Chapter 10

22.2K 819 0
                                    

Sampai dirumah aku berniat untuk mengirim pesan pada ali dan menceritakan kejadian hari ini. "Hai ali, pagi ini tante resi datang kerumahku, awalnya aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Saat tante resi tersenyum padaku, aku pun menghampirinya dan memeluk tubuhnya. Saat hendak pulang, ia memberiku sura darimu ali. Aku belum membacanya karna baru pulang dari rumahmu. Ya, hari ini aku datang kerumahmu untuk bertemu dengan kaia, kaia menceritakan banyak tentangmu. Aku bersyukur ada kaia yang dapat meyakinkanku tentangmu. Kaia tak berubah sejak 3 tahun lalu, apakah kau begitu? Aku sayang padamu"

Aku memencet tombol 'send' dan pesan terkirim.

Setelah makan malam, aku memutuskan untuk pergi ke kamar dan membaca surat dari ali.

"Hai sayang, kalau hari ini kau bertemu dengan kaia, apakah kaia menceritakan sesuatu tentangku? Aku janji padamu, tahun depan aku sudah pulang ke indonesia. Aku akan menyelesaikan kuliah ku tahun ini. Aku sangat merindukanmu prilly, setiap hari aku mengulang lagu cover kita dan ikut bernyanyi. Suara merdu mu menemani malamku yang gelap, aku selalu merasa kau ada di sampingku. Ingin kupeluk kau erat prilly. I love you"

Membaca surat dari ali, lagi-lagi air mata tak dapat kubendung. Sudah 3 tahun aku menjadi wanita cengeng, tak peduli orang berkata apa, aku begini karna mencintai ali. Mencintai ali begitu indah bagiku walau sedih menerpaku. Aku janji padanya akan menepati janji ini.

°SKIP° mama mengajakku untuk mengantar tante resi dan kaia ke bandara pagi ini. Pesawat kaia berangkat jam 9, namun jam 6 mereka sudah harus sampai di bandara soekarno hatta. Aku bersiap dan turun kebawah untuk sarapan. "Pagi sayang.. udah mandi?" Tanya mama yang tengah melahap sarapannya.

"Udah ma. Kita langsung ke bandara?" Tanyaku yang duduk di samping mama.

"Iya, nanti ketemuan sama tante resi dan kaia" lanjut mama.

Selesai makan, aku dan mama.langsung menuju mobil dan melajukan mobil kearah bandara. Aku yang menyetir. 1 jam berlalu, jalanan pagi ini masih lumayan sepi, aku langsung mencari parkiran dan mencari keberadaan tante resi serta kaia. "Prilly!" Suara teriakan kaia membuatku mencari asal suara tersebut. Aku menemukan kaia yang sedang berdiri berhadapan dengan tante resi. Aku langsung berlari kearahnya.

"Kaiaaa" spontan tubuhku langsung memeluknya.

"Prill, gue balik dulu yaa.. sorry cuma bisa sehari disini. Yang penting gue udah ceritain semua kan sama lo" ucapnya dalam pelukan. Aku menangis, andai saja ali hadir disini.

"Kaaak tolong sampein ke ali klo aku kangen banget sama dia. Tolong klo bisa dia cepetan balik ke indonesia. Aku gatau juga waktu dia balik nanti aku masih ada atau gak kak" tangisku pecah, derasnya air mata membasahi pipi. Aku sesegukan. Kaia melepaskan pelukannya dan menatapku.

"Kok ngomongnya gitu sih prill?" Tanya kaia menatapku serius.

"Ya kan gaada yang tau kak. Ajal bisa dateng kapan aja" jawabkui dengan muka datar.

"Yaudah berdoa aja lo masih bisa ketemu ali ya. Nanti gue sampein kok prill. Yaudah ya daaah" tubuh kaia memeluk tubuhku singkat dan kemudian memeluk mama.

Aku memeluk tubuh tante resi dan melambaikan tangan pada mereka saat mereka sudah berjalan masuk ruang pemeriksaan. Aku yang masih belum bisa menghentikan tangisan ini hanya diam. Mama melihatku dan menenangkanku. Karna mama ingin menghiburku, mama mengajakku untuk pergi nanti siang, aku pun setuju karna tak tau mau melakukan apa pagi ini. °SKIP°

Setelah hari itu, dimana kaia datang dan menceritakan semuanya tentang ali, sudah tak ada rasa khawatir kalau ali akan meninggalkanku. Walaupun itu bisa saja terjadi, aku selalu berdoa. Kalau pun aku tak berjodoh dengan ali, paling tidak saat ali kembali nanti, ia masih mencintaiku.

Semua berjalan lancar, masih seperti biasanya, setiap aku mengingat ali, air mataku pasti akan jatuh. Akhir-akhir ini aku sering sekali pergi ke taman aprill untuk menghilangkan kepenatan dirumah. Dimas lah yang selalu menghiburku saat ini. Dia lah moodbuster ku, dimas tau cara memperlakukan perempuan dengan baik. Walau umurnya masih 7 tahun, tapi dia mengerti, dan dia selalu membuatku tenang saat aku mengingat ali. Aku selalu mencari kesibukan agar tak terlalu merasa kesepian.

Hari ini sudah memasuki tahun selanjutnya, tahun dimana ali akan pulang ke indonesia. Semoga dia dapat menepati janjinya. Aku senang tahun baru telah datang.

Malam ini aku, gritte, salsa, kevin dan dimas menginap di villa keluarga salsa. Kita akan merayakan tahun baru disini. Jam baru menunjukan pukul 10 malam, aku dan yang lain sedang bersiap membuat api unggun di halaman villa. Aku menyibukkan diriku dengan menyiapkan semua keperluan tahun baru, aku berusaha tak ingat pada ali. Aku ingin menikmati tahun baru tanpa harus merasa sedih karna tak ada ali disini.

Aku yang sedang menyiapkan api unggun dikagetkan dengan tangan yang menutupi mataku. "Aduuh siapa nih?" Tanyaku sambil memegang tangan tersebut. Jelas aku tau tangan siapa itu karna tangannya masih terlalu kecil, sehingga mudah ditebak. Tangan dimas. "Dimas aduh, gausah main tebak-tebakan, kakak tau tangan kamu" lanjut ku menepuk tangan dimas.

"Ini aku" terdengar suara yang tak asing bagiku, aku mengenal suara itu. Mungkin hanya halusinasi ku saja, tak mungkin suara itu ada disini. Keberadaannya sangat jauh untuk didengar. Sepertinya ini deja vu dan aku kembali mendengar suara itu.

"Prilly, ini aku" lanjutnya.

"Gak, gak mungkin. Prilly kau berhalusinasi.. stop prilly stop" batin ku dalam hati.

Suara yang mengingatkan ku pada seseorang, suara yang aku rindukan. Lembut dan berperasaan. Suara itu, tak lain adalah suara ali.

Aku menangis, aku tak bisa menghilangkan halusinasi itu, aku diam tak bergerak dan terus menangis.

Saat tangan yang menutup mataku terlepas, aku malah menutup wajahku dengan tanganku. Aku masih menangis.

"Sayang, ini aku ali" suara itu lagi-lagi terdengar. Aku langsung membuka tanganku dan menoleh kebelakang, ku cari sosok ali dan berharap memang ali lah yang kudengar dan ada ali disini. Aku mencari sosoknya namun tak terlihat, hanya ada kevin, dimas, gritte dan salsa disana. Mungkin ini memang halusinasiku.

"Kok kakak nangis?" Tanya dimas dengan polosnya. Aku menoleh kearahnya dan melihat ponsel ku ditangan dimas. Aku langsung meraih ponselku dan melihat nama yang tertera disana. Ternyata telfon dari ali.

Aku langsung menghapus air mataku dan berbicara dengannya. "Ha..lo" ucapku terbata.

"Halo sayang" dag dig dug, jantungku berdetak kencang, tak percaya aku sedang berbicara dengan ali.

"I..ni ali?" Tanyaku masih tak percaya.

"Iya ini aku. Kamu habis nangis ya?" Tanyanya. Aku tak menjawab pertanyaannya.

"Kamu kapan pulang ke indonesia? Aku kangen kamu, kamu gak kangen aku apa? Kamu janji kan tahun ini pulang? Kamu masih nepatin janji kamu kan? Kamu bakal nemuin aku nanti kan?" Pertanyaan bertubi-tubi ku ucap. Rasanya senang bisa mendengar suaranya lagi. Suara yang sangat kurindukan.

"Yaampun, pelan-pelan dong sayang. Tahun ini insyaallah, aku kangen banget sama kamu sayang, iya insyaallah, aku masih nepatin janji aku kok. Kamu giaman?, iya orang pertama yang kutemuin nanti kamu" ucapnya menjawab semua pertanyaanku.

"Kemaren aku udah denger cerita dari kaia" ucapku sedikit terisak karna tak kuasa menahan tangis bahagia bercampur sedih.

"Aku juga udah denger dari kaia" jawabnya. "Kamu lagi ngapain disana?" Lanjutnya.

Can You See Me (Aliando-Prilly)Where stories live. Discover now