32 - Pasca Ledakan

3.2K 607 89
                                    

Chapter 32

Katrin telat bangun gara-gara semalam dia nggak bisa tidur. Otaknya dipenuhi sosok Reihan, Kanya, dan juga Garvin. Hal yang terjadi padanya kemarin membayangi sisa harinya dan menyebabkan perasaannya jadi campur aduk.

Tapi, mata mengantuknya pagi ini membuat Katrin super menyesal sudah menggalau ria. Seharusnya dia tidur dengan cukup kemarin karena hari ini ada hapalan Sejarah. Pelajarannya di jam pertama pula.

Katrin tiba di sekolah dengan tampang nggak bersemangat. Kalau dipersentasekan, mood Katrin hari ini maka 10% adalah galau, 30% bingung, 10% kesal, dan 60% nya adalah mengantuk.

"Lemes amat kayak kurang darah," sapa Dewi ketika melihat Katrin masuk ke kelas dan berjalan ke mejanya.

Katrin duduk di samping Dewi, sohibnya itu sebenarnya sudah mendengar curhatannya semalam tapi masih saja sok-sokan nggak tahu penyebab hilangnya semangat Katrin pagi ini.

"Ngantuk banget gue, Wi," balas Katrin sambil mengeluarkan buku Sejarah Indonesia dari tasnya. Dibukanya materi yang harus dia hapal. Materi yang sama sekali belum dipelajarinya semalam.

"Lo belum ngapal?"

"Kayak gue punya mood aja buat belajar semalem," ucap Katrin sarkas.

Dewi menghela napas panjang. "Lo juga nggak punya mood buat mempercantik rambut lo, berarti tandanya lo emang lagi nggak baik-baik aja."

Tangan Katrin otomatis memegang rambut panjangnya yang untuk hari ini memang dia biarkan terurai. "Gue bahkan tadi hampir ketiduran pas pake seragam, boro-boro mau ngurusin rambut."

"Nggak papa, Kat. Lo tetep keliatan cantik dengan rambut model gimana, pun."

"Ck, bisa aja lo. Gue yakin penampilan gue kayak hantu sekarang. Biasanya gue selalu fresh tiap pagi."

"Atau lo butuh bantuan gue untuk bikin kepang ala Gigi Hadid?"

"Nggak dulu , Wi. Jangan ganggu gue, gue mau fokus hapalan."

"Oke deh, kalau mau fokus hapalannya jangan kepikiran yang lain, ya. Ntar nggak masuk di otak. Buang jauh-jauh dulu perasaan galau lo."

"Gue nggak galau lagi."

"Hah? Masa?"

"Iya, serius, gue nggak galau lagi. Semua yang terjadi kayak yaudah aja gitu buat gue. Gue udah tahu kenyataannya seperti apa, jadi gue nggak ngarep lagi. Gue tau meski gue nangis empat puluh hari full pun, Reihan nggak bakal putus sama Kanya. Reihan ternyata emang bukan orang tepat buat gue."

Dewi langsung memicing curiga. "Kalau nggak galau, tampang lo nggak kayak gini sekarang."

"Gue ngantuk, Wi, bukan galau. Abis gue tidur, gue bakal balik lagi jadi Katrin yang kerjaannya haha hihi nggak guna."

"Cepet banget move on nya. Heran."

"Kan elo panutan gue."

Sebenarnya Katrin juga heran. Apakah dia memang semudah itu melupakan perasaannya pada Reihan? Yang dia ingat, dia kemarin memang menangisi cowok itu dan kenyataan bahwa Kanya lah cewek yang dipuja Reihan selama ini membuat hatinya nyeri. Tetapi jika diibaratkan, maka perasaan sedih, marah, kesalnya itu bagaikan sebuah petasan. Ledakannya hanya sesaat kemudian menghilang begitu saja.

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang