Part 71 (WAR III)

270 30 12
                                    

.
.
.
.

Ray mendengarkan ucapan mereka semua dengan seksama, ia juga melihat mayat-mayat yang ditemukan Agni barusan sudah di evakuasi. Hanya menunggu waktu hal tersebut diketahui oleh publik dan membuat kericuhan didalam mall. Lelaki itu mengacak rambut gondrongnya kesal, kenapa Milkweeds membuat mereka yang notabene adalah anak sekolahan itu merasakan hal yang tidak menyenangkan seperti ini.

"Sepertinya didepan ada sesuatu," ucap Shuuya sembari menatap beberapa mobil pickup yang sedari tadi mondar-mandir didepan panti.

Ray dan Radith kompak berhenti dari pekerjaan mereka lalu mengikuti Shuuya melihat keluar jendela. Kening Radith sedikit berkerut mendapati ada keanehan dari mobil tersebut.

"Dith, sepertinya lo harus evakuasi anak-anak. Ada yang aneh sebaiknya kita lakukan beberapa tindakan," Radith segera bergegas menghampiri anak-anak diluar lalu menyuruh mereka segera masuk.

Radith menoleh kejalan sebentar ada sekitar puluhan orang yang tengah mengawasi mereka. Panti asuhan tersebut berada tak jauh dari keramaian bahkan beberapa ratus meter dari sana terdapat tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi. Elang memang sengaja membuat bangunan panti asuhan tersebut berada dekat dengan masyarakat agar mereka aman.

Setidaknya para teroris itu tidak bodoh untuk beraksi dikeramaian dan berujung identitas mereka ketahuan karena netizen yang kepo.

Ray mengakui kok kalau masyarakat +62 itu bar-bar.

Bom yang meledak saja jadi tontonan yang sangat menarik bagi mereka.

Yah, setidaknya untuk saat ini mereka akan aman untuk sementara.

"Milkweeds benar-benar menyebalkan, dari mana mereka tau gue ada disini" rutuk Ray kesal.

Jari yang sedari tadi terus mengetik itu terhenti sejenak, iris mata kelam itu memandang Ray dan Shuuya dengan waspada.

"Tidak banyak yang mengetahui lokasi kita saat ini, jika mereka tau maka--"

"Ada pengkhianat bukan?" potong Shuuya kalem.

Mereka bertiga kembali terdiam sejenak, Radith dan Ray dengan kompak reflek menatap Shuuya.

"....Kau?"

.
.
.

Cakka menatap setiap bom yang ditemukan mereka dengan jengah, menemukan beberapa bom di tempat sebesar mall membutuhkan banyak tenaga dan menghabiskan banyak waktu. Peristiwa ini tidak bisa disamakan dengan beberapa tahun yang lalu.

Jelas ada perbedaan karena tujuan mereka bukan hanya sekedar konspirasi belaka.

Tapi juga balas dendam.

Cakka juga tidak tau apa sebenarnya yang dilakukan oleh Aryn sampai memiliki bukti kuat data tergelap milik salah satu organisasi gelap diseluruh dunia itu. Cakka tidak bisa gegabah dalam menyebarkan informasi yang sengaja ketua mereka tinggalkan.

Karena ketua mereka pun lebih memilih menyerahkan data itu pada mereka dari pada pihak lain.

Otak cerdas Cakka mendadak mampet, tekanan dari berbagai pihak yang menerpa membuat situasi begitu sulit dikendalikan.

Sepertinya kali ini ia harus bertindak sendiri.

Karena tindakannya ini walaupun lelaki itu selamat sekalipun ia akan langsung dibunuh oleh sang calon istri.

'Cak! Los pengen gue dicekik Agni ya? Lo ngapain pergi sendiri ngadepin tuh bom bego!'

Suara umpatan dari Deva terdengar nyaring hampir memenuhi gendang telinganya.

WARNA-WARNI KEHIDUPANWhere stories live. Discover now