11

637 20 0
                                    

Buk... bak.... set... set...

Sial saat aku naik tangga untuk menghentikan bos besar melarikan diri dari kematiannya, perutku tergores sebetan belati oleh anak buahnya.

"Dor..."

Sir Moran langsung tumbang meregang nyawa. Aku lupa bahwa bos besar dan salah satu pengalnya memiliki pistol.

"Ara, Giant siapkan diri kalian!" teriakku.

Saat mereka berdua berlari, Jon langsung melompat ke arahku.

"Jon kamu kenapa? " tanyaku.

"Wir aku titip Giant padamu. Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu" ujar Jon sambil memelukku.

"Dor... dor... dor... dor... dor..."

Suara tembakan bos besar dan anak buahnya bergantian melesatkan peluru ke arahku. Sementara Jon menjadikan tubuhnya sebagai tameng untukku.

Aku hanya bisa menangis dalam diamku menyaksikan punggung Jon bersimbah darah. Tubuhku kaku, lidahku kelu tak sepatah kata pun dapat kuucap.

Giant yang melihat hal itu kalang kabut menyerang bos besar dengan tangan kosong.

"Giant tenanglah, kita semua bisa mati konyol kalau begini!" Teriakku.

"Wira Atmajaya! Kamu benar-benar tenang seperti ayahmu." ujar bos besar.

"Diamlah keparat! Dasar pembunuh." umpatku.

"Ara, Giant habisi keparat itu, biar aku yang memusnahkan kedua orang bodoh ini!" Perintahku.

Hep hap ciat-ciat!

Aku bertarung dengan kedua pengawal bos besar. Sementara itu Ara dan Giant sedang beraksi.

Aku cukup kewalahan melawan kedua orang ini. Serangan mereka sangat cepat. Ditambah lagi dengan kepiawaiannya menggunakan belati dua sisi. Tubuhku penuh luka gores dibuatnya.

"Buk..." satu pukulan dari mereka membuatku tersungkur.

"Wira awas..." pekik Ariana. Entah dari mana datangnya tiba-tiba Ariana berteriak sambil menendang pengawal ayahnya yang hendak menikamku.

Aku langsung berdiri dan saling membelakangi dengan Ariana.

"Bukannya tadi kamu sudah melarikan diri?" Ujarku.

"Tadinya. Tapi aku balik mau nolongin ayah yang nyatanya seorang sikopat. " Jawab Ariana.

"Lalu bagaimana kamu mengenaliku?" Tanyaku lagi.

"Aku mengenalimu saat di rumah sakit. Waktu memeriksa dompetmu. Ternyata kamu masih menyimpan gambarku yang dulu. Saat itu aku meninggalkan pesan bergambar beserta no teleponku namun kamu tak kunjung menghubungiku jadi aku memutuskan menyerah padamu." jelas Ariana.

Ternyata Ariana masih mengingatku. Aku tidak dapat berkata-kata mendengar penjelasannya. Ada perasaan haru dan juga bersyukur.

"Wir... kamu melamun ya?" Ujar Ariana mengagetkanku.

"Ah maaf-maaf" jawabku spontan.

"Wir cepat kita harus mengalahkan mereka sebelum ayahku melenyapkan kedua anak-anak itu." ujar Ariana sambil menunjuk ke arah Ara dan Giant yang telah di pukuli habis-habisan.

"Untuk mengalahkan mereka kita haru menyerangnya secara terpisah agar mereka tidak saling membantu." ujarku.

Aku dan Ariana menyerang mereka agar saling menjauh. Dan rencana ini berhasil tidak perlu waktu lama bagi kami berdua untuk menghabisi mereka.

Wira  (Complete)Where stories live. Discover now