7

638 25 0
                                    

"Karena dulunya kedua orang tuamu adalah detektif rahasia yang di tugaskan untuk mencari tahu sindikat pembunuhan berantai yang di danai oleh seorang pengusaha besar. Pengusaha itu biasa disebut bos besar. Setelah sekian lama orang tuamu mengetahui segala sesuatunya tentang bos besar termasuk keberadaannya. Namun sebelum berhasil mengungkap siapa sebenarnya bos besar, orang tuamu telah di lenyapkan oleh anak buahnya. Beruntun kamu tidak ikut di lenyapkan oleh mereka" jelas sir Moran panjang lebar.

"Lalu apa yang harus saya lakukan? " tanyaku.

"Ikut aku" jawab sir Moran.

Aku dan kedua temanku mengikuti sir Moran yang berjalan menuju sebuah ruang perpustakaan. Di dalam perpustakaan itu sir Moran mendorong sebuah lemari yang penuh buku. Aku cukup terkejut karena di balik lemari tersebut terdapat sebuah ruang rahasia yang sangat luas. Di dalam ruang rahasia ini terdapat tiga buah ruang khusus yang terbuat dari dinding kaca kedap suara. Bukan hanya itu. Di ruangan ini juga terdapat berbagai macam peralatan canggih yang belum pernah kulihat sebelumnya.

"Wir ruangan ini adalah milik kedua orang tuamu" ujar sir Moran Sambil membuka salah satu ruangan yang ada.

"Sekarang tugasmu adalah mempelajari data-data mendiang orang tuamu di dalam ruangan ini" lanjut sir Moran.

Aku hanya manggut-manggut tanda mengerti.

Hari ini aku masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar seluruh celotehan sir Moran dan kedua temanku. Aku dan Ara segera istirahat.

Keesokan paginya aku mulai mengotak atik komputer mendiang orang tuaku. Ada berbagai macam puzzle yang harus kuselesaikan sebelum akhirnya bisa mengakses komputer ibuku. Aku merasa sedang bermain games ketimbang mencari tahu keberadaan bos besar.

Entah sudah berapa puzzle yang kuselesaikan namun belum juga dapat mengakses komputer di hadapanku. Saat aku sedang sibuk bergulat dengan komputer ibuku, Ara selalu berlatih bersama sir Moran yang entah tehnik apa itu. Setiap malam saat menemuinya, Ara selalu menunjukkan gerakan-gerakan yang baru dipelajarinya dengan nama jurus yang aneh-aneh. Jika bukan sir Moran mengerjainya maka Ara sendirilah yang memberi nama pada gerakan-gerakannya itu.

Tak terasa waktu setahun telah berlalu namun aku tak kunjung dapat melacak keberadaan bos besar akibat sebuah puzzle yang belum dapat kupecahkan. Hingga pada suatu pagi saat hendak menyelesaikan puzzle rumit itu, tak sengaja Ara yang ikut masuk ke dalam ruang kerjaku mengotak atik komputer.
Tiba-tiba terdengar suara "siapa yang paling kamu sayangi? ".

Spontan Ara menjawab "Wira".

"Sandi benar silahkan mengakses data".
Sontak aku langsung melompat ke depan komputer.

Di layar tertera kata "VALID".

Bukan main senangnya aku. Tanpa menunda-nunda, aku membuka seluruh file-file yang berisi data tentang bos besar. Saat ini aku menyadari mengapa orang tuaku selalu sibuk dan jarang memiliki waktu utuk bersamaku. Sedikit banyak aku mulai mengerti akan hal itu.  Setelah membaca seluruh data, aku mengetahui bahwa bos besar pernah tinggal di Indonesia dan saat ini berada di Amerika.

Menjelang sore aku langsung memberi tahu sir Moran dan kedua temanku tentang apa yang baru saja aku ketahui. Setelah berunding aku dan salah seorang temanku yang bernama Jon memutuskan untuk melacak posisi bos besar di Amerika. Sementara itu sir Moran dan Dani tetap tinggal di markas. Aku memutuskan untuk menitipkan Ara pada sir Moran demi keselamatannya.

Setelah menempuh perjalanan udara akhirnya kami tiba Amerika. Aku segera mencari penginapan yang cukup luas untuk menampung berbagai peralatan yang di bawah oleh Jon. Setelah menata seluruh barang, aku merasa seperti seorang detektif rahasia yang menyamar.

Sedikit lucu bagiku dari seorang pembunuh menjadi seorang detektif. Beginilah takdir, kita tidak dapat menduga apa yang akan terjadi, tergantung dari jalan apa yang kita pilih.

Satu bulan telah berlalu namun kami belum menemukan keberadaan bos besar. Aku mulai suntuk nongkrong di hadapan komputer. Kuputuskan untuk berjalan-jalan di sebuah tempat wisata binatang.

"Ramai juga" gumamku saat melihat banyak anak-anak yang juga datang berkunjung.

Aku merasa kagum dengan tata letak kandang dan binatang yang ada. Semuanya di buat semirip mungkin dengan habitat aslinya.

"Kenapa di sana banyak orang yang berkerumun" tanyaku pada seorang bapak yang tengah berlari ke arah perkumpulan tersebut.

"Itu Mas ada seorang anak yang terjatuh di kandang harimau" jawabanya.

Aku pun ikut serta menghampiri kerumunan tersebut.

Sesampainya di sana kudapati seorang gadis berambut pirang dengan kulit putih dan postur bak gitar spanyol, sedang menolong anak yang terjatuh tersebut.

"Berani sekali ya wanita itu"

"ia"

"dimana sih petugasnya? "

"untung anak itu tidak di mangsa"

"wah hebat".

Lamat-lamat kudengar kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut ibu-ibu di sekitarku. Aku pun salut dengan keberanian gadis itu.

Setelah mengangkat dan menyerahkan anak yang terjatuh tersebut kepada ibunya. Si gadis hendak naik kembali namun tiba-tiba seekor harimau menyerangnya. Harimau itu menyerang leher si gadis namun berhasil di hindari tapi sayang lengan kiranya terkoyak oleh gigitan harimau tersebut.

Aku tak menyadari diriku melompat turun dan menerjang harimau itu. Tiba-tiba saja aku sudah berada di atas bersama gadis berambut pirang ini di pangkuanku.

*******

Wira  (Complete)Where stories live. Discover now