Amnesia vs Reinkarnasi

1.3K 42 0
                                    

Seminggu setelah kau pergi
Teman silih berganti,
menghiburku
Berkata, semua teratasi,
dan terus sembunyi
di balik senyum palsu
Ku dengar dirimu
tak sendiri lagi...

~Sheila on 7-Betapa~

Tuhan, jagalah aku dari mahluk-Mu yang sungguh menggoda hatiku untuk tetap mencintainya dan mengharapkannya. Dia sudah jadian dengan kakak tirimu, Mala. Tahan, tahan, tahan. Kamu bisa mendapatkan pria yang lebih dari Sakti.

Tatapan mata cokelatnya masih sama. Menghujam jantung, menghilangkan keraguan, menenangkan jiwa dan raga. Jleb. Mata itu tampak panik dan mulai melemparkan pandangan ke arah lain ketika berhadapan dengan mataku.

Yakaaalii gue penampakan.

Tidak heran sih, karena... selama dua minggu mereka berpacaran, dia memang belum tahu kalau aku adalah adik tiri Kak Amel. Selama ini hanya aku dan Tuhan yang tahu.

Ya, selain mendengar curhatan Kak Amel, aku mencoba kepo pada akun medsos Sakti. Setelah ku hitung, ternyata hari ini tepat dua minggu jadian mereka. Oh, mungkin mereka akan anniv disini. Please deh kak, baru dua minggu jadian aja udah anniv. Gue aja yang lima tahun kagak sombong tanpa anniv-annivan segala. Ya ampun, astaghfirullah... kamu bilang gitu sama aja sombong, Mala. Ga boleh gitu, Mala, ga baik, dosa.

Ampuni aku, Ya Allah.

Mahluk-Mu di depanku ini, ingin kucintai dengan setulus hati, tapi disisi lain ingin ku tampar dia segenap jiwa raga, sekaliiiii saja...

Berikan aku kesabaran yang fulltank, Ya Allah. Amin.

"Tian, ini Adik gue, Mala. Mala, ini Tian, cowok gue." Kakak -tanpa tahu remuknya isi hatiku- memulai perkenalan canggung kami.

"Oh, hai... Mala." Ucapku tanpa ragu.

Ini perkenalan kami kembali setelah tiga minggu kami putus. Oh Mala, anggaplah saat ini kau sedang reinkarnasi pada diri sendiri, di jasad yang sama... anggaplah tak mengenal pria dihadapanmu ini. Lupakan Sakti... Lupakan. Lupakan. Luapkaaaaaan! Arrggghhh!!! Kesal!

"Mala? Hai... hmm Kayaknya aku pernah lihat kamu dimana ya? Kita pernah ketemu kan?"

Pffffftt. Playboy cap nasi basi. Sok-sok an bilang kita pernah ketemu. Lima tahun, men, lima tahun kita saling kenal! Lagaknyaaa... pura-pura amnesia, lo! Basiiiiiii!

Oke fine, gue mau nerusin pura-pura reinkarnasi!

"Ah, wajah saya memang pasaran, Kak Tian. Semua temen Kak Amel bilang begitu. Banyak duplikat saya, Kak. Contohnya Katy Perry, Zoey Deschanel..."

"Hahahaha. Sorry, Ay. Adik gue emang nggak punya kaca di kamarnya. Jadi aja kelewat pede."

Tuh tuuuhhh kaaan, Amel mulai deh ngerasa lebih cantik. Padahal, kenyataannya banyak yang bilang gue mirip Katy Perry sama Zoey. Cuma Kak Amel doang makhluk Tuhan di dunia ini yang enggan mengakui pesona dibalik kacamata kuda gue.

"Iya, beb. Lucu banget malah Adik lo ini. Langka."

Gue langka mah udah memamahbiak di penangkaran, keleuus.

Oh wait, what… Ay? Beb?

Ayam? Bebek?

"Hahaha, ay, udah yuk kita duduk aja di sana tuh deket jendela. Pemandangan di sini bagus kok, daerah Dago mah jangan diragukan lagi." Kak Amel mulai bergelayutan di tangan Sakti.

Woah. Panas bangettt rasanya cuaca hari ini. Air es manaaa air es!!! Siram gue, siraammm!!!

"Amel, ga usah gini juga kali tangannya!!!" Sakti bernada ketus sambil menyebut nama Amel dan menepis tangannya.

Huuu... di depan gue aja nolak dipegang. Di belakang gue... ah entahlah, peduli amat. Oh ya lupa, reinkarnasi, Mala. Lo lagi reinkarnasi. Ya ampun!

"Ay, udah dua minggu lho kita jadian. Kamu masih aja ambek-ambekan kalau di pegang tangannya."

Mata elangnya menusuk. Tajam. Keningnya mengkerut, lalu wajahnya dipalingkan ke arah meja yang dituju tanpa menggubris rengekan manja Amel.

Alisku terangkat sebelah. Dia masih sama. Sakti nggak berubah. Paling anti kalau dipegang tangannya. Sempat waktu itu tangannya luka karena terkena pecahan kaca spion motornya. Padahal aku hanya mau lihat bagian tangan yang terluka, tapi dia malah marah-marah. Oh ternyata begitu ya marahnya ketika sehat. Lebih ngeri. Hiiiiy.

Aku hanya bisa diam saja menyaksikan hubungan mereka yang, uhm... terlihat seperti dipaksakan. Sakti terlihat kaku. Biasanya kalau jalan denganku dia tidak secuek itu. Dari kejauhan, kulihat ia hanya menatap kosong pada jendela. Kurang agresif apa serangan gencar dari Amel?

Apa mungkin karena keberadaanku yang mengusiknya lalu ia tidak menikmati kencannya?

Adakah yang bisa kulakukan selain diam memperhatikan pasangan baru umur 2 minggu itu?

Oh... merapikan komik!

~•°•°•°•°•°•~

Jodohkan Aku!Where stories live. Discover now