K(e)lar-ifikasi

776 20 0
                                    

Notes dulu guys!

Berhubung sub judulnya klarifikasi,
Jadiii... sebelum beranjak ke cerita, saya mau cuap-cuap soal updateannya yang kacau, nggak sesuai dengan yang saya targetkan di Ramadhan ini. Maaf ya guys.

Selama saya ngetik cerita, data selular suka saya matikan karena kalau aktif, lama banget dibukanya. Ya, saya seringnya ngetik cerita di Watty pake hp, nggak di lepi or pc.

Nah, udah ngetik panjang lebar kan, di save dong ya sama saya. Beberapa hari kemudian setelah rampung, saya sempet wifian, mau publish draft chapter ini. Begitu saya buka -Watty masih susah banget dibukanya- eh... sebagian cerita saya lenyap gitu aja di chapter ini.

Walhasil saya butuh waktu untuk... ngelamun, gak percaya, bingung, panik... karena cerita yang saya buat harus di ketik ulang lagi sementara backupan cuma ada di otak saya.

Untungnya dua draft yang lain, sub judul setelah "K(e)lar-ifikasi" yang masih mentahan nggak kena imbas, tapi beneran aneh kenapa draft ini aja yang ngefek jadi ramping setelah rampung.

Kan kesyel jadinyah.

Dan solusinya saya butuh waktu buat mengingat sebagian cerita yang saya tulis, terus juga sekarang saya udah update Wattynya di smartphone, dan wow, keren ya udah gabung ama Soundcloud. Kolaborasi kece sesama indie. Makin asik ini si Watty, walaupun entah kapan saya bakal pake fiturnya.

Kita udahan ya Wat musuhannya, hahaha.

Okay, so... yang penasaran ama kisah Sakti tiba-tiba putusin Amel... selamat membaca! Maaf ya kalau saya publishnya kadang suka tengah malem. Ini karena sinyal dan paket saya.

Happy reading ;)

Author

***

POV Saktian

Harusnya gue tidak berkata begitu, tapi entah dorongan dari mana akhirnya kata-kata itu terlontar. Oh... sekarang berkat kontrol diri yang tak terkendali, lagi-lagi gue harus berkonsekuensi dengan pilihan yang belum gue siapkan efek jangka panjangnya buat diri gue sendiri.

Kekuatan Mr. Well Prepared gue kalah oleh Tuan Gila Kontrol!

Tapi, mungkin ini lontaran dari kata hati gue yang paling dalam. Jauh di lubuk hati, gue memang mencari yang lebih berarti, tapi yang berarti lebih cuma Mala seorang.

"Oh... jadi cuma gara-gara permintaan gue kita putus gitu aja? Siapa yang lebih egois? Lo, Saktian!"

Gue bergeming aja. Biar, gue akan dengar semua perkataan dia.

"Lo bisa kan nolak permintaan gue baik-baik?"

"Denger gue Amelia! Sejak kapan lo bisa nerima penolakan gue dengan baik? Kalaupun nerima, gue yakin lo nggak nyaman sama keputusan lo. Ya kan?" Kata gue sambil menghela nafas berat. Sekarang gue coba bicara dengan nada setenang mungkin. "Nah, karena kita sama-sama egois, gue nggak yakin kalau kita nyaman satu sama lain dengan keadaan ini."

"Oh... oke kalau itu yang lo mau, see... gue yang ngalah kan sekarang demi keputusan lo? Sekarang lo pergi, gue bisa jalan sendiri tanpa lo."

"Yakin?"

"Ya... Baiknya lo pergi sekarang sebelum gue panggil satpam!"

"Oke fine!"

Kamipun berpisah saat itu juga di tempat klien Amel sedang melangsungkan pernikahan. Untunglah, kami di pelataran parkir yang cukup jauh dari hiruk pikuk tamu undangan.

***

Selesai juga akhirnya tugas kelompok gue yang semalam tertunda. Kalau tugas dari dosen ini nggak kelar, bisa-bisa gue harus ngulang mata kuliah ini lagi, dan gue nggak mau itu terjadi. Biarlah, mungkin pengorbanan gue tepat untuk melepas Amel demi masa depan gue.

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now