Dementia, Dementor

946 23 0
                                    

Bentar... bentar. Apa nggak salah lihat? Beneran itu Sakti? Ngapain dia kesini? Kemarin kan dia nggak kenal gue sama sekali!

Ni dementor satu bener bener pikun!

"Mal... lo nggak janjian ketemu sama Sakti kan?" Tanya Rina heran.

Gue cuma bisa diem aja. Menatap Sakti dengan badan kaku.

"Mala... hei! Istighfar, Mala..."

Iya Rini, gue istighfar dalam hati aja ya. Astaghfirullah.

Kondisi kami bertiga belum bergerak sama sekali. Masih mematung di sebelah kanan gerbang. Kami seperti gapura di gerbang sekolah. Sakti yang berada di seberang sana, semoga saja menganggap kami tidak bisa menyebrang karena seliweran kendaraan yang padat. Maklum lah ya pulang sekolah.

"Mala... gue nggak tau harus bilang apa, tapi kayaknya Sakti menuju arah lo. Gue perlu pasang badan buat lo?" Tanya Rina.

Apapun yang berada disekeliling dan berbicara pada gue... mata ini hanya terfokus pada Sakti. Tolong jelaskan... dia mau ngapain lagi setelah peristiwa kemarin?

"Hai Mala, Rina... Assalamualaikum Rini."

"Waalaikumsalam..."

Sepertinya cuma Rini yang menjawab salam.

"Ngapain lo kesini? Mau ngapain lo?!"

Itu suara Rina. Nadanya ketus, penuh penekanan sampai kalimat tanya diulang dua kali berturut-turut. Gue masih tetap mematung, hingga akhirnya cubitan kasar Rina pada kain yang membalut lengan ini membuat gue sadar bahwa ini nyata di depan mata.

"Rina, gue disuruh jemput Mala." Tegas Sakti.

"Jemput? Heh! Lo kira Mala anak TK?!"

"Sabar Rina... sabar." Kata Rini menenangkan.

"Mala... lo bersedia gue anter pulang kan?"

Gue masih belum bisa buka mulut sama sekali, Sakti.

"Lihat Sakti... Mala nggak ngerespon lo! Udah mending lo pulang lagi aja! Mala pulang bareng kita kok!" Seru Rina.

"Gue ada perlu sama lo, Mala! Please!" Sakti terus membujuk gue tanpa menghiraukan ucapan Rina.

Bujukannya sungguh membuat gue pengen muntah.

"See? Dia nggak ngerespon lo!" Ucap Rina, tak menyerah walau tak digubris Sakti.

"Mala... gue ada perlu sama lo. Ada yang harus gue omongin! Penting!"

Emosi Rina mulai memuncak, "Basi lo! Udah urusin kakaknya Mala, sana!!!"

Rina mulai tunjuk-tunjuk pada wajah Sakti.

"Lo yang urusin urusan lo sendiri, Rina!!!"

Deg.

Tetiba gue ingat Amel yang pulang kerumah dalam keadaan nangis. Hei, mungkin ini ada hubungannya dan gue bisa bantu Amel.

"Cukup, kalian! Oke Sakti! Fine! Gue kasih lo kesempatan, tapi ini yang terakhir kali!"

Rasanya aneh, tapi nggak ada salahnya buat kasih keduanya kesempatan. Ya maksudnya kesempatan untuk gue berbuat baik sama Amel, dan kesempatan buat si kampret satu ini.

"Mala... Lo yakin?" Tanya Rina.

"Iya Rina. Gue yakin."

"Kalau lo kenapa-napa, kasih tau kita, ya!"

Gue menelan ludah. Rasanya ganjil, masih belum ada kejelasan dari kejadian kemarin. "Insya Allah, Rina. Gue pulang dulu."

"Oke. Hati-hati."

Jodohkan Aku!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora