Chapter 9

123 12 4
                                    

Kalo ada typo benerin ya :')
****

Semilir angin berhembus menerpa kulit wajah Zilla, matanya terasa panas, tapi hatinya berteriak bahwa dia tidak harus menangisi sahabatnya yang sudah acuh selama sebulan ini.

Kabar bahwa sahabatnya, Leo, kini sudah menjalin hubungan dengan status pacaran dengan Nela, selama berpacaran dengan Nela, Leo tidak lagi menemaninya di danau, tidak berangkat ataupun pulang bersama saat pulang sekolah.

Ada yang hilang dari hidupnya, dulu dia selalu ceria dengan lelucon aneh dari Leo, tapi sekarang rasanya sangat jauh untuk berbicara bahkan sekedar bertatap muka saja tidak bisa, Leo bagaikan seorang yang asing di dalam hidupnya. Kadang Zilla berpikir apa dia sangat menggangu hubungan mereka berdua?.

Tatapan Nela saja selalu tidak bersahabat padanya, padahal Zilla selalu mendukung dan melempar senyum setiap kali bertatap muka dengan Nela.

"Zilla." Panggilan umy-nya dari luar menyentak Zilla dari lamunannya.

Zilla menghela nafas pelan, lalu berjalan ke arah pintu, begitu melihat umy-nya yang tersenyum lembut, hati Zilla menghangat.

"Ada temen kamu tuh di bawah." Alis Zilla mengernyit, siapa yang datang malam-malam begini?, Rere pasti bukan, saat di sekolah dia bilang Rere ada acara dengan keluarganya, jadi siapa?.

"Kok bengong?." Tanya umy-nya lagi.

Zilla nyengir lebar, "Hehe, siapa my yang dateng?." Tanyanya.

"Gak tahu, tapi cowok loh, yaudah kamu temuin dia gih, ada aby juga di bawah, seperti biasa." Ucap umy-nya terkekeh, Zilla mendengus, sudah pasti jika ada teman cowoknya yang datang ke rumah, selalu saja aby-nya yang harus menemani, padahal Zilla juga tahu batasan.

"Zilla pake kerudung dulu my, umy duluan aja." Umy-nya mengangguk, lalu melenggang pergi dari hadapan Zilla. Zilla menutup pintunya, dalam batin dia bertanya-tanya siapa yang datang ke rumahnya. Lebih baik jika dia ingin tahu, Zilla harus pergi ke bawah dan menemui tamunya.

******

"Fitra." Gumam Zilla saat dia sampai di ruang tamu, disana ada Fitra yang memakai kaus oblong hitamnya, dilapisi jaket kulit cokelat dengan celana jins cream, Fitra duduk di sofa, ditemani aby-nya yang tampak berbincang akrab dengannya.

"Assalamualaikum." Salam Zilla begitu dia berdiri di samping aby-nya.

Hanan menoleh pada putrinya, lalu menyuruh Zilla duduk. "Wa'alaikumussalam." Ucap Hanan dan Fitra.

"Hai Zil." Sapa Fitra, Zilla mengangguk canggung, tidak biasanya Fitra akan menyapanya, apa mungkin karena ada aby-nya disini, entahlah.

"Khem, lo ngapain kesini malem-malem?." Tanya Zilla to the point, Hanan menegur putrinya dengan pelototannya. Zilla cengengesan.

"Ma'af by."

"Gue kesini mau ajak lo ke rumah, bunda nyuruh gue ajak lo ke rumah buat makan malam bersama." Ucap Fitra sesekali melihat aby-nya.

Zilla menoleh pada aby-nya meminta pendapat, karena bagaimanapun juga dia harus meminta persetujuan dari aby-nya. Soal bunda Fitra yang juga sebagai sahabat Billa di pesantren, orangtua Zilla sudah tahu.

"Aby gak bisa ijinin kamu sayang, lagian kamu udah makan malam tadi, ma'af ya nak Fitra, aby gak bisa ijinin Zilla keluar malem." Ucapnya lembut namun juga tegas.

Fitra tersenyum, "Gak papa kok om, bunda juga bilang, kalo aby-nya Zilla gak ngasih ijin gak papa, cuma bunda bilang dia rindu sama Zilla katanya udah lama gak main ke rumah." Ucap Fitra.

"Ohh, salam ke tante Zahra ya, ma'af gak bisa makan malem disana, bener kata aby, tadi gue udah makan." Balas Zilla.

"Iya gak papa kali Zil, yaudah om, Zil, saya permisi pamit." Fitra baru saja ingin berdiri dari duduknya, tapi ketukan pintu membuat mereka semua menoleh.

About Friendship [ENDING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora