Chapter 7

138 14 1
                                    

Kalo ada typo benerin yakk

****

Matahari sangat menyengat kulit, siswa dan siswi di lapangan mengeluh karena kepanasan, suara kepala sekolah juga masih mengalun merdu di lapangan memberikan wejangan di haru senin.

Dari barisan murid lelaki, banyak yang mengibaskan topinya untuk mengurangi kepanasan, ada juga yang sudah bergaduh mengumpati sang kepala sekolah yang katanya pembahasan dari senin ke senin selalu itu.

"Bosan gue!" keluh Rido, baju yang tadinya rapih, sekarang sudah acak-acakan, kancing teratasnya dia buka. Dia mengibaskan tangannya.

"Bukan lo aja kali, gue pun sama," balas Delon, Delon tidak kalah amburadulnya dari Rido, dia sudah membuka dasi, topinya juga dia buka untuk mengipas wajahnya.

"Ishh, aneh gue sama pak kepsek, tiap senin itu pidato suka diulang-ulang, gak ada pembahasan lain apa, misalnya bu Desi gitu yang mau lahiran, lah ini pasti tentang jangan bandel, jangan bolos, jangan ini-itu, iya gue udah hafal banget." Cerocos Rido yang mulutnya seperti ibu-ibu kos.

"Haha, bener lo Do, gue juga sama bosen kaya lo!" sahut Leo dari belakangnya. Leo tidak kepanasan, dia berada di barisan dekat pohon, makanya dia bisa berteduh, padahal tempat itu khusus OSIS saja.

"Sialan lo Le, enak-enak disana, sini lo biar tahu juga rasanya dibakar idup-idup." Delon berucap keras. Leo hanya terkekeh di belakang.

"Diem woi, ketahuan kepsek suruh ke depan kalian," ucap Fitra menengahi, Fitra adem ayem dengan posisi istirahat, tangannya di belakang.

"Ini juga gue diem kali, lo gak lihat nih gue juga lagi istirahat," desis Rido, dia meletakkan kedua tangannya di depan.

"Posisi lo beda cunguk, kalo istirahat tuh di belakang tangannya bukan di depan." Delon memutar matanya.

Rido cengengesan, lalu meletakkan tangannya di belakang seperti Fitra, Fitra emang paling rapi dan teratur, tidak seperti ketiga temannya.

"Eh eh, lo lihat si Nela gak?" pancing Rido, dia sengaja membesarkan suaranya agar Leo mendengar.

"Nela? Dia tuh yang jadi drigen, di barisan paduan suara, lo gak lihat apa itu anak gede gitu sampe gak kelihatan mata lo, perlu cek mata lo Do." Delon memukul kepala Rido yang ada di sebelahnya.

"Lo ya gak paham-paham, gue mancing si Leo supaya ke depan, ish lemot lo Delon anjir," umpatnya, si Delon malah terkekeh.

"Oh iya, makin cantik aja ya si Nela." Delon berucap keras.

"Apa kalian bilang, Nela? Woi, jangan lihatin cewek gue lo pada." Leo menoyor kepala mereka saat tahu kedua temannya sedang membicarakan Nela.

"Aduh, sakit bego." Rido mengusap kepalanya, dia menatap tajam Leo di belakangnya.

"Iya Le, lo gak ada perasaan sama sekali, udah tahu sakit!" imbuh Delon.

"Idih, baperan lo jadi cowok!" Dengus Leo, dia kembali mundur ke belakang, menempati kembali posisi semula, padahal Leo masih junior, tapi dia tidak dimarahi OSIS, hebat 'kan dia? Tapi jangan dijadikan contoh ya teman-teman.

o o o

"ORANG GANTENG MASUK KELAS!" teriak Rido menggema di kelasnya, di belakangnya ada pasukannya. Tapi kali ini beda, ada Nela yang juga berjalan beriringan dengan Leo.

"Masih pagi woi." Zilla seperti biasa selalu menyahut, telinganya panas sudah karena upacara, ditambah lagi suara Rido yang melengking.

"Pagi pala lo, ini udah siang, matahari aja udah semangat tuh dia atas," sahut Delon, Zilla melotot tajam, Delon begidik ngeri takut insiden itu terjadi lagi.

About Friendship [ENDING]Where stories live. Discover now