36 - Hilang dan Dicari

3.4K 703 182
                                    


Chapter 36

"Kok bisa tiba-tiba sakit, sih, Katrin? Kemarin kamu abis ngapain aja?"

"Nggak ada kok, Ma."

Katrin menarik selimutnya. Semalaman dia merasa nggak enak badan, tubuhnya panas dan tenggorokannya terasa sakit. Pagi ini, keadaannya makin parah, kepalanya pusing bukan main sampai dia tidak sanggup berdiri. Hidungnya tersumbat, dan tenaganya seperti terkuras habis.

"Makan bubur dan minum obat dulu, ya, kalau nggak baikan, nanti mama panggil dokter atau kita ke rumah sakit," ucap mamanya. Kemudian suara mamanya menghilang dari balik pintu kamarnya.

Katrin kembali memejamkan matanya. Dia juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba jadi sakit begini. Padahal kemarin sore dia masih sehat dan bugar, dia bahkan mampu menyelesaikan dua konten komikstrip dan membagikannya ke sosial media. Katrin punya waktu yang menyenangkan membalas komentar-komentar yang masuk. Tidak ada tanda-tanda kondisinya akan down begini.

Untungnya hari ini nggak ada ujian. Jadi, Katrin tak perlu merasa terbebani karena harus izin nggak masuk. Mamanya pasti sudah memberi kabar ke sekolah, jadi dia tidak serta merta dicap absen tanpa alasan.

Katrin tertidur sebentar dan kembali terbangun ketika mamanya datang membawakan bubur dan obat. Dia mencoba memakannya walau sulit, demi kesehatannya. Katrin benci merasa lemah. Setelah minum obat, Katrin kembali tidur, beberapa kali dia terbangun dan merasakan mamanya mengompres keningnya.

Katrin tidak banyak tahu apa yang terjadi karena ketika membuka mata yang dia lihat hanya mamanya. Beliau yang menyuapkannya makanan, menyuruhnya minum obat, dan membantunya ke kamar kecil. Hingga Katrin terbangun entah untuk yang keberapa kalinya, dia melihat sosok lain, seorang wanita tua berjas putih. Sepertinya dokter. Katrin tidak begitu sadar apa yang terjadi, tapi dia tahu dia tengah diperiksa. Mungkin mamanya khawatir karena demamnya tak kunjung turun.

Katrin kembali terbangun lagi, kali ini karena panggilan dari mamanya yang menyuruhnya untuk makan. Kepala Katrin tidak seberat sebelumnya. Untuk pertama kali sejak dia sakit, Katrin merasa sedikit lebih bertenaga. Dia duduk di tepi ranjang, membiarkan mamanya menyuapkan bubur yang sayangnya masih terasa hambar.

"Ini jam berapa, Ma?" tanya Katrin pelan.

"8 malam."

"Kok kayak lama banget, ya? Perasaan aku udah tidur berapa kali."

Alis mamanya menyatu bingung. Masih sambil menyuapi Katrin, mamanya berkata, "Kamu udah sakit tiga hari lho, Kat. Wajar kalau ngerasa lama."

"Apa?" Katrin mendadak syok. Katrin kira ini masih hari yang sama ketika dia bangun tidur di pagi pertama dia sakit.

"Kamu banyak tidur, jadi nggak tahu kapan matahari terbit dan kapan matahari terbenam."

Katrin menelan buburnya sambil menerawang. Berarti dia sudah melewati tiga hari tanpa sekolah, tiga hari tanpa mandi, dan tiga hari tanpa melakukan sesuatu yang produktif. Mendadak Katrin merindukan ponselnya.

Mata Katrin menjelajah ke sekililing meja, mencari benda berharga tersebut. Sadar apa yang ada di benak Katrin sekarang, mamanya berkata; "Main hpnya nanti dulu, Katrin. Istirahat dulu, ya. Minum obat dan tidur. Besok kamu kayaknya udah fit lagi. Ini kamu udah agak mendingan soalnya."

"Emang sakit apa, sih? Perasaan demam biasa," kata Katrin.

"Iya, emang demam biasa. Tapi dari dulu kamu tuh emang suka begini. Jarang sakit, tapi sekalinya sakit, parah banget. Bikin mama papa stress tau nggak?"

"Lebay, deh," sungut Katrin yang langsung dihadiahi mamanya satu suapan besar bubur ke mulutnya.

"Cepetan sembuh, Dewi sampai nelpon mama nanyain keadaan kamu."

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang