"Satu hari marathon film itu berlebihan. Bisa-bisa gue sakit mata."

"Lo sendiri bilang suka nonton, kan? Mungkin aja di tengah-tengah aktifitas nonton, lo kepikiran buat jadi sutradara atau bahkan aktornya."

"Rental studio band? Ngapain? Main band sendirian gitu?" Garvin nggak memedulikan jawaban Katrin sebelumnya.

Katrin menghela napas. "Lo harus cobain seluruh alat musik disana. Siapa tahu lo jatuh cinta dan ketagihan."

Garvin berdecak. "Main sepakbola? Ini sendirian maksudnya? Kalau sendirian, nggak bisa disebut main sepakbola, Kat."

"Tenang, gue punya koneksi anak sepakbola. Gue bisa minta mereka untuk ngajakin lo main."

Garvin memelotot tak percaya.

"Gue juga punya koneksi anak basket," lanjut Katrin dengan senyum puas.

Garvin menormalkan ekspresinya. Sebisa mungkin dia tenang menghadapi ide konyol Katrin ini. "Lo buang-buang waktu."

"No!" jawab Katrin tanpa ragu. "Ini nggak akan berakhir percuma. Pokoknya kita harus nyoba ngerealisasikan hal-hal ini. Cuma ini cara agar lo bisa menemukan debaran nyaman yang biasa gue rasain ketika ngegambar."

Garvin hendak membantah, namun semangat yang dipancarkan secara tulus oleh Katrin membuat Garvin merasa terbebani.

"Terserah," balas Garvin akhirnya. Senyum di wajah Katrin makin lebar.

"Kita mulai weekend nanti ya. Kita lakuin kegiatan nomor satu."

Garvin yang tak mau memperpanjang masalah akhirnya menurut saja. Lagian menonton film juga bukan sesuatu yang berat.

"Hehe, thanks, Gar, atas kerjasamanya," kata Katrin.

***

Katrin menyeruput jus mangganya sambil menatap sosok yang berdiri menjulang di depan kedai mie ayam di kantin.

"Lo sama Reihan ada progress?" tanya Dewi yang duduk di hadapan Katrin ketika menyadari kemana arah pandang sohibnya itu sekarang.

Ya, yang jadi pusat perhatian Katrin sekarang memanglah Reihan, ketua osis paling dicintai di SMA Gemilang.

"Kalau ada progress, gue nggak natap dia dari kejauhan gini doang," balas Katrin. Mereka memang sudah terlibat suatu project, tapi tetap nggak ada kemajuan dalam hubungan mereka kecuali saling simpan nomor WhatsApp. Di aplikasi chatting tersebut, obrolan mereka hanya seputar gambaran Katrin dan basa-basi singkat. Nggak ada yang spesial.

Katrin dapat menangkap sosok Reihan yang berjalan ke tengah kantin setelah selesai memesan, dia mencari meja yang layak ditempati untuk menikmati makanannya di jam istirahat ini.

Mata Katrin membeliak tatkala dia melihat Reihan memilih meja yang sama dengan Kanya. Sekelebat pikiran aneh langsung muncul di benak Katrin. Namun, pikirannya tersebut langsung lenyap ketika dia menyadari ada dua anak OSIS lain yang duduk di meja yang sama; Aryo dan Ovia.

"Gue kira Reihan sama Kanya berduaan, ternyata enggak," ucap Katrin dengan nada lega.

Dewi kembali mengikuti arah pandang Katrin. "Double date kali," cetusnya asal lalu lanjut melahap tahu isinya.

Katrin menatap Dewi tak terima. Dewi langsung nyengir bersalah. "Sorry, sorry, gue cuma asal nebak aja."

"Selama ini gue nggak pernah lihat Reihan pacaran sama anak sekolah ini. Kalau akhirnya gue lihat dia taken, dan kebetulan sama Kanya, lo bisa bayangin nggak, Wi, perasaan gue gimana?"

"Kletak!" balas Dewi seolah ingin meniru bunyi sesuatu yang patah. "Hati lo patah jadi kepingan."

Bibir Katrin mengerucut karena apa yang dikatakan Dewi mungkin ada benarnya. Patah hati Katrin akan jadi semakin miris karena cewek itu adalah Kanya. Orang yang selalu dijadikan perbandingan dengan dirinya oleh mamanya. Kanya yang pintar, Kanya yang hebat, Kanya yang tak bisa terlampaui... itu sungguh akan jadi sebuah komposisi sempurna untuk menciutkan kepercayaan diri Katrin.

"Semangat, Kat, gue yakin pesona lo bisa kok meluluhkan hati Reihan. Buat dia takjub sama gambaran lo."

Kalau dipikir-pikir kelebihan Katrin cuma bisa gambar. Dia nggak terlalu menarik untuk dilirik oleh cowok sempurna kayak Reihan.

Katrin menghela napas panjang. "Gue lagi ngerjain sketsa buat project Dies Natalis nanti. Semoga hasilnya sesuai ekspektasi biar Reihan sadar kalau gambaran gue itu adalah refleksi diri gue dan dia. Dia harus tahu kalau dia itu adalah inspirasi hati gue."

"Inspirasi hati?" Dewi langsung tertawa. "Geli banget dengernya."

"Ih, gue serius. Dia mungkin bakalan tersentuh kalau tau dirinya udah jadi inspirasi buat seseorang."

"Ya, semoga aja, Kat. Gue dukung lo. Tapi lo harus kasih tunjuk gue dulu hasil gambaran lo nanti."

"Pasti, dong. Project ini tuh penting karena bakal langsung dilihat oleh orang yang penting dalam hidup gue, makanya harus perfect! Dan tentu gue butuh saran dari lo."

Dewi manggut-manggut lalu lanjut menghabiskan makanannya. Katrin pun melakukan hal yang sama.

"Lo sama Garvin gimana, Kat?" tanya Dewi tiba-tiba.

"Gue lagi nyoba bantuin dia nemuin minat dan bakatnya."

"Apa rencana lo?"

Katrin pun menceritakan tentang to do list yang telah dia siapkan. Dewi cukup takjub karena Katrin begitu niat menyiapkan banyak hal.

"Well, semoga lo berhasil bikin jantung Garvin berdebar nyaman karena pada akhirnya menemukan sesuatu yang dia suka."

"Ya, semoga aja," balas Katrin bersungguh-sungguh.

***

A/N
Hai haiii, jangan lupa sematkan vote dan komentarnya, yaa!

Ohiya guys, sambil nungguin cerita ini update, kalian bisa pantengin cerita premium aku di Storial yang judulnya I Know You Miss Me. Disana, aku udah update sampai chapter 40-an.

Buat kamu yang belum daftar storial, buruan daftar sekarang karena kamu bakal dapat 100 koin secara gratis. Koin tersebut bisa digunakan untuk membaca cerita premium di storial, salah satunya yaitu cerita aku, I Know You Miss Me.

Ayo daftar sekarang! Kapan lagi bisa dapat 100 koin gratis? Lumayan banget koinnya bisa dipakai untuk baca cerita premium storial selama masa karantina kamu di rumah.

Cek di bawah ini untuk lihat info lengkapnya.

Cek di bawah ini untuk lihat info lengkapnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terimakasih❤️

Karena KatrinaWhere stories live. Discover now