Part 68 ( GO )

425 26 8
                                    

.
.

Tatapan mereka secara bersamaan menatap 5 orang anggota mafia yang sudah dalam keadaan terikat dipojokan. Ray berpikir sejenak lalu tersenyum kecil, segera ia mengemasi laptop dan beberapa barang penting lainnya miliknya.

"Gue tau harus kemana.."

.

.

Dan disinilah mereka berdua berada, di hadapan bangunan besar bertingkat dua yang masih terlihat baru. Dengan taman bermain mini didepan halaman tempat dimana puluhan anak-anak bermain dengan ceria.

"Jadi? Kalian ingin berlindung disini untuk sementara dari serangan Milkweeds hmh? Dari segala tempat kenapa kau berlindung disini huh?" Gerutu Radith kesal.

"Ayolah Silver, kami tidak tau harus kemana. Lagi pula akan sulit menebak bila panti asuhan tempat persembunyian kita", bujuk Ray.

Radith menatap bocah gondrong itu kesal lalu menatap Shuuya yang sedari tadi diam menatapnya, tidak kontras dengan si gondrong yang masih terus mengomelinya. Sebenarnya, setelah mendapat informasi dari Elang lelaki bersurai perak itu tertarik untuk menyelidiki Shuuya. Ada sesuatu yang membuatnya tertarik untuk menyelidiki lebih jauh, dan kesempatan itu datang sekarang.

Walau bila bisa ia tidak ingin kedatangan tuh bocah gondrong bersama Shuuya.

"Baiklah, asal tuh mata sipit rambut uban mau menjawab pertanyaanku." Ray terlihat tidak puas dan ada sesuatu yang mengusiknya.

"Kok lo kagak nyadar gitu sih Dith? Tuh kaca dirumah pacar gue sebesar gajah, ngaca sono." Akhirnya Ray memanggil Radith dengan namanya.

"Bocah kurang ajar!"

Ya..

Sebenarnya apa yang dikatakan Ray tidak sepenuhnya salah, Radith memiliki mata yang sipit dan rambut yang dicat perak. Yang membedakan mungkin hanya warna kulit dan aura mereka masing-masing. Bila Radith cenderung seperti awan yang bergerak mengikuti pergerakan arah angin maka Shuuya seperti kabut misterius yang menyembunyikan apa yang disekitarnya, termasuk dirinya.

"Ingin mencari informasi tentangku? " dan ternyata yang menjadi target benar-benar peka.

Tidak seperti seseorang yang dikode keras tapi kagak peka juga.

"Yaelah kak Radith biarin kita masuk napa? gali aja noh Informasi tentang Shuuya asal jangan gali lubang kuburan, ntar yang ada ganti profesi lagi.

Namanya juga salah satu anggota trio tuyul. Bila tidak nyerocos yang tidak berfaedah memang kerasa gak bermicin.

Radith sudah kebal kok, sungguh. Dari pada saingannya itu kembali nyerocos Radith langsung membuka pintu lebar-lebar.

"Masuklah, kebetulan pengurus panti sedang pergi. Kuberi waktu 5 jam," ucap Radith tidak mau berkompromi tentu saja Ray hanya bisa mengangguk lemah. Semoga saja teman-temannya menyelesaikan dalam waktu singkat.

Begitu masuk mereka disambut dengan anak-anak panti yang rata-rata berumur dibawah 10 tahun itu, Ray langsung semangat karena sedari dulu dia begitu menginginkan seorang adik. Yah, namun nasib sebagai anak tunggal menghalanginya. Dan orangtuanya terlalu sibuk untuk membuat adik. Ray sedih permirsa.

"Bukannya kau sebaiknya mengingatkan yang lain? Mereka pasti khawatir,"ucapan Shuuya berhasil menyadarkan si gondrong. Dengan cepat Ray menarik kursi di ruang baca anak-anak lalu menghidupkan laptopnya cepat.

"Gunakan kamarku, setidaknya anak-anak tidak akan menganggu disana." Radith menunjuk kamar disamping ruang baca.

"Love you so much Radith!!"

WARNA-WARNI KEHIDUPANWhere stories live. Discover now