Chapter 16

16.7K 744 0
                                    

"Inget gak prill? Hari dimana lo diajak pergi sama iqbal? Gue gatau apa yang terjadi sama lo dan iqbal, pulang2 muka dia udah pucet. Waktu mau naik tangga tiba-tiba aja dia pingsan. Gue panik dan langsung gue panggil dokter pribadi iqbal. Dia harus bedrest selama seminggu. Hari terakhir, dia bilang mau ketemu lo buat yang terkhir, dia juga nitip surat sama gue. Gak lama setelah dia nulis surat, dia pergi" cerita kak fitri sambil menangis tak karuan. Tangisku keluar tak kalah dari tangis kak fitri, gritte memelukku dan menenangkanku. Aku terus menyalahkan diriku atas kepergian iqbal. "Udah gausah nyalahin diri lo, gue tau kok prill, pasti iqbal salah ngomong kan? Dia klo udh emosi emang kayak gitu prill. Maafin iqbal ya" kak fitri ikut memelukku, diperlakukan baik seperti ini membuat tangisku semakin pecah.

"Bentar ya gue ambilin dulu suratnya, nanti kita ke makamnya iqbal" tawar kak fitri sambil berjalan menuju kamar iqbal. "Maaf prill, gue udah kasar sama lo, gue mau hari terakhir gue bahagia sama lo, tapi mungkin gue salah ngomong, gue malah jelek-jelekin ali didepan lo. Maaf udah bikin lo nangis, maaf gue gabisa lepas dari lo. Gue udah cukup bahagia dengan persahabatan kita selama ini. Gue bisa sama-sama lo dari SMA sampe kulaih udah cukup. Maaf klo gue nuntut banyak sama lo. Lo peremouan terakhir yang gue cintai di hidup gue. Semoga lo bahagia sama ali, bisa punya keluarga yang harmonis sama dia. Gue udah tau keputusan lo sama ali:)" aku sedih karna tak tau tentangnya, aku sedih karna merasa aku tak peduli padanya. Dia membutuhkan ku dihari terakhirnya, tapi aku malah menghancurkannya.

"Udah yuk, mau ke makam nya iqbal gak?" Tanya kak fitri sambil menghapus air mataku. Aku mengangguk dan berjalan mengikutinya. Kita naik mobil kevin menuju makan iqbal. Diperjalanan aku selalu memandang kearah jalan lewat kaca disebelahku, rasa bersalah ku tak kunjung hilang.

"Udah prill, gausah dipikirin. Lo kan gatau apa-apa, jadi lo gak salah" gritte seakan tau apa yang sedang ku fikirkan, dia mengelus punggung ku untuk menenangkan.

Aku hanya terdiam tak menghiraukannya, aku terlalu fokus pada pikiranku.

Sampai-sampai aku tak sadar kalau kita sudah sampai di pemakaman tempat iqbal di makamkan. "Udah yuk turun" aku tersadar karna ucapan kak fitri.  Kita berjalan dibelakang mengikuti ka fitri. Iqbal adalah adik satu-satunya yang kak fitri punya, dan sekarang ia sudah pergi meninggalkan kak fitri untuk selamanya.

"Maafin gue bal, gue gatau. Harusnya lo cerita dari awal sama gue" aku tak pernah berhenti menyalahkan diriku sendiri. Yak! Kita sudah sampai di makam iqbal, aku menatap makamnya haru. Aku duduk tepat disamping bagian kepalanya.

"Baaal maafin gue, gue gatau tentang penyakit lo, harusnya lo cerita sama gue dari awal. Sekali lagi maafin gue bal, gue sayang sama lo sebagai sahabat. Lo sahabat yang selalu ada buat gue bal, lo tegar, lo kuat" tangis ku kembali pecah saat mulutku mengucapkan kalimat tadi. Aku menangis karna merasa bersalah, kalau untuk kematian, itu memang sudah takdir dari tuhan. "Udah prill, gak semuanya salah lo. Ini udah takdir, hidup dia emang cuma sampe disini" ucap kevin meyakinkan ku bahwa aku tak bersalah. Tapi tetap saja ada rasa bersalah yang kurasakan.

Setelah berbicara dan berdoa untuk iqbal, kita kembali kerumah iqbal dan akan kembali kerumah masing-masing.

Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhku dikasur. Badanku terasa sangat lelah hari ini, kukirimkan pesan pada ali. Ingin kuceritakan semuanya, semua yang kualami. "Ali, iqbal sudah pergi untuk selamanya seminggu yang lalu. Aku juga baru tau hari ini, awalnya aku berniat minta maaf atas kesalahanku padanya, saat mengunjungi rumahnya, kak fitri lah yang membukakan pintu dan menceritakan semuanya padaku, kevin, salsa dan gritte. Dia mengidap penyakit kanker hati, sudah lama dia mengidap penyakit itu namun tak memberitaukannya pada kita. Aku merasa bersalah karna telah memarahinya malam itu, ia memaksaku untuk pergi darimu. Aku tak mau"

Sudah jam 8 malam, aku ingin tidur lebih cepat dari biasanya karna kantung mataku sudah mulai terlihat jelas. Begadang karna membuat skripsi kelulusan mengharuskan ku tidur jam 2 pagi tiap harinya.

Sekarang aku bisa tidur lebih cepat dan bersantai.

°SKIP°

Aku terbangun karna sinar matahari memenuhi kamarku. Aku masih malas untuk beranjak, hari ini tanggal 5 Mei, aku berencana untuk tidur sampai siang hari, tapi sepertinya rencana ku gagal. "Prilly, sayang ayo bangun" ucap mama yang masuk ke kamarku.

"Mau kemana ma?" Balas ku malas saat melihat baju yang mama pakai, kebaya berkerudung.

"Ayo kamu cepetan bangun trus langsung mandi" pinta mama menarik tanganku.

"Mau kemana sih memangnya? Pagi-pagi gini pake kebaya" tanyaku heran. Aku masih menyenderkan kepala ku di guling.

"Anaknya temen mama ada yang nikah, ayo".

"Siapa nikah pagi-pagi begini? Pesta pernikahan mah malem. Masa masih jam segini ngadain pesta pernikahan" ucapku tak mau bangkit. Aku malah makin menelungkupkan wajahku di guling.

"Iiih udah ayo. Itu mah terserah yang ngadain sayang. Kita tugasnya dateng. Udah ayoo" mama makin menarik tanganku, memaksaku untuk bangkit dan ke kamar mandi.

"Memang siapa sih? Anak temen mama yang mana? Klo aku gak kenal males ah".

"Eh kok gitu. Udah gede juga, gausah manja deh. Inget umur, udah 23 tahun" ucap mama geram.

"Ya kan umur 23 tahun juga butuh istirahat cukup maa".

"Udah ayo cepet bangun bangun bangun" mama menarik dan menggoyang-goyangkan tanganku.

"Ya tapi siapa dulu yang nikah" aku masih tak mau bangkit jika mama belum menyebutkannya. Kalau orang tersebut tak dikenal, aku malas untuk datang.

"Gritte sama arif" ucap mama singkat namun dapat membuatku seperti tersengat listrik.

"Apa?! Gritte sama arif?! Serius" ucapku bangkit dan menatap mata mama lekat.

"Iya sayang, memangnya kamu belum tau?" Tanya mama heran. Gritte adalah sahabatku sendiri tapi aku tak tau kalau ia akan menikah.

"Kok gritte gak ngasih tau aku sih" aku bangkit untuk mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Keluar dari kamar mandi aku bersiap dengan dress merah dan turun menemui yang lain. Terlihat raja, mama dan papa yang sudah siap menungguku di ruang tv.

"Ma ayo berangkat" ucapku bersemangat.

"Tapi ma, kok aku gatau ya? Ini seriusan gritte sama arid gak sih?" Tanyaku saat sudah berada didalam mobil.

"Beneran, nih undangannya" jawab mama memperlihatkan undangan yang memang tertera nama Gritte & Arif.

Sesampainya di gedung resepsi, aku turun dan berjalan sejajar dengan mama, raja dan papa. Masuk kedalam gedung yang dipenuhi dengan teman serta sodara yang lain. Antrian sangat panjang, aku menunggu antrian hingga sepi karna ingin berbicara dengan gritte. Sambil menunggu, aku berbincang dengan kevin dan salsa. Harusnya ada iqbal disini, tapi ia sudah lebih dulu dipanggil sehingga tak dapat merasakan kebahagiaan gritte dan arif.

Setelah antrian sepi, aku, kevin dan salsa berjalan keatas panggung.

"Tteee kok gak ngasih tau gue sih lo mai nikah?" Tanyaku sehabis salaman dengan arif.

"Ya kan biar surprise" gritte terlihat sangat cantik dan feminim pagi ini, dengan dress warna putih yang ia kenakan.

"Surprise sih surprise, tapi bikin gue hampir jantungan tau. Kaget gue pas dikasih tau hari ini lo sama arif nikah hahaha" tawapun pecah diantara kita. Setelah memberi selamat pada keduanya aku turun dan duduk di salah satu meja yang tersedia.

***

Can You See Me (Aliando-Prilly)Where stories live. Discover now