22|| Sensasi Aneh

20.5K 1.2K 130
                                    

Bagi yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya kalian bisa membeli seperti novel versi cetak dalam versi ebook (sudah END). EBOOK PDF ini berisi versi lengkap seperti Novel. Lebih panjang, seperti kakak membeli novel versi cetak seharga 89k💗😍 dengan total 501 halaman.

EBOOK PDF Ikhlas Bersamamu ini harganya Rp. 45.000 yang bisa kamu beli melalui WhatsApp di nomor : ‪0838‑4105‑6192‬

FORMAT PEMESANAN

• Nama Lengkap :
• No. Hp :
• Alamat Email aktif (jangan sampai typo) :

****

WARNING ⚠️
Episode ini mengandung muatan dewasa, bagi pembaca yang belum cukup umur dan merasa tidak nyaman. Di harapkan tidak membaca🙏

***

Adam terus memukul lawannya dengan brutal, lengkap dengan emosi yang masih tertahan memenuhi otak, ketika kembali menggema kata 'pergi' di telinganya, bagaikan kaset yang terus terputar tanpa jeda. Ia mengambil ancang-ancangan yang begitu luar biasa, untuk meraih pukulan yang membuatnya merasa puas, lantas kenapa seakan dia belum puas dengan ini?

Bukankah ini yang dari dulu ia harapkan?

Asiyah pergi dari kehidupannya, dan ia bisa hidup dengan tenang tanpa ada lagi penganggu. Setelahnya Adam pun bisa menikah dengan wanita yang sebenarnya yang ia cintai? Harus tampak bahagia bukan? Namun kenapa sekarang terasa berbeda? Ada hal yang begitu sulit ia pahami, hingga membuat otaknya terasa nyeri. Sungguh, dirinya begitu tak paham, hal ini sangat berat untuk mencari jawabannya.

Aneh, hatinya berkata lain, ia tak ingin Asiyah pergi darinya tapi bibirnya seolah menyuruh Asiyah pergi dari kehidupannya, yang manakah harus Adam turuti? Menyuruh Asiyah untuk tetap bertahan dengannya yang mungkin bisa aja menumbuhkan rasa sakit yang lebih mendalam. Bolehkah ia egois kali ini?

Adam terhenti sejenak, mengatur napasnya yang terlihat tak beraturan dengan perlahan. Ia bahkan tak peduli dengan tubuh yang sudah tampak basah dengan keringatnya sendiri, menetes tanpa henti membasahi tubuhnya, sungguh tak ada niat sedikit pun ia mengelap keringatnya. Bahkan Adam mengabaikan rasa lelah yang sudah terlihat begitu kentara.

Adam meraih heavy bag, lalu ia diamkan yang tadinya berputar menggelinding karena pukulannya, meletakkannya seperti semula. Dada kekar Adam masih naik turun, dengan perlahan ia terus mengatur napasnya selama tiga puluh detik sebelum kembali mengambil ancangan yang tepat dengan mata yang fokus menatap heavy bag yang di gantung di langit-langit.

Setelah semuanya sempurna, Adam menciptakan kepalan yang erat tanpa sarung tangan lalu dengan sekuat tenaga memukul dengan keras. Melangkah dengan pangkal jari-jari kaki, menari layaknya pertarungan yang asli dan berhenti sesekali untuk menunduk, mengelak dan menangkal pukulan seperti dalam pertarungan sebenarnya.

Setelah pukulan yang ke dua puluh, Adam berhenti sejenak, menyeka piluh di keningnya seraya mengatur napas yang terlihat memburu. Ah, ia terasa puas sekarang. Senyum tipis tercipta di sudut bibirnya, setelah merasa olahraga kali ini begitu memuaskan.

"Mas ..." Suara panggilan lembut itu menembus kedalam telinganya, sontak Adam menoleh kebelakang, menatap Asiyah yang terlihat membeku di pintu, dengan mata yang melebar serta mulut yang sedikit terbuka.

Asiyah tidak tahu, sungguh ia tak tahu kalau ini merupakan ruang gym. Matanya hanya bisa membelalak lebar, terkejut bukan main. Tangannya yang memegang gagang pintu itu tiba-tiba berkeringat dingin. Ia tetap berusaha untuk menarik napas menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dengan susah payah Asiyah meneguk ludahnya sendiri, apalagi kegugupannya makin bertambah saat mata tajam itu terus saja menatapnya.

Ikhlas Bersamamu |END|✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin