Chapter 1

261 28 7
                                    

Kalo ada Typo komen ya
_____

Suasana pagi masih sama seperti hari sebelum-sebelumnya, dingin menusuk tulang, ditemani sahabat yang selama tiga belas tahun menemani.

"Lo serius amat sih Zil, lagi apa sih?" tanya Leo heran.

"Mau tau aja lo Le, udah deh jangan ganggu gue." Zilla tetap melihat ke depannya dengan muka yang serius, tidak peduli apa yang Leo katakan padanya, padahal daritadi Leo curhat padanya tentang Nela.

"Ish, jahat lo Zil, gue kan lagi ngomongin soal Nela," ujarnya dengan nada sinis.

Dengan kesal Zilla menaruh laptopnya ke atas meja, tadi dia memangku laptop itu, "Kenapa lo?" tanyanya dengan wajah galak.

"Yaampun Zilla, gue dari tadi curhat sama lo! Dan lo nanya lagi gue kenapa?" tanya Leo kesal.

"Kan gue lagi ngerjain tugas, lo juga sih curhat di waktu yang gak tepat. Udah deh lo jangan berisik gue mau ngerjain tugas lagi." Zilla menarik kembali lapotopnya, tanpa memperdulikan Leo yang semakin menggertakkan giginya.

"Ihh, yaudah deh gue pulang dulu Zil, nanti sore gue kesini lagi seperti biasa. Bye Zil." Leo mengusap kepala Zilla seperti biasa, sedang yang diusap menatap Leo dengan tatapan membunuhnya.

"Jangan marah mulu lo Zil, cepet tua baru tahu rasa lo!" teriak Leo yang sudah berlari ke arah rumahnya.

Jadi rumah Leo dan Zilla bersebelahan, hanya dipisah oleh gerbang di samping saja. Awal mula persahabatan mereka terjalin karena Zilla yang baru pindah dari Makassar, umy dan Abinya menetap selama dua tahun di pesantren di Makassar, setelah itu mereka memutuskan untuk pindah ke Jakarta.

"Zil, makan dulu yuk!" ajak Billa-u
Umynya yang memakai cadar berwarna hitam.

Zilla tersenyum lembut. "Iya mi, bentar lagi nih tanggung, besok 'kan harus masuk lagi, nanti gak ada waktu buat nugas."

"Yaudah, umy sama aby duluan sarapannya ya. Kamu jangan lupa sarapan ya."

Zilla memberi hormat pada umynya. "Siap! umy duluan aja. Zilla masih kenyang kok tadi makan cemilan, hehe ...." ujarnya dengan cengiran lebarnya.

Sifat Zilla menurun dari umynya, Zilla masih belajar untuk memperbaiki diri, memakai kerudung sudah terbiasa dari kecil, Billa-umynya selalu mengajarkan bahwa menutup aurat itu wajib. Selama di pesantren juga Zilla belajar ilmu agama dan dia ingin terus mempelajarinya sampai nanti, sampai dia benar-benar bisa.

****

"Sore, sahabat!" sapa Leo dengan senyuman tengilnya, dia duduk di samping Zilla, melihat tidak ada respon sama sekali dari Zilla, Leo menoleh pada Zilla.

"Dasar emang, lo kampret!" umpatnya, Zilla menutup mata dengan earphone yang tertancap di telinganya.

Dengan kesal Leo menarik handphone di tangan Zilla lalu mematikan musik yang mengalun indah itu, padahal Leo tidak tahu apa yang sedang Zilla dengarkan.

"Ihh, Leo lo kagetin gue aja." Bibirnya mengerucut sebal.

"Abisan lo dari tadi asik terus sama musik. Gue dateng aja sapa lo, lo gak jawab gue."

About Friendship [ENDING]Onde histórias criam vida. Descubra agora