chapter 13

106 10 0
                                    

Kalo ada typo komen yaaaaaaa!!!
Maksaaaa!!!
*****

Di pagi hari ini, hati Leo sudah dibuat suntuk dengan pemandangan di depannya yang menurutnya itu norak, biarlah dia mengatakan itu walaupun sebenarnya dia juga dulu selalu melakukan itu pada Nela.

Sekali lagi, Leo menendang keras meja di depannya, padahal berkali-kali dia meringis kesakitan, Mama dan adiknya juga bingung dengan tingkah Leo yang aneh itu.

"Bang, kenapa sih dari tadi?." Tanya mamanya heran, Leo mendudukkan badannya di sofa, dia mengacak rambutnya gusar.

"Aaaaaaaaaaa!!!." Teriaknya kesal.

"Astaghfirullah, bang, jangan bikin Mama kaget." Mamanya memukul Leo dengan kemoceng yang kebetulan sedang nganggur di depannya.

"Aws, sakit mah." Ringisnya memegangi kepalanya yang berdenyut, mamahnya ada-ada saja membuat kepalanya sakit seperti ini. Padahal mamanya itu feminim.

"Kamu sih kagetin Mama," balas mamanya cuek.

"Mah, abang kayanya cemburu deh sama kakak-kakak yang di rumah kak___."

"Apasih dek, ngaco kamu kalo ngomong." Alihnya, Leo membekap mulut adiknya yang pasti akan berbicara tidak-tidak.

"Kak siapa dek?." Penasaran mamanya, Leo nyengir, dia memberi tatapan agar Liza tidak berkata tidak-tidak pada mamanya, Liza yang berontak dan mengangguk akhirnya dia melepaskan tangannya.

"Nggak kok mah, Liza berangkat sekolah dulu, yuk kak." Liza menarik tangan Leo, Liza mempunyai rencana dalam otaknya, bagaimana caranya supaya Leo dan Zilla bisa bersatu.

"Loh, kamu mau sekolah dek?." Tanya Leo, padahal Liza itu masih kecil dan berumur empat tahun, kalau sekolah PAUD juga pasti mamahnya yang akan mengantar Liza, tapi kenapa sekarang malah Liza mengajaknya bersama.

"Gak sama mamah?." Tanya Leo jengah, dia malas jika harus mengantarkan adiknya itu, pasti dia akan lama menunggu mamahnya.

"Mamah mau ke kantor papah kamu, katanya ada acara pagi, kamu bisa 'kan anterin Liza dulu, nanti mamah kesana kalo acaranya udah selesai." Mamahnya mengambil tas tangan di sampingnya.

"Yahh, mah." Tolak Leo dengan tatapan memelas, dia melihat adiknya yang malah tersenyum lima jari.

"Leo, yasudah nanti mamah minta Zilla buat bantu kamu."

"Nggak usah mah." Potong Leo cepat, bisa berabe kalau Zilla yang ikut dengannya juga, sudah pasti dia akan dikerjai habis-habisan oleh mereka, Zilla dan adiknya.

"Gak bisa gitu, nanti kamu gak anterin adek kamu sampe kelas, pokoknya kamu harus nurutin kemauan mamah. Liza nanti mamah jemput kamu, gak papa 'kan cantik?." Tanya mamahnya duduk di samping Liza, Liza mengangguk lucu.

Mamahnya menepuk kepala Liza sayang, "Anak pintar, mamah berangkat sekarang, kamu hati-hati bawa mobilnya bang." Leo mengangguk lesu.

****

Setelah permintaan yang diberikan oleh mamahnya Leo-Maira, baik Zilla maupun Fitra hanya terdiam, Doni juga biasanya berceloteh dan menggoda Fitra kali ini malah mendadak menjadi pendiam.

"Berangkat sekarang?." Tanya Fitra memecah keheningan.

Liza menarik tangan Zilla, tadi mamahnya menyuruh Liza untuk ke rumah Zilla saja, sedangkan Leo masih di rumahnya entah sedang apa, terakhir kali tadi Liza melihatnya sedang memukul kepalanya berkali-kali.

"Berangkat yuk kak, kak Fitra duluan aja, Liza mau berangkat sama kak Leo, kak Zilla." Usir Liza.

"Eh, kok kak Fitra diusir, kita berangkat ke sekolah bareng kak Fitra aja ya." Ucap Zilla tidak enak pada Fitra.

About Friendship [ENDING]Where stories live. Discover now