Chapter 1

711K 37.4K 6.4K
                                    

Pagi ini Alena duduk di meja makan dan ada Nayla di sampingnya, Alena hanya diam saat Nayla bermanja-manja dengan papanya. Pemandangan itu sudah tidak asing, dulu Alena ingin sekali di peluk papanya tapi apalah daya itu hanyalah mimpi.

Dimas merasa aneh saat Alena bersikap seperti itu, biasanya Alena akan heboh di pagi hari tiap tahun.

Itulah yang di lakukan Alena ketika dia berulang tahun, dia berusaha menyindir papanya sekedar mengingatkan Dimas untuk memberinya ucapan.

Tapi kali ini Alena hanya diam bahkan setelah selesai sarapan pagi.

"Alena masakan bunda gak enak yah?" tanya Dinda yang juga merasakan apa yang di rasakan suaminya ketika melihat perubahan sikap Alena pagi ini.

"Enak,"

Satu kata terkesan dingin membuat Dimas dan Dinda lagi-lagi di buat bingung, pasalnya baru kali ini Alena bersikap seperti itu.

"Tapi kok kamu sarapannya hanya sedikit?" Tanya Dinda lagi.

"Perut Alena hanya bisa menampung porsi itu bunda,"

Alena berdiri lalu mengambil tas sekolahnya tapi perkataan Dimas menghentikannya.

"Duduk dulu, bunda kamu belum selesai bicara,"

Alena duduk kembali dengan tatapan lurus ke depan, moodnya pagi ini sangat buruk setelah pikirannya berkelana semalam.

"Hadiah yang bunda kasih sudah kamu lihat?"

Alena mengangguk "Sudah tapi Alena minta maaf, Alena gak bisa menerima itu bunda, Alena lebih suka memakai motor daripada mobil ke sekolah,"

"Tapi kalau kamu pakai mobil kamu gak akan kehujanan sayang,"

Alena menggeleng "Alena harus hemat, Alena gak mau beban papa bertambah hanya karena apa yang Alena miliki, nanti papa semakin sibuk mencari nafkah dan gak punya waktu, cukup papa yang sibuk tidak bisa membeli kue buat Alena,"

Dimas tertegun karena ucapan Alena yang begitu menusuk di dadanya. Sindiran putrinya kali ini membuatnya tertohok.

"Alena berangkat sekolah dulu, takut telat upacaranya," Alena mencium punggung tangan Dinda dan Dimas bergantian.

Alena mengacak rambut Nayla sebelum beranjak keluar tapi Nayla menahan tangan Alena dan menyelipkan sebuah kertas.

"Kak Alena selamat ulang tahun," ucap Nayla menatap Alena.

Alena tersenyum "Selamat ulang tahun juga Nay,"

Setelah sampai di luar, Alena membuka kertas yang di selipkan Nayla ke tangannya.

"Selamat ulang tahun kak Alena, Nayla berdoa semoga apa yang kak Alena doakan bisa terkabul, jangan benci Nayla karena sikap papa yang seperti itu kak, Nayla minta maaf atas sikap papa,"

"Aku gak benci kamu Nay, aku cuma ingin sekali saja ada di posisi kamu," lirih Alena lalu mengendarai motor kesayangannya menuju sekolah.

Sejak SMP Alena di temani motor kesayangannya itu, Alena punya alasan mengapa dirinya menolak kado mobil dan lebih memilih motor.

Motor itu pemberian papanya saat Alena berulang tahun yang ke-15, meskipun karena paksaan bundanya, itu hadiah ulang tahun Alena yang kedua dari papanya setelah lilin dan alat pemantik.

Alena selalu berharap mendapatkan kasih sayang dari papa dan mamanya, tapi selama tujuh belas tahun Alena sama sekali belum mendapatkan itu. Kedua orang tuanya hanya fokus pada anak dari pasangan yang mereka cintai.


♡♡♡

Alena berjalan di sepanjang koridor menuju kelasnya, semua orang yang Alena lewati tengah sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara.

Lilin [TELAH TERBIT & DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang