Awake!

801 24 0
                                    

*Masih* POV Saktian

Sekali lagi, kenapa gue baru sadar!

Pandangan sekeliling gue rasanya mulai redup, mencekam, suram. Ini nggak mungkin. Ini mimpi buruk!

"Oh, hai... Mala." Dia membuka perkenalan tanpa canggung sedikitpun. Seperti petir di siang bolong, badai seketika mulai berkecamuk di pikiran gue. Gue merasa... bersalah?

Ini perkenalan pertama kami setelah kami putus. Bagaimana ini? Gue bilang apa? Pura-pura baru kenal aja gitu?

"Mala? Hai... hmm Kayaknya aku pernah lihat kamu dimana ya? Kita pernah ketemu kan?"

Aduh ngomong apa sih gue? Kacau!

"Ah, wajah saya memang pasaran, Kak Tian. Semua temen Kak Amel bilang begitu. Banyak duplikat saya, Kak. Contohnya Katy Perry, Zoey Deschanel..."

Hah? Kok gue gak nyadar Mala secantik itu! Ada benernya juga sih, malah dia lebih cantik daripada Katy Perry dan Zoey. Ya ampun... ada apa sebenarnya sama mata dan hati gue kemaren-kemaren dan sekarang ini?!

"Hahahaha. Sorry, Ay. Adik gue emang nggak punya kaca di kamarnya. Jadi aja kelewat pede."

"Iya, beb. Lucu banget malah Adik lo ini. Langka."

"Hahaha, ay, udah yuk kita duduk aja di sana tuh deket jendela. Pemandangan di sini bagus kok, daerah Dago mah jangan diragukan lagi."

Eh! Tangan gue main rangkul aja. Ini ga boleh terjadi! Apalagi di depan... hmm.... mantan kesayangan gue yang enggak pernah semena-mena gini main pegang tangan segala.

"Amel, ga usah gini juga kali tangannya!!!"

Gue benci dipegang. Entah sejak dulu gue paling anti dipegang siapapun.

"Ay, udah dua minggu lho kita jadian. Kamu masih aja ambek-ambekan kalau di pegang tangannya."

Ah paling malas kalau udah berdebat beginian. Apalagi sama Amel yang tidak begitu sepengertian Mala.

Sebaiknya gue cabut ke tempat duduk tanpa peduli rengekan dia. Nanti juga dia ikutan duduk.

"Ay... kamu mau pesen snack? minuman? atau mau baca buku?" Katanya sambil duduk di hadapan gue.

Gue cuma bisa diam. Kejadian hari ini sulit gue lupakan, belum bisa gue cerna. Apalagi sekarang gue lagi ditempat Mala. Bagaimana bisa Amel dan Mala adalah adik-kakak? Ya walaupun adik-kakak-tiri, tapi... rasanya gue melanggar norma kesopanan. Terutama pada Mala. Ya ampun... kenapa rasanya gue keterlaluan pada Mala.

"Ay... masih ngambek ya? Maafin aku ya... aku gak bermaksud pegang tangan.."

"Iya... gue mau cari bacaan dulu." ucapku sambil beranjak dari tempat duduk.

"Tapi..."

"Mau pesan apa? Biar sekalian gue pesenin."

"Kok gue-lo ngomongnya, ay?"

Topeng manis gue harus dipakai sekarang juga, gitu? Sebenernya males banget. Tapi... baiklah. Simple, gue nggak pengen berdebat panjang lebar.

"Mau pesan apa, beb?" Tanyaku berlagak manis.

"Biar aku yang pesen ya..."

Oh ya ampun... tetiba gue baru inget ini di The Corner!
Disana kan ada Bianca. Kacau banget kalau ada apa-apa. Untunglah posisi gue membelakangi Bianca. Ya sudah dia yang pesan deh.

Gue kenapa berasa jadi tersangka disini. Ya ampun.

"Ay... ngelamun aja!"

"Eh... oke... terserah kamu mau pesenin apa deh yang penting enak."

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now