Hari H

879 20 0
                                    

Setahun Kemudian

Tak terasa sudah setahun lamanya aku memiliki kehidupan bak cerita dongeng. Yah walaupun aku nggak lulus masuk perguruan tinggi sesuai dengan harapanku, aku yang mengikuti bimbingan belajar di tempat les selama setahun ini merasa sangat bahagia. Karena, setahun ini, Pak Bima selalu mengantar jemput, dan Mario selalu memberikan kejutan kecil padaku melalui perantara Pak Bima.

Walaupun tidak pernah sekalipun ia secara langsung bertemu denganku untuk sekedar mengatakan cinta, tapi aku tahu dia selalu ada untukku melalui kado yang tak terduga.

Dan...

Hari itu tiba...

Hari yang dinanti telah datang. Aku akhirnya akan menikah muda dengan sosok yang menjadi sahabat lama. Dan setelah ikatan  ini resmi terjalin, kami akan menjadi sahabat untuk seumur hidup, bahkan selama-lamanya hingga maut memisahkan. Amin. Insya Allah.

Jantung tak karuan berdegup kencang. Aku hanya takjub, tak percaya dengan hasil riasan kakakku. Aku yang biasanya terlihat pucat tanpa make up, kini terlihat... ummm... boleh dibilang sempurna. Tak aneh, kakakku memang sudah cukup andal untuk menjadi perias kelas profesional papan atas. Ah, aku jadi tersanjung dengan kebaikan kakak yang bersedia meriasku secara gratisan.

 "Mala sih selalu nggak akan pernah nolak buat dapetin yang namanya gratisan." begitulah ungkapan terima kasihku pada kakakku kemarin. Alhasil, kepala ini ditoyor. Lalu akupun memeluk erat kakakku dan mengucapkan terima kasih betulan.

Akhirnya aku bisa berdamai dengan keadaanku, takdirku.

"Assalamu'alaikum Tante... lagi di jalan ya Tan?" ucapku pada calon mertuaku yang terlihat super duper cantik pada layar handphoneku. Ini sedang video call, Tante meneleponku hanya ingin memastikan kecantikanku saja, gitu katanya. Hahaha.

"Jangan Panggil Tante, panggil aja Bunda..."

"Eh, iya deh Tante, aku panggil Bunda yah dari sekarang."

"Iya, boleh Sayang. Tante seneng dipanggil Bunda, duh... nggak sabar Bunda punya anak perempuan di keluarga Ash Shiddiq.

Hihi, Tante, eh Bunda ini ternyata orangnya seru juga ya. Nggak nyangka.

"Ah, Bunda mah, jadi pengen nangis nih."

"Sayang, jangan nangis dong, udah cantik begitu, nanti makeupnya luntur loh."

"Hehe, iya deh Bunda. Mala janji nggak akan nangis."

"Bunda... gantian dong aku yang ngobrol."

Terdengar suara manja familiar yang kurindukan. Oh Mario Teguh! Eh, maksudnya Mario Bros... Ih! Mario Ash Shiddiq!

"Aduh Mario, pamali tauuu! Nggak boleh! Bunda nggak ngizinin!"

"Yah Bunda mah, gak boleh loh pamali-pamalian gitu." Ucapnya memelas.

"Bunda Bunda... Bilang ke Mario, nanti aja pas disini ngobrolnya. Biar surprise gituuu!"

"Setujuuu, Bunda setuju sama kamu, sayang."

"Iya, Panda juga setuju!"

Kami semua , termasuk Pak Bima yang ikutan nguping di sana, tertawa terbahak-bahak mendengarkan candaan dari sosok Tuan Besar Keluarga Ash Shiddiq yang biasanya terlihat kaku itu.

"Ih... Papa, kenapa jadi Panda sih?"

"Bun, sejak kapan sih dipanggil Bunda? Biasanya juga Mama! Yaa kan kalau Bunda pasangannya Panda atuh!"

"Bunda, Panda... udah jangan ribut, malu sama Mala, calon menantu kalian." kata si Mario.

"Hahahaha, aduh maaf ya Mala, Mama terlalu seneng nih hari ini. Seneng lihat Papa bercanda. Biasanya kan dia kaku kayak robot. Haha."

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now