Chapter 17

94 9 0
                                    

Ketuk VOTE!
*****

Zilla masih asik mengobrol dengan Fera, mereka berdua hampir mempunyai kemiripan, baik dari hobby, apa kesukaan mereka, lalu tingkah mereka juga sama, hanya saja Fera itu feminim, dan Zilla tomboi, tapi jika sekarang, Zilla terlihat seperti feminim karena memakai gamis, juga kerudung instan yang lebih membuatnya terkesan feminim.

Fitra berdecak kesal, kalau begini lebih baik dia pergi ke kamarnya, lalu membaca pelajaran-pelajarannya, daripada mendengarkan obrolan seputar perempuan yang sama sekali dia tidak ketahui.

Contohnya sekarang ini, mereka berdua kompak menceritakan pengalaman pertama mereka saat datang bulan, lelaki polos seperti Fitra yang tidak peduli pada sekitarnya pasti tidak tahu apa itu datang bulan, bundanya juga tidak pernah memberitahunya soal itu.

Fitra pernah mendengarnya dari teman-temannya, Delon, dan Rido yang kadang suka bergosip. Mereka bilang datang bulan itu sakit, dan ada yang bilang juga tidak, lalu mereka malah mengganti namanya dengan menstruasi, lalu pms, maka sikap perempuan akan berubah, lebih baik mengisi soal fisika, kimia, biologi menurutnya, daripada harus membahas mengenai soal perempuan.

"Kak, laper." Fera memegang perutnya, matanya memelas melihat Fitra.

"Ada bahannya gak?." Fitra dan Fera serempak melihat Zilla.

"Kayanya abis deh, kita ke supermarket aja yuk kak." Ajak Fera.

"Terus, harus gue gitu yang bawa mobilnya? Udah kaya supir gue." Ucap Fitra datar, padahal dia sedang kasak, tapi tidak pernah benar jika mengekspresikan wajah.

"Yah, ayolah kak, mumpung ada kak Zilla juga, nanti kita masak bareng, 'kan kak?."

"Yaudah iya iya, bawel." Putus Fitra akhirnya, daripada dia mendengarkan Zilla juga yang merengek.

"Yeay, yuk kak berangkat!." Seru Fera semangat.

****

Fitra dan Leo mengusap peluh di dahinya, sudah dua jam mereka berkeliling mengikuti dua gadis di depannya, mereka sudah seperti pembantu saja buat mereka. Membawakan dua kantung pelastik belanjaan, Zilla dan Fera melangkahkan kakinya semangat. Tanpa lelah sedikitpun.

"Sumpah gue, gini nih kalo ngikutin cewek, udah pasti bakalan capek kayak keliling dunia." Dumel Leo. Fitra meliriknya malas.

"Kita nunggu di parkiran aja lah Tra." Lanjut Leo lagi, dia memegangi lututnya lelah.

"Oke, tapi gue kasih tahu Fera dulu," Leo mengangguk.

Baru saja Fitra mengeluarkan handphonenya, tapi suara Fera langsung membuat mereka menoleh bersamaan.

"KAK!." Teriaknya, Fera berlari pada mereka, tapi tidak ada Zilla di sampingnya.

"Zilla mana?." Tanya Leo khawatir, firasatnya mengatakan tidak baik.

"It_ itu kak, kak Zil, kak Zilla gak tahu kemana, tadi udah aku cari kemana-mana tapi gak ada, gimana ini kak?." Tanya Fera panik, air mata sudah memupuk di matanya, Fitra membulatkan matanya panik, begitupun Leo.

"Tadi kalian kemana?, Bukannya tadi gak lama, pasti Zilla kasih disana Fer." Ucap Leo panik, dia memejamkan matanya.

"Tadi kita nyari sepatu kak buat aku, terus kak Zilla di belakang aku lagi pilih sepatu, aku juga sama, pas aku nengok kak Zilla udah gak ada." Fera menggigit bibir bawahnya panik.

Fitra menegang bahu adiknya agar adiknya itu tenang, "Oke, sekarang gini aja, kita nyarinya bagi aja, lo ke arah kanan Le, gue ke kiri, dan lo Fera, tunggu kita disini, oke?." Fera mengangguk berkali-kali.

About Friendship [ENDING]Where stories live. Discover now