jono yang belum selesai. Aduh, Pak Jono sepertinya mulai dibuat darting.

Braaaakkk
Meja di gebrak tanpa aba-aba. Yakali lari, pake aba-aba.

"Astaghfirullah, ampun paaak! Ampun!"

"Makanya jangan dulu potong omongan saya!" bentak Pak Jono sambil merapikan kumisnya yang mirip Luigi itu.

"Iya pak, maaf." Mario menunduk.

Begitulah kemarin, scene ketidakharmonisan antara Mario dan Luigi KW super itu, gue benar-benar seperti jamur yang amat ambigu keberadaannya,

dan... belum selesai ceritanya.

"Rio, nak Mala juga dengarkan Saya, semangat Rio yang bagus itu sebaiknya harus di imbangi dengan disiplin. Salah satunya disiplin waktu."

"Iya, Pak." Jawab kami, kompak.

"Baiklah. Kalau kalian mengerti, tolong, ini terakhir kalinya kalian berlaku seperti ini. Kalau kalian kambuh lagi, bapak akan skorsing! Mengerti?"

"Baik Pak!" Jawab kami berbarengan lagi.

Perjanjianpun berakhir damai dengan hadiah dari Pak Jono untuk kami, yaitu seperangkat alat kebersihan... uhm... toilet!

Akhirnya tibalah pada detik ini, detik dimana perjanjian Mario dan Luigi KW super ternodai begitu saja karena berbagai alasan yang dengan mudahnya ditemukan daripada sengaja menemukan amang-amang kue putu di siang bolong terik matahari, mana ada, ya kecuali jika Allah mengizinkan.

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now