28 || "Menjauhlah!"

22.9K 1.1K 252
                                    

Don't be siders 💩

VOTE dulu sebelum membaca oke🔥

Happy reading

Bagi yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya kalian bisa membeli seperti novel versi cetak dalam versi ebook (sudah END). EBOOK PDF ini berisi versi lengkap seperti Novel. Lebih panjang, seperti kakak membeli novel versi cetak seharga 89k💗😍 dengan total 501 halaman.

EBOOK PDF Ikhlas Bersamamu ini harganya Rp. 45.000 yang bisa kamu beli melalui WhatsApp di nomor : ‪0838‑4105‑6192‬

FORMAT PEMESANAN

• Nama Lengkap :
• No. Hp :
• Alamat Email aktif (jangan sampai typo) :

***

Sabilla memekik girang saat melihat pesan, uang yang ia minta sudah di transfer ke dalam rekeningnya. Huh, sungguh tidak ia duga ini terasa lebih cepat daripada dengan sebelumnya. Tumben sekali Adam bertindak seperti ini, ia tidak perlu memusingkan itu, bukannya ini lebih baik, yang penting uangnya mengalir tanpa penghambat dan Sabilla juga bisa segera menghabiskan uangnya seperti biasa. Yap, tentu saja Shopping sepuasnya.

Pandangan Sabilla kembali pada mangkuk yang sudah berisi susu, lantas ia mengambil sereal yang terletak di samping lalu di campurkan kedalamnya. Sabilla tersenyum, kelihatan lezat sekali untuk di santap, apalagi di tambah dengan suasana hatinya yang bahagia ini pasti rasanya luar biasa lezat.

Namun senyum bahagia itu memudar seketika saat ponsel di tangannya gemetar, Sabilla melihat layar persegi panjang itu yang bermunculan sebuah panggilan telepon dengan nomor tidak di kenal. Walaupun tidak di kenal, tapi Sabilla tahu persih kalau ini nomor sumber uangnya. Sabilla membelalak tak percaya, bola matanya nyari keluar, terkejut luar biasa. Kenapa nomor ini meneleponnya?

Dengan rasa panik yang begitu membara di hatinya, Sabilla segera mematikan sambungan panggilan itu tanpa mengangkat. Sabilla menghela napas kasar, tak seperti biasanya. Apa yang terjadi? Padahal setiap ia meminta uang nomor itu tidak pernah menelpon hanya membaca pesan saja tanpa membalas.

"Saya sangat tidak suka seseorang yang tidak tahu bagaimana cara berterima kasih."

Suara yang begitu dingin itu mampu menghentikan pergerakan Sabilla yang ingin meraih gelas yang berisi air putih, sebelum Sabilla berbalik, ia terlebih dahulu memasuki kembali ponselnya ke dalam saku jaket.

Ia tahu jelas suara penuh menusuk ini, Sabilla menghela napas panjang guna membuat hatinya sedikit tenang. Lantas, setelah nya Sabilla tersenyum sangat manis ke arah Adam yang sedang berdiri di depannya, plus dengan mata tajamnya yang begitu menyeramkan. Sabilla menggaruk rambut sebahunya tak gatal, canggung sekaligus tak mengerti saat seseorang yang tak ia duga menghampirinya, apalagi dengan ucapan yang terlontar dari bibir Adam, sungguh ia tak mengerti.

Sabilla meringis kecil, karena tatapan tajam itu terus tertuju kearahnya. "Kakak sudah pulang? Maaf kak mungkin kakak marah karena aku tidak mengabari jika beberapa hari ini aku tidur di rumah kawanku."

Adam berdecak sinis, melihat gelagat wanita itu yang bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Toh, Adam pun tak peduli dengan apa yang di katakan gadis itu. Adam malah bahagia untuk segera melihat kesengsaraan wanita itu, membayar semua apa yang sudah wanita itu lakukan selama ini.

Sabilla semakin menelan ludahnya susah payah, Adam memang sedikit tersenyum kearahnya, namun itu bukan membuat suasana terlihat menyenangkan malah sebaliknya, terlihat sangat menyeramkan.

Ikhlas Bersamamu |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang