I'm not Moving

5.6K 104 1
                                    

Seandainya saja, ya seandainya saja aku tidak mengikuti hawa nafsuku untuk merasa ingin mengenal bagaimana rasanya jatuh cinta, pasti tidak akan pernah ada yang namanya sakit hati atau malah sakit jiwa.

Niatku mungkin bagus, ingin serius dengan seseorang. Tapi, bodohnya aku lupa konsekuensi yang nantinya akan kuhadapi jika kami tak saling jodoh.

Aku selalu membangkitkan kepercayaan diri bahwa aku yakin bisa bersama dengannya, selamanya. Padahal, tahu sendiri, apapun bisa terjadi sebelum janur kuning melambai. Bodohnya, aku belum mempersiapkan diri dengan konsekuensi terburuk yang nantinya harus kuhadapi sendiri.

Lima tahun lamanya. Aku memiliki komitmen pada ikatan yang jelas- jelas tak pasti. Seminggu setelah lima tahun itu berakhir, aku dikalahkan oleh pesona wanita pesolek. Aku punya apa? Aku bisa apa? Terus mencintai orang yang sudah memiliki kebahagiaannya sendiri?

"Mal...?" Kakakku masuk kamar, dan seketika memecah lamunanku.

"Iya Ka Mel?"

"Kamel? Camel? Onta Arab maksud lo?"

"Hihi.. gue gak maksud. Lo salah pengertian, kak."

"Ah sialan... oh ya, by the way, yakin lo mau dijodohin?"

"Hmm ya kak. Pastinya."

"Berpikir dulu lah, Mal, sebelum lo nyesel..."

"Mala udah mantap kak sama pilihan Mala. Insyaallah dengan cara ini Mala bisa tenang, kak."

"Begini ya Siti Nurmala, adikku sayang... lo itu masih muda. Sangat muda. Langkah hidup lo masih panjang, Mala. Gue aja yang baru 20 tahun ogah minta dijodohin."

"Begini ya Kakakku Amelia tercinta gadis cilik lincah nian... tak pernah sedih, riang selalu sepanjang hari..."

"Woyyyy sumbang woy, salah lirik,"

Amel membekap bibirku dengan tangannya. Ia benci lagu itu. Menurutnya, lagu itu merupakan hinaan bagi dirinya.

"Oke fine Ka Mel. Gue ngantuk banget. Ciao."

"Eh Mal... tar dulu, belum beres obrolan kita."

Tak ku hiraukan kakakku yang menguncang-guncang badanku.

Aku benar-benar merasa kacau dan tidak ingin membahas ini sekarang. Bisa jadi, kalau Kakakku tahu tentang semuanya, tentang penyebab aku menjadi begini, bisa-bisa aku yang kebakaran jenggot.

Karena aku sangat sulit move on dari sosok yang menjadi pacar kakakku... tepatnya calon kakak iparku.

°~°~°~°~°

Satu jam yang lalu

Bismillahhirahmanirrahim...

"Mah, Jodohkan Mala!"

Suaraku yang lantang bin lancang membahana itu membuat seisi ruangan hening. Padahal mereka sedang asyik menonton si Hello Kitty yang sama sekali tidak lucu di sinetron itu. Sinetron favorit keluarga kekinian.

Dengan mulut anggota keluarga yang masih menganga, kucoba mengulang ucapan tadi. Sesaat aku memejamkan mata, lalu menghela nafas panjang.

"Dengar semuanya, Mala ingin dijodohkan, Mah, Pah, Kak Amel..."

Hening, lalu kompak semua tertawa terbahak-bahak.

"Mala, apa Mamah nggak salah denger? Lulus SMA aja belum! Ngaco ah!"

"Iya nih, Mala, Mala... kamu ini ada-ada saja. Kebanyakan makan sinetron ya?" Sambung Papa.

Apa? Makan sinetron? Ya Allah Yaa Tuhanku, perasaan cuma aku satu-satunya disini yang ngga pernah ngumpul kalau lagi nonton sinetron. Fitnah macam apaaaa ini.

Mungkin Papa yang mabok sinetron sampai-sampai ia lupa kalau sinetron Cinta Fitri ia sikat sampai season akhir.

"Yee... itu mah Papaaa keless."

Yess... Kak Amel belain aku. Cipok basah deh buat Kak Amel.

"Songong amat sih lo mau ngarunghal gue!" Seru Kak Amel ketus.

Hiks... Kak Amel gak asyik nih, baru juga dipuji. Gak jadi deh cipok basahnya.

Ngarunghal? Mendahului pernikahan kakakku ya? I don't think so.

"Di jodohkan bukan berarti cepet nikah jugaaa keless." Sanggahku.

"Lo ngebet banget gitu kayaknya. Santai aja, Mala. Jodoh nggak bakal kemana."

"Lha, terus... kemana jodoh kakak?"

"Lagi on the way..." jawabnya santai.

"Yaelah kak... usaha kek."

"Usaha usaha... lo tuh lulus dulu. Baru cari jodoh! Gini-gini gue juga usaha, Mal! Just wait and see aja." Cerocos kakakku. Hihi, lucu banget kakakku ini kalau digodain masalah jodoh. Bawaannya kebakaran jenggot melulu.

"Ya ampun anak gadis Mamah berantem begini. Udah atuh udah." Kata Mamahku dengan logat Sundanya.

"Mamah... pokoknya Mala mau dijodohkan. Titik."

"Ya Ampun, Mala. Sengaja Mamah kasih kamu nama Siti Nurmala, biar jauh dari cerita Siti Nurbaya. Eh... tau gini mah, Mamah kasih kamu nama Siti Nurbaya."

"Ih Mamah bawel! Jodohin Mala!"

Oke ini sifat burukku. Ambisius. Sekali ingin tetap ingin.

"Mamah... Aturan Amel dulu kek yang dijodohin. Ini bocah ingusan kenapa jadi ngebet gini. Kesambet apaan adik gue satu-satunya ini?"

"Mamah pokoknya mulai besok carikan jodoh untuk Mala. Bye. Mala tidur dulu." Ucapku meninggalkan mereka tanpa menghiraukan komentar-komentarnya. Cuek bebek melenggang ke kamarku.

Kurebahkan diriku ke kasur kesayangan. Selimut? Ya selimutku ini tentu sudah bersedia menghangatkan tubuhku, karena mana mungkin ini selimut tetangga.. hangatkan tubuhku... Hahaha. Pikiranku kacau begini. Mungkin aku lelah... menunggu jodohku.

Aku tidak menyangka bisa seberani itu meminta hal yang tentunya barusan bisa di sebut nekat. Aku bingung, setan apa yang merasukiku, atau penyakit apa yang sedang kuidap ini?

Penyakit gagal move on? Hmm...

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now