14 - Latar Belakang Garvin

5.9K 1K 34
                                    

Chapter 14

Katrin menyimak Tiana yang sedang membacakan sebuah narrative text tentang Rapunzel saat pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung. Cewek berkacamata itu punya pronuncation yang bagus, jadi Katrin dapat menangkap apa yang sedang dia bicarakan.

"Belasan tahun nggak ngerasain dunia luar, Rapunzel pasti bosen banget, ya," komentar Dewi.

Katrin mengangguk. Hidup Rapunzel memang jauh dari kata menyenangkan karena dia nggak pernah mencicipi yang namanya kebebasan.

Bicara tentang Rapunzel, Katrin kembali mengingat Garvin. Kepalanya otomatis menoleh ke bangku seberang. Disana cowok itu tampak serius memperhatikan Tiana yang tengah berdiri di depan kelas.

Katrin jadi berpikir, apa jangan-jangan Garvin punya hidup macam Rapunzel, ya? Mungkin saja cowok itu tidak pernah merasakan kebebasan karena hidup bersama seseorang yang bukan ibu kandungnya.

Namun, Katrin segera mengusir dugaannya itu. Mamanya dengan jelas berkata bahwa Tante Inna adalah perempuan baik. Katrin mengutuk dirinya yang masih saja percaya kalau streotip ibu tiri atau pun ibu angkat itu selalu jahat.

Katrin berusaha mengenyahkan segala pikiran buruknya. Tapi dia tidak berhasil mengenyahkan rasa penasarannya.

Alhasil, ketika jam istirahat tiba, Katrin langsung memblokade jalan Garvin yang sedang keluar kelas. Alis Garvin bertaut heran menyaksikan Katrin yang tiba-tiba muncul di hadapannya tanpa permisi.

"Ada apa?"

Katrin tersenyum. "Gue masih nggak nyangka nyokap kita temenan," ucap Katrin sok akrab.

Garvin menghela napas. Kemudian tanpa menghiraukan Katrin, dia melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Katrin buru-buru mensejajarkan langkah.

"Lo mau ikut gue ke kantin?" tanya Garvin tanpa menoleh.

"Ini nanya atau ngajak?" balas Katrin tak yakin.

"Nanya."

Katrin mendengus pelan. "Kebetulan gue juga mau ke kantin, jadi barengan aja."

Garvin mengangguk singkat. Tampak tak acuh.

"Eh, Gar, soal omongan gue tadi, gue emang beneran nggak nyangka nyokap kita temenan dari SMA."

"Dunia memang sempit. Btw, gue udah sampein salam dari nyokap lo."

"Oh, ya? Terus mama lo bilang apa?"

"Dia kaget pas tau lo satu SMA sama gue."

"Reaksi standar, karena itu juga yang mama gue alamin."

"Kata nyokap gue, nyokap dan bokap lo pas SMA dulu pinter. Sayang banget itu nggak menular ke lo sekarang," ucap Garvin dengan nada enteng andalannya.

Katrin mengerucutkan bibirnya sebal. "Nggak bisa, ya, sehari aja nggak ngatain gue?"

Garvin cuma tersenyum miring.

"Kata nyokap gue, lo juga nggak mirip tuh sama bokap nyokap lo dulu," Katrin berusaha mengatakan hal ini dengan nada santai, seakan bercanda.

"Gue memang bukan anak kandung," jawab Garvin sama entengnya, hal yang membuat Katrin langsung mengatupkan bibir rapat-rapat.

Katrin nggak menyangka Garvin bisa sejujur ini di hadapannya.

"Jangan terlalu kaget. Itu bukan informasi baru," lanjut Garvin.

Garvin dan Katrin kini sudah sampai di kantin. Setelah memesan makanan, mereka duduk di kursi dekat jendela kaca yang tampak lenggang.

Katrin ingin bertanya lebih lanjut tentang keluarga Garvin, tapi ia takut menyinggung cowok itu karena topik ini bisa dibilang sangat sensitif.

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang