Pertemuan

522 14 0
                                    

POV Sakti

Minggu,
Kafe Gula-Gula

"Gue minta satu hal sama lo sebelum kita mulai obrolan."

"Apa?"

"Setelah ini, kita nggak usah ketemuan lagi, gue nggak mau pernikahan gue gagal cuma gara-gara lo, dan, gue juga mau fokus dulu buat UN."

"Oke, gue juga maunya begitu, karena gue harus selesaikan skripsi gue."

"Oh ya, dan juga, jangan sampai ada yang tau tentang pertemuan kita hari ini."

"Yeee, yang ada itu mah lo kali suka nyerita ke temen-temen cewek lo, gue cowok Mal, Remember?"

"Iya sih, tapi untuk kali ini, gue ngerasa sepertinya harus gue hadapi sendiri."

Well, gue tau dia sok kuat. Kenyataannya, ini bakalan berat banget buat lo terima. Gue sebenernya bingung, tapi Mala bener-bener harus tau semuanya.

"Oke Mal, so... lo mau mulai gue jelasin dari mana?"

"Jujur aja, gue nggak ngerti maksud dari kotak yang berisi map dan ada isinya lagi. Mending isinya duit, ini? so soan misterius segala."

Gue kangen sama candaan sok tegar lo yang nggak akan pernah gue temuin dari cewek manapun, Mala.

"Mala, sebenernya, ada hal sangat sangat serius tentang keluarga calon besan lo. Makanya ada yang sengaja mau ngasih tau ke lo soal itu lewat apa yang dikirim kemarin."

"Should I trust you? Lo kan orangnya?"

"Mal, lo denger gue bae-bae, mana ada maling yang mau ngaku. Gue murni mau nolongin lo. Oh, dan lo nggak harus percaya sama gue, terserah lo mau percaya sama gue atau nggak, tapi setidaknya gue udah wanti-wanti ke lo, sebagai temen lo yang baik."

Uhuk. Gue rada keselek untuk kata terakhir gue. Temen.

Mala kelihatan banget lagi mikir, bola matanya berputar dengan indahnya. Yaampun apaan sih gue jadi salah fokus gini.

"Hahhhhhhh,"

Ia menghela nafasnya. Ya Mala, take a deep deep breathe, karena ini betul-betul hal yang bikin gue sendiri aja shock nggak percaya. Apalagi lo.

"Sakti, mereka itu bener-bener orang yang baik, peduli, pengertian dan juga perhatian. Gue nggak percaya ada hal buruk yang mereka perbuat. Gue udah lama kenal mereka."

Mala, lo baiknya kebangetan. Polos juga ya pemikiran lo.

"Coba deh lo pikir lagi, kenapa mereka tiba-tiba mau menjodohkan lo dengan anak mereka satu-satunya."

"Maksud lo, gue nggak pantes sama Mario? Gue biasa aja dan Mario serba wah gitu?"

"Bukan, Mal... bukan itu maksud gue. Coba lo cerna kata-kata gue."

"Hmmm... Ada udang di balik batu maksud lo?"

"Nah itu, lo pinter."

Lo harus bener-bener percaya sama gue buat denger ini, kalau lo nggak percaya, gue nggak akan buka mulut gue.

Atau, biarkan takdir yang akan menentukan jalannya sendiri.

***

POV Mala

Masih di Kafe Gula-Gula

Gue bener-bener nggak ngerti. Gue masih bingung kenapa, apa, dan gimana. Terlalu banyak kepenasaran di dalam otak gue.

Gue juga bingung sama Sakti. Jangan-jangan sebenarnya dia yang "ada udang di balik batu".

"Sakti, maaf, tapi untuk kali ini, gue nggak percaya sama omongan lo..."

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now