Perusuh!

500 17 0
                                    

Dengan gemetaran, gue membuka amplop itu perlahan. Firasat buruk mulai merasuk. Jantung ini semakin mempercepat ritmenya.

Ini... Foto apa sebenarnya? Cuma foto biasa aja, orang-orang pada duduk di ruang tunggu. Pembunuh apanya coba, kan aneh?

Aha!

Sepertinya si pengirim ingin memberikan petunjuk padaku tentang sesuatu. Baiklah, aku tidak akan beritahu siapapun sesuai perintah si pengirim misterius ini, well Rina dan Rini sepertinya terpaksa dilibatkan.

Cukup Rina dan Rini saja.

***

"Ya ampun Mala... lo di terror? Innalillahi."

"Iya Bianca... lo inget nggak siapa aja dan muka kayak gimana yang seliweran di sekitar TC, halaman, atau parkiran?"

"Hmmm... yang hari ini kesini nggak banyak... cuma gue, dan sekitar tiga anggota TC yang nggak bawa apa-apa. Ohh... dan juga ada Riko bawain gue makan siang doang, dan Sakti yang jemput Amel."

"Hemmm... gue rasa gue tau siapa tersangkanya... gue yakin antara Riko atau Sakti."

"Hemm... kita detektif-detektifan nih ceritanya?"

"Semacam itulah."

"Gak jadi dong belajarnya hari ini?" Tanya Rina.

"Eit, show must go on, adikku. Belajar ya belajar, ngobrol ya seudah belajar!" Jawab Rini.

"Ah... skip aja dong sampai ngobrol..."

Keluhan Rina dibalas hanya dengan tatapan Rini yang tajam. Rina memutar bola matanya lalu kemudian menunduk. Hahaha. Lucu amat sih kontak mata mereka.

Disaat gue lagi merasa takut, ada aja yang selalu menghibur gue. Kebayang hampa rasanya kalau nggak ada si kembar dan juga Bianca sepupu gue yang paling asik sedunia.

"So... kita mau bahas pelajaran apa?" Tanyaku pada mereka.

"Bahas yang kalian pada nggak bisa aja. Ayo..."

Baiklah. Ukhti ini jadi pengingat, ibarat tanggal merah di kalender. Baguslah gue nggak ngantuk di gebrak Rini begini.

Semoga lelah ini jadi Lillah, kurang lebih begitulah kata-kata yang kuingat dari dp Rini.

Ada sekitar satu jam kemudian, aku dan Rina mulai menyerah pada rumus yang ada.

"Kak... gue capek ya, mau istirahat dulu. Otak gue nggak sanggup."

"Oke... hari ini cukup sampai disini."

"Alhamdulillah..." ucapku dan Rini berbarengan.

"Kalian pasti haus... ini gue udah bikin lemon tea."

"Yaampun Bianca... thanks berat ya. Ini baru namanya kesegaran."

"Makasih ya sepupu cantikku. Ayok barengan minumnya semua. Cheers."

"Cheers!"

Kami berempat mulai berkumpul untuk santai, masih meluruskan kaki di lesehan ini.

"Oh iya... mau lanjut detektif-detektifannya ga?"

"Tadi katanya pusing mikirin rumus?"

"Ya kan gimana dong kak... katanya tadi ngobrolnya seudah belajar. Kan sekarang belajarnya udahan."

"Oke... baiklah."

"Mana coba fotonya Mal... aduh. Ini kok rada ngeblur gini?" Tanya Rina.

"Yah mana gue tau lah."

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now