Prologue

3K 152 10
                                    

"Gika, ada anak Magang di departemen lo. Mohon bantuannya ya" Ariska, si Manager HRD itu memberitahu Argika atau yang akrab disapa Gika.

Argika Demian Hutomo, pria keturunan Tionghoa berusia 31 tahun yang masih betah melajang. Menjabat sebagai Manejer Keuangan disebuah perusahaan ternama yang berkantor di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Orangnya pemilih dalam segala hal, termasuk dalam dunia pertemanan. Manusia-manusia yang dianggap hanya mencari kepuasan dan ketenaran diri dikucilkan olehnya. Banyak karyawan di departemennya mengira bahwa dia adalah pria dingin seperti banyaknya bos pada umumnya, faktanya Gika adalah orang yang sangat ramah kepada orang-orang yang menurutnya pantas mendapatkannya. 

"Magang buat kerja apa magang buat nilai kuliah?" tanyanya,

"Magang buat nilai kuliah, mahasiswi semester 6 dari Untar" jelas Ariska dengan lengkap.

"Kapan dia mulai masuk?" tanya Gika lagi,

"Hari Senin, gue yang bawain ke hadapan lo. by the way, dia ini salah satu mahasiswi terbaik Untar yang lagi diincar perusahaan, jadi baik-baik ke dia. Kalo sampe lo bikin dia nggak betah disini, lo berhadapan langsung sama pimpinan." peringat Ariska.

"Ckkk,,, mahasiswa terbaik belum tentu bisa menghadapi dunia kerja yang sebenarnya, jangan berharap banyak deh." kata Gika yang dihadiahi pelototan galak dari Ariska.

"Ya kan makanya butuh magang, gimana  sih lo?" kesal Ariska yang membuat Gika hanya memberengut kesal. Gika adalah tipe orang yang susah membimbing orang lain, makanya  intern di departemennya  dibimbing oleh bawahannya, tapi kali ini dia harus membimbing sendiri si anak magang yang katanya mahasiswi terbaik dari kampusnya itu.

" Lo tau sendiri kan, Ka, kalo gue tuh nggak suka ngurusin tetek bengek ginian, kenapa nggak bawahan gue saja sih yang ngurus?" protes Gika.

"Pak Bos yang minta, udah, jangan protes. si Mahasiswi ini diseleksi sendiri sama Bos. lo tahu sendiri kan kalo kantor kita bekerja sama dengan kampus-kampus buat dapetin tenaga kerja yang berkualitas?" jelas Ariska yang hanya diangguki oleh Gika,  dia masuk perusahaan ini juga karena adanya program itu.

"Yaudah, see you Senin. Gue mau pulang duluan, suami gue sudah jemput." pamit Ariska, mendengar kata Suami, Gika mendengus kesal, mengingatkan dia saja kalau di kantor ini yang seumuran dengannya sudah menikah, hanya dia yang masih betah melajang. 

jodohnya belum mau datang, padahal dia yang nggak mau cari.

☆▪☆▪☆▪☆

"Harla, bangun girl! Hari pertama magang." Wanita paruh baya yang berprofesi sebagai akuntan itu berusaha membangunkan anak gadisnya yang ia panggil sebagai Harla. Terbiasa mulai kuliah di atas jam 8 dan bangun di jam 7 membuat anak gadis yang baru saja menginjak usia 23 tahun itu susah bangun di jam 5 pagi.

Harla membuka matanya dan mengalihkan tatapannya ke arah jam dinding yang berada tepat didepan matanya. 

"Masih jam 5, Mah, kenapa bangunin Harla sih? Harla kan nggak ada jam kuliah hari ini." protes Harla.

"Iya, nggak ada jam kuliah, tapi jadwal pertama sebagai anak magang ada. Ayo bangun!" kata wanita itu lagi. Mendengar kata magang, anak Nyonya dan Tuan Arbitama Haditio itu segera beranjak dari ranjangnya.

Harla Arluna Haditio, anak dari seorang akuntan bernama Sharon Hanima Haditio yang menikah dengan seorang psikiater bernama Arbitama Haditio. Mahasiswi semester 6, jurusan Akuntansi dan sekarang akan magang di bidang keuangan. Pernah tinggal di kampung halaman bersama Kakek Neneknya selama 3 tahun dan sepulang darisana untuk kuliah di Jakarta semua orang mengira dia baby sitter adik-adiknya yang baru berusia 6 tahun. Apalagi dandanannya yang kadang membuat orang speechless. Mama-nya bahkan membuang kaos-kaos lamanya karena benar-benar membuat Harla seperti asisten rumah tangga. Dia rajin ke pasar, rajin beberes, rajin membersihkan garasi. Pokoknya seisi rumah, dia yang membersihkan, kadang Papa-nya mengomelinya,  ART mereka jadi tidak mempunya pekerjaan. Ingin hati untuk memecat, tapi kalau Harla lagi pergi kuliah yang membersihkan rumah siapa? Papa-Mama-nya kadang menyesal pernah mengungsikannya di kampung. Walau sebenarnya itu baik, tapi Mamanya merasa terganggu ketika mereka menerima tamu, tamu-nya memerintah Harla sesukanya. Untung sekarang ini, Mama Sharon dan Papa Arbi sudah lebih sigap memperkenalkan Harla kepada tamu-tamunya sebelum disuruh ini itu.

"Berangkat sama Papa ya, Har." Ajak Papa Arbi ketika mereka ber-6 sedang sarapan bersama. Sharon, Arbi, Harla, Harfif, kembarannya, dan si kembar Arva dan Arvi. Harla adalah satu-satunya anak perempuan dirumah ini. Jarak Harla-Harfif terbilang sangat jauh dengan Arva-Arvi. Harla adalah Mahasiswi sedangkan Harfif sudah bekerja, ada alasan khusus mengapa Harla masih Mahasiswi sementara Harfif bekerja.

"Nanti pulangnya sama Papa juga?" tanya Harla, sambil menyuapkan sesendok nasi goreng buatan Mama-nya ke mulutnya. Harla bersyukur, meski Mamanya bekerja, Mama masih menyempatkan diri untuk memasak sarapan untuk keluarganya.

"Berangkat sama Mama dong Pah, kan Rumah Sakit Papa berlawanan arah sama kantornya Harla." Peringat Harfif.

"Lah, Mama kan nggak lewat kantor gue, bang." Kata Harla mengingatkan.

"O iya juga ya. Mama memang searah tapi lebih dekat kantor Mama dari kantor lo ya. Yaudah lo ikut gue aja, tapi nanti pulangnya naik busway ya." kata Harfif.

"Kenapa pada repot ngurusin itu sih? Harla kan bisa diantar jemput sama supir. Mobil nganggur noh satu. Lagian Harfif, bukannya bawa mobil ke kantor malah naik motor. Entar kamu bonceng adek kamu terus jatuh bagaimana?" Kata Mama Sharon parno, beliau begitu bukan tanpa alasan. Harla dan kendaraan  harus dijaga hati-hati, kalau bisa dipisahkan.

"Oh iya, gue lupa kalau Mama ngelarang kakak naik motor. heheh.." Kekeh Harfif, Arva-Arvi hanya menatapnya tidak mengerti.

"Mama juga ngelarang kamu naik motor ya, bang. Kamunya aja yang ngelawan Mama terus." omel Mama Sharon, Harfif yang mendengarnya hanya tersenyum lucu, menunjukkan sisi imut dan manisnya agar sang Mama tidak melanjutkan lagi omelannya.

Akhirnya setelah berdebat panjang lebar, Harla berangkat ke kantor dengan diantar sopir keluarga yang sehari-harinya mengantar Mama Sharon ke kantor. Biasanya Harla kalau ke kampus akan naik busway, tapi karena ini dia akan magang maka orangtua-nya berbaik hati menyediakan kendaraan pribadi untuknya, walau sebenarnya itu mobil Harfif, hadiah ulangtahun mereka yang ke-23,  3 bulan yang lalu, Harla sendiri mendapatkan laptop baru yang harganya selangit. Mama-Papa mereka itu kadang terlalu royal, kadang terlalu pelit.

☆▪☆▪☆▪☆

" Gika, ini anak magangnya."

" Loh kamu?"

" Kamu yang didepan rumah kan?"

Harla dan Argika bersuara bersamaan yang membuat Ariska bingung, mereka berdua ini saling kenal?

☆▪☆▪☆▪☆

Bersambung

Happy Reading guyseu...

XOXO

Tetangga 5 Langkah (Revisi On Going)Where stories live. Discover now