20 || OK, Deal?

15.7K 849 64
                                    

Bagi yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya kalian bisa membeli seperti novel versi cetak dalam versi ebook (sudah END). EBOOK PDF ini berisi versi lengkap seperti Novel. Lebih panjang, seperti kakak membeli novel versi cetak seharga 89k💗😍 dengan total 501 halaman.

EBOOK PDF Ikhlas Bersamamu ini harganya Rp. 45.000 yang bisa kamu beli melalui WhatsApp di nomor : ‪0838‑4105‑6192‬

FORMAT PEMESANAN

• Nama Lengkap :
• No. Hp :
• Alamat Email aktif (jangan sampai typo) :

***

Sakit.

Itulah kata pertama yang Asiyah rasakan saat ini. Sulit rasanya untuk mengakui kenyataan yang ada. Apa ini maksud dari korban perasaan dari ucapan Adam dulu? Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini, disaat ia membutuhkan perlindungan namun kenapa penderitaan lagi yang ia dapatkan. Sungguh hatinya tak sanggup, yang hanya bisa Asiyah lakukan adalah cuma menghindar, iya dirinya selalu menghindar saat Adam melontarkan kalimat yang paling ia benci.

Apa ini cinta yang harus ia dapatkan? Cinta yang seharusnya saling menyayangi, mengasihi, memenuhi dan saling pengertian, lantas kenapa Asiyah tidak pernah merasakan itu selama pernikahan. Apa ia terlalu bodoh karena terus mempertahankan pernikahannya yang kapan saja bisa hancur? Asiyah berharap dari pengorbanannya selama ini adalah mendapatkan hasil bagaimana pernikahan yang sebenarnya, pernikahan yang didalamnya hanya keharmonisan, kesetiaan dan saling mencintai. Tapi kenapa semua itu tidak ada! Cinta yang kini ia rasakan begitu perih dan sangatlah pahit jika terus dilanjutkan. Apa memang saatnya ia menyerah, melepaskan Adam dan pergi dari kehidupan suaminya?

Asiyah menatap pantulan wajahnya yang sangat menyedihkan dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya di dalam air kolam. Menahan rasa sejuk yang begitu terasa di dalam pori-porinya. Entahlah kenapa saat ini bumi seolah juga ikut menangis dengannya, menjatuhkan ribuan rintik hujan yang menemani dirinya dengan kesendirian. Suara tangisnya pecah dalam kehancuran beradu dengan suara gemuruh hujan yang menyapa. Ya Tuhan ini terlalu sesak, jantungnya begitu sakit. Seolah-olah ada beban berat yang menekan dadanya, membuatnya begitu nyeri dan tak bisa dijabarkan dengan kata-kata.

Asiyah terus memukul dadanya, disertai dengan isak tangis yang begitu memilukan. Jantungnya begitu sulit bekerja, napasnya menjadi lebih pendek. Dirinya terus berusaha menarik napas walaupun itu sangat sulit dilakukan.

Seketika telinganya mendengar derap langkah kaki mendekat, tentu saja Asiyah sangat mengenali siapa yang datang dari cara jalannya serta parfum yang melekat ditubuh itu. Orang yang entah kenapa selalu saja ada disaat dirinya kesakitan seperti ini. Tidak salah lagi itu Seo.

Asiyah dengan kasar menyeka air matanya, sembari menormalkan suaranya yang terasa sedikit serak. Tubuhnya sedikit ia geser saat ekor matanya melihat Seo yang sepertinya hendak duduk disampingnya.

"Jangan terlalu dipinggir nona, nanti nona terjatuh." Asiyah sedikit mendongak melihat Seo yang disampingnya sedang menggulung lengan kemeja navy blue hingga ke siku. Asiyah hanya bisa diam saat Seo sudah duduk dengan sempurna.

Hatinya saat ini begitu tidak pas untuk berbicara banyak, Asiyah ingin sendiri sebenarnya. Namun Seo yang tiba-tiba datang, tentu saja ia tidak bisa marah karena selama ini Seo begitu baik padanya.

"Hei, kenapa menangis hm?" Seo menatap Asiyah dari samping, karena sekarang Asiyah lebih memilih memandang ke depan dengan tatapan kosong. Seo tersenyum pahit, melihat ada kesedihan di mata cantik itu.

Asiyah tidak menggubris, ia termenung dan lebih memilih tidak menyahut. Apa ia gagal? Kenapa Seo menyadari jika dirinya habis menangis, padahal Asiyah sudah menghapus air matanya. Lantas kenapa Seo begitu peka, tidak seperti suaminya. Uh, mengingat suaminya lagi membuat hatinya kembali sesak, ketika Asiyah pergi begitu saja dari hadapan Adam karena ucapan yang paling ia benci kembali terlontar di bibir itu. Iya Adam tak mengejarnya, bahkan sudah lebih beberapa menit yang lalu ia menangis sendirian disini.

Ikhlas Bersamamu |END|✓Where stories live. Discover now