Part 17 ( HUNTING TIME )

918 48 3
                                    

.
.

DUARRR....

Bunyi ledakan dan puing-puing bangunan berserakan di sekitar mereka. Tubuh mereka terpental beberapa meter. Riko yang pertama bangkit, pandangannya langsung tertuju pada ruang arsip yang hancur berantakan.

"Tchh, wanita itu melarikan diri?"

Pandangan Riko lalu tertuju pada pria disampingnya. Pria berumur 20 an itu terlihat tidak baik sekarang. Riko segera bangkit dan membopong Elang keluar dari tampat tersebut sebelum para zopire datang.

Grrrrrr....
.
Namun sepertinya ia terlambat.
.

" damn it.. " Riko mengumpat kesal melihat puluhan zopire datang mengejarnya.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki ia berjalan keluar sambil menggendong Elang dibelakangnya. Pandangan diluar tak jauh berbeda dengan didalam. Dimana para zopire diluar berlarian mengejar mereka.

" shit , Elang bangun woy!"

Riko berusaha membangunkan Elang. Setidaknya untuk saat ini saja Inspektur muda ini bisa bangun. Riko tidak bisa mengatasi para zopire itu sendiri. Setelah zopire itu pergi terserah, Riko akan membiarkan Elang tidur sepuasnya.

Namun tidak ada pergerakan sedikitpun dari Elang. Dan rembesan darah Elang mulai mengenai kemeja merahnya. Riko mendesah frustasi, lalu merogoh sesuatu dikantongnya. Mencoba mencari beberapa petasan yang masih tersisa disakunya.

Dan lagi, ia harus merutuki kesialannya hari ini setelah tidak mendapati petasan disakunya. Sepertinya terjatuh atau sudah habis digunakan ketika didalam tadi.
.
Ohh, ayolah ia tidak ingin berubah menjadi makhluk biru seperti zopire-zopire disana. Riko masih jomblo, bila dia berubah jadi biru gitu siapa yang mau dengannya?
.
Masa iya di pacaran sama zopire? No-No-No itu mimpi buruk bagi Riko.
.

CTASSSHH..

Bunyi petasan tiba-tiba terdengar dari arah taman. Para zopire mulai diam. Sepertinya mereka mulai bingung. Riko tidak menyiakan kesempatan ini dan segera bersembunyi dibalik mobil. Berharap para zopire itu lebih mengejar asal bunyi petasan itu dari pada mengejarnya.

Sebuah mobil berhenti tepat didepannya. Riko menatap mobil itu waspada.

"Santai aja kali kak, itu kak Elang bisa babak belur gitu gimana ceritanya?"

Riko menghela nafas lega setelah mendapati Ray dkk dihadapannya. Untung ia belum mengeluarkan pisau dibalik punggungnya.

"Zy, ada lowongan gak? " tanya Riko,Ozy melihat kedalam lalu menggeleng.

"Maaf kak penumpang penuh. Pakek mobil yang lain gih," usir Ozy.

"Kurang ajar nih bocah," batin Riko kesal.

"...masuk ke mobil di belakang kita," bisik Elang tiba-tiba. Riko menyandarkan Elang dibadan mobil. Memastikan apa sohibnya itu baik-baik saja atau tidak.

"Ray, ada 200 bom dikota ini dikantor ada 5 tapi kurasa tinggal 3 karena 2 bom sudah meledak duluan. Aku butuh bantuan anak buahku" komen Elang lalu menyerahkan kunci mobil pada Riko.

Ray menurunkan kaca mobilnya. Tatapannya menatap Elang agak khawatir. Padahal baru saja inspektur itu memasuki kawasan berbahaya ini. Wanita bernama Red itu perlu untuk diurus dulu.

"Aku akan menyuruh Alvin untuk kesini, kak Riko urus kak Elang dan bawa saja dia kerumah sakit terdekat." Ujar Ray yang diangguki oleh yang lain.

Deva menyuruh Keke untuk berhenti melempar petasan ke arah taman. Gadis itu mengangguk lalu menatap Elang prihatin. Dengan cepat ia mengambil kotak p3k di bawah kursi mobil lalu segera keluar.

WARNA-WARNI KEHIDUPANWhere stories live. Discover now