1O || Hati Ini Milik Siapa?

22.3K 1.2K 58
                                    

Jangan biarkan kesulitan membuatmu gelisah, karena bagaimanapun juga hanya di malam yang paling gelap bintang-bintang tampak bersinar lebih terang

-ALI BIN ABI THALIB-

***

"Pasti ada maksud selama ini Mas deketin aku kan?"

Tidak salah bukan? Anaz menanyakan tentang itu, ia hanya ingin tau apa maksud Adam yang selama ini selalu siap siaga membantunya, mendekatinya dan bahkan memberi hadiah untuknya. Dan Anaz sebagai seorang perempuan tentu ingin status yang jelas, meminta kepastian dengan hubungan ini, apalagi Mamanya dirumah selalu menangih mantu darinya.

Dengan mata yang fokus menyetir, dahi Adam berkerut halus, ia juga sedikit terpaku dengan ucapan gadis disampingnya. Sekilas Adam memandang Anaz yang sedang mengigit bibirnya gugup.

"Maksudnya?" Tanya Adam pura-pura tak mengerti.

Anaz tampak berpikir, ia menipiskan bibir dengan tangan memilin kerundungnya gugup. "Hmm ... Mas mendekatiku karena Mas mencin-tai ku kan?"

Adam mematung, dengan susah payah ia meneguk ludahnya.

"Dan Mas Adam pasti mau ngela--."

"Stop! Jangan dilanjutkan, yang pastinya dibenak mu itu saya akan segera lakukan!"

Adam termenung duduk di kursi ruang kerjanya, dengan mata yang fokus menatap luar jendela memandang keindahan bintang-bintang malam yang begitu terang, merasakan hembusan angin yang begitu menusuk ke dalam pori-pori kulitnya. Ia sangat menikmati sensasi ini.

Tapi pikirannya sedari tadi tidak bisa tenang, otaknya begitu penuh dengan beban. Memikirkan pembicaraannya dengan gadis dicintainya beberapa jam yang lalu selalu berputar-putar di otaknya. Setelah mengantarkan gadis itu pulang, Adam langsung menuju kembali kerumahnya. Otaknya lelah, hatinya pun lelah.

Sebenarnya apa yang ia katakan pada Anaz, sudah dari dulu direncanakan, melamar gadis itu lalu menjadikan istri yang nantinya akan ia memuliakan dan sangat ia cintai. Tapi semua itu harus berantakan karena perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya.

Adam bingung, apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkinkan dirinya menyakiti lebih dalam wanita yang sekarang menjadi istrinya, padahal Adam paham betul apa yang harus dilakukan oleh seorang suami untuk sang istri, mencintai segenap raganya dan selalu memuliakan wanitanya. Tapi, sungguh Adam belum bisa memperlakukan itu semua pada Asiyah, hatinya masih ragu, dan jiwanya seolah memberontak.

Adam menghela napas panjang, ketika melihat jam dinding itu yang menunjukkan pukul 02.45 AM, dirinya tidak bisa tidur setelah melakukan shalat tahajud.

"Tuan, sebenarnya tuan itu kenapa? Sungguh saya tak percaya anda tidak memiliki hati?"

Dengan tiba-tiba suara itu menembus keheningan ruang kerjanya. Tak di sangka, Seo masuk tanpa mengetuk pintu, dan dengan wajah memerah marah menatapnya, itu cukup membuat Adam terkejut. Kenapa Seo terlihat marah? Apa salahnya?

Memasang wajah tanpa ekspresi, Adam menatap Seo. "Ck, kau mengangetkan ku!"

Adam mengeram. "Apa kau lupa dengan aturan?" Katanya sinis.

Seo memutar bola matanya malas. "Bahkan sudah dua jam, tapi tuan tidak sedikitpun menanyakan kabar nona Asiyah setelah tuan meninggalkannya di Mall sendirian? Dimana otak tuan!"

Ikhlas Bersamamu |END|✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ